Author : Ardicho
Download sini
Senin, 28 Oktober 2013
Kamis, 24 Oktober 2013
Skenario 2 Blok 14 Part 1
Kretinisme yaitu perawakan pendek
akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh. Hormon tiroid diproduksi oleh
kelenjar tiroid (gondok) terutama sel folikel tiroid. Penyebab paling sering
dari kekurangan hormon tiroid adalah akibat kurangnya bahan baku pembuat. Bahan
baku terpenting untuk produksi hormon tiroid adalah yodium yang biasanya
terdapat pada garam yang beryodium. Kretinisme dapat terjadi bila kekurangan
berat unsur yodium terjadi selama masa kehamilan hingga tiga tahun pertama
kehidupan bayi. Hormon tiroid bekerja sebagai penentu utama laju metabolik
tubuh keseluruhan, pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi saraf.
Sebenarnya gangguan pertumbuhan timbul karena kadar tiroid yang rendah
mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan, hanya saja ditambah gangguan lain
terutama pada susunan saraf pusat dan saraf perifer. Bila kurangnya hormon
tiroid terjadi sejak janin, maka gejalanya adalah defisiensi mental (IQ rendah)
disertai salah satu gejala atau keduanya yaitu:
Gangguan pendengaran (kedua telinga
dan nada tinggi) dan gangguan wicara, gangguan cara berjalan (seperti orang
kelimpungan) ,mata juling, cara berjalan yang khas, kurangnya massa tulang,
terlambatnya perkembangan masa pubertas dll.
Cebol dan hipotiroidisme.
Bila kekurangan hormon tiroid
akibat kurangnya yodium terjadi pada masa kanak-kanak atau masa pertumbuhan,
maka hanya terjadi perawakan yang pendek tanpa retardasi mental. Penderita
biasanya kurus dan mukanya tetap menua sesuai umur disertai cara berjalan yang
khas. Kekurangan hormon tiroid dapat
menyebabkan perawakan pendek tetapi kelebihan hormon tiroid tidak menambah
tinggi badan tetapi menyebabkan penyakit lain yaitu hipertiroidisme.
Terapi yang paling baik untuk
kretinisme adalah pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menkomsumsi
makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian suplemen yodium terutama
pada daerah endemic kurangnya yodium. Pada kurangnya yodium yang terjadi pada
masa kanak-kanak dapat diberikan terapi hormone tiroid dari luar misalnya
levo-tiroksin hingga kadar tiroid stimulating hormone (TSH) normal dicapai
sambil memberikan suplemen yodium untuk merangsang produksi hormon.
Kretinisme ada bermacam-macam
bentuk dan stadiumnya, seperti :
1. Kretin Endemik
Kretini inipun terbagi dalam beberapa
klasifikasi :
(a) Kretin Tipe Nervosa
Gambaran yang tipikal dari kretin
nervosa adalah sbb: Retardasi mental yang sangat berat: Gangguan pendengaran
dan bisu-tuli. Sindroma paresis sistem piramidalis, khususnya tungkai bawah:
hipertonia, klonus, refleks plantaris. Kadang-kadang disertai sindroma
ekstrapiramidalis. Sikap berdiri dan cara berjalan khas, spastik dan ataksik.
Pada kasus yang sangat berat bahkan tidak mampu berdiri.
Strabismus
(b) Kretin tipe miksedematosa
Ciri-ciri klinik kretin tipe ini adalah:
Retardasi mental, namun derajatnya lebih ringan dibanding kretin nervosa.
Tanda-tanda hipotiroidi klinik: Tubuh sangat pendek (cebol), miksedema, kulit
kering, rambut jarang, perkembangan seksual terlambat. Juga terdapat gangguan
neurologik seperti spastisitas tungkai bawah, refleks plantaris, dan gangguan
gaya berjalan. Kretin jenis ini banyak terdapat di Republik Demokrat Kongo
(RDK) sebab di sana ada faktor lain yang mempengaruhi, yaitu defisiensi
selenium dan kelebihan (overload) tiosianat.
(c) Kretin tipe campuran
Gambaran kliniknya adalah gabungan
dari ke dua tipe di atas, yaitu adanya retardasi mental, gangguan neuromotorik
yang jelas, disertai tanda-tanda hipotiroidi klinik. Delong dalam studi di
China mendeskripsi variasi temuan kliniknya menjadi 5 bentuk sindroma yaitu
tipe tipikal (khas), postur talamik, autistik, serebeler, dan hipotonik.
Tipe-tipe ini menggambarkan onset yang berbeda-beda dari defisiensi I selama
kehamilan, serta berat ringannya defisiensi yang terjadi.
2. Hipotiroidism
Gangguan regulasi termal:
hipotermia, sianosis perifer, ekstremitas dingin Gangguan gastrointestinal:
gangguan makan, distensi abdomen, muntah, konstipasi. Gangguan neuromuskuler:
hipotonia, letargi. Keterlambatan maturasi skeletal: fontanela dan sutura
kranialis lebar, epifisis femoral distal tak tampak. Keterlambatan maturasi
biokimiawi: ikterus. Setelah bayi berusia 3 bulan mulai tampak
gambaran-gambaran kretin sporadik klasik. Suara tangisnya berat (nada rendah)
dan parau, lidah membesar, hipoplasia hidung / nasoorbital, kulit kasar, kering
dan dingin, hernia umbilikalis. Refleks tendon menurun, dan terlambat mencapai
perkembangan sesuai umur yang diharapkan. Setelah umur 6 bulan, anak tampak
'‘bodoh'’ karena retardasi mental. Pada kurun usia berikutnya, disamping
pertumbuhan tinggi badan yang sangat terganggu (cebol), juga terdapat gangguan
neurologik, khususnya berupa tanda-tanda disfungsi sere-beler. Misalnya timbul
gangguan keseimbangan, tremor, past-pointing, disdiadokokinesis, dan disartri.
Hal ini bisa dimengerti mengingat perkembangan serebelum terjadi sejak awal
trimester ke 3 kehamilan sampai masa postnatal, di mana pada saat itu hormon
tiroid janin gagal disekresi, padahal seharusnya sudah maksimal berfungsi sebab
kontribusi hormon tiroid ibu sudah berkurang atau bahkan pada masa postnatal,
tidak ada lagi.
3. Kretin Sub-klinik
Kretin subklinik bisa dipandang
sebagai bentuk ringan dari kretin endemik tipe nervosa, karena adanya
defisiensi mental serta gangguan neuromotorik,walaupun dalam derajat yang lebih
ringan. Dengan mempelajari aspek klinik kretin endemik yang tidak berujud
gambaran klinik tunggal (nervosa, miksedematosa, dan campuran), maka bisa
dimengerti kalau bentuk yang ringan (subtle) mempunyai gambaran klinik yang
samar, dan cenderung tidak khas. Wang et.al mengajukan 4 kriteria, yaitu
retardasi mental subklinik (IQ 50-70), defek psikomotor ringan, gangguan
pendengaran subklinik, perkembangan fisik (tinggi badan) agak kurang, dan
hipotiroidi kimiawi.
Faktor-faktor Lain (selain Gaky)
1. Kekurangan Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan manusia atau
yang biasa disebut dengan HGH (Human Growth Hormon) adalah suatu hormon
anabolik yang berperan sangat besar dalam pertumbuhan dan pembentukan tubuh,
terutama pada masa anak-anak dan puberitas. Growth Hormone berperan
meningkatkan ukuran dan volume dari otak, rambut, otot dan organ-organ di dalam
tubuh.
Kelenjar yang bertanggung jawab
untuk memproduksi HGH (HUMAN GROWTH HORMONE) adalah kelenjar pituitary.
Kelenjar pituitary terletak di bawah otak manusia. Ukuran dari kelenjar ini
adalah sebesar kacang kedelai. Walaupun kecil, kelenjar ini merupakan raja dari
seluruh kelenjar yang memproduksi hormon di tubuh manusia. Produksi dari HGH
(HUMAN GROWTH HORMONE) sangat mempengaruhi produksi hormon-hormon lain di dalam
tubuh.
Dwarfism (cebol) yaitu gangguan
pertumbuhan akibat gangguan pada fungsi hormon pertumbuhan / growth hormone.
Gejalanya berupa badan pendek, gemuk, muka dan suara imatur (tampak seperti
anak kecil), pematangan tulang yang terlambat, lipolisis (proses pemecahan
lemak tubuh) yang berkurang, peningkatan kolesterol total / LDL, dan
hipoglikemia. Biasanya intelengensia / IQ tetap normal kecuali sering terkena
serangan hipoglikemia berat yang berulang.Hormon pertumbuhan ini diproduksi
oleh somatrotop (bagian dari sel asidofilik) yang ada di kelenjar hipofisis.
Hormon ini merupakan hormon yang penting untuk pertumbuhan setelah kelahiran
dan metabolisme normal karbohidrat, lemak, nitrogen serta mineral. Hormon ini
tidak bekerja secara langsung dalam mempengaruhi pertumbuhan, tetapi melalui
perantaraan suatu peptida yang disebut somatomedin (IGF I dan IGF II) yang
produksinya diinduksi oleh hormonpertumbuhan. Somatomedin yang produksi
utamanya di hati ini dipengaruhi juga oleh usia dan status gizi seseorang.
Somatomedin inilah yang akan berikatan dengan reseptor-reseptor dalam sel tubuh
guna merangsang pertumbuhan melalui:
- Sistesis protein. Hormon pertumbuhan akan meningkatkan produksi protein dan transportasinya ke sel-sel otot sehingga merangsang pertumbuhan otot dan jaringan pada umumnya.
- Metabolisme karbohidrat. Hormon pertumbuhan memiliki efek antagonis terhadap insulin sehingga meningkatkan kadar gula dalam darah, yang nantinya akan meningkatkan proses konversi karbohidrat menjadi protein.
- Metabolisme lemak. Hormon pertumbuhan akan meningkatkan penguraian lemak tubuh menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga kadar lemak dalam darah meningkat.
- Metabolisme mineral. Hormon pertumbuhan meningkatkan kadar kalsium, magnesium serta fosfat sehingga merangsang pertumbuhan panjang dari tulang keras dan pertumbuhan tulang rawan terutama pada anak-anak.
- Efek mirip prolaktin sehingga merangsang kelenjar payudara dan produksi susu saat kehamilan.
Kekurangan hormon pertumbuhan ini
akan mempengaruhi pertumbuhan tulang dan otot serta mengganggu metabolisme
karbohidrat, lemak dan mineral yang bermanifestasi menjadi cebol. Ada dua sebab
kekurangan hormon pertumbuhan yaitu:
- Kekurangan hormon pertumbuhan yang congenital (bawaan) yaitu karena produksinya memang kurang atau karena reseptor dalam sel yang kurang atau tidak sensitive terhadap ragsangan hormon. Biasanya gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain. Misalnya karena agenesis hipofisis atau defek /mutasi dari gen tertentu yang menyebabkan kurangnya kadar hormon seperti sindroma laron dan fenomena pada suku pygmi di Afrika.
- Kekurangan hormon pertumbuhan yang didapat. Biasanya gejala baru muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga diproduksi hipofisis. Penyebab paling sering adalah tumor pada hipothalamus – kelenjar hipofisis seperti kraniofaringioma, glioma, histioma atau germinoma. Iradiasi kronis juga dapat mengurangi produksi hormon.
Terapi untuk cebol akibat
kekurangan hormon pertumbuhan dapat berupa pemberian hormon pertumbuhan dari
luar terutama pada produksi yang berkurang atau tumor pada hipofisis setelah
tumor diatasi terlebih dahulu. Sedangkan pada reseptor yang kurang atau
resisten terhadap hormon belum ada terapi yang dapat dilakukan.
2. Faktor Keturunan
Perawakan yang lebih pendek juga
paling sering disebabkan oleh masalah genetik. Sebaiknya dicari tahu riwayat
keseluruhan dari keluarga seperti orangtua, saudara kandung, kakek-nenek, paman
atau bibi. Apabila salah satunya ada yang memiliki perawakan pendek ada
kemungkinan hal tersebut diwariskan ke si kecil.
Orangtua sebaiknya memiliki catatan
riwayat tinggi dan berat badan si kecil, sehingga dokter bisa mempelajari tingkat
pertumbuhan dan menentukan apakah ada yang tidak normal atau tidak.
Jika ditemukan sesuatu yang
mengkhawatirkan, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
X-ray atau tes darah di laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada
kelenjar hormonnya atau kromosomnya. Jika ditemukan adanya masalah hormon, maka
dokter akan mengukur kemampuan dari kelenjar pituitari yang berfungsi
mengeluarkan hormon pertumbuhan manusia (hGH).
Pada awalnya dokter akan memberikan
suntikan obat yang dapat merangsang sistem endokrin untuk memproduksi hGH,
setelah beberapa jam dokter akan mengambil sampel darah untuk menentukan apakah
anak memproduksi hormon pertumbuhan secara normal atau tidak. Jika anak
memiliki masalah pada hormon pertumbuhan, maka dokter ada kemungkinan untuk
memberikan hormon pertumbuhan sintetis agar merangsang produksi dari hGH. Tapi
sebelum diberikan perawatan, sebaiknya dokter sudah mengetahui dengan pasti apa
penyebab tubuh si anak lebih pendek dari teman-temannya.
3. Sindrom Turner
Sindrom Turner (disebut juga
sindrom Ullrich-Turner, sindrom Bonnevie-Ullrich, sindrom XO, atau monosomi X)
adalah suatu kelainan genetik pada wanita karena kehilangan satu kromosom X.
Wanita normal memiliki kromosom seks XX dengan jumlah total kromosom sebanyak
46, namun pada penderita sindrom Turner hanya memiliki kromosom seks XO dan
total kromosom 45. Hal ini terjadi karena satu kromosom hilang saat
nondisjungsi atau selama gametogenesis (pembentukan gamet) atau pun pada tahap
awal pembelahan zigot.
Wanita dengan sindrom Turner akan
memiliki kelenjar kelamin (gonad) yang tidak berfungsi dengan baik dan
dilahirkan tanpa ovari atau uterus. Apabila seorang wanita tidak memiliki ovari
maka hormon estrogen tidak diproduksi dan wanita tersebut menjadi infertil.
Namun, apabila seorang penderita sindrom Turner memiliki sel normal (XX) dan
sel cacat (sindrom Turner/XO) di dalam tubuhnya, maka ada kemungkinan wanita
tersebut fertil. Wanita dengan keadaan demikian disebut mosaikisme (mosaicism).
Penderita sindrom Turner memiliki beberapa cenderung ciri fisik tertentu
seperti bertubuh pendek, kehilangan lipatan kulit di sekitar leher,
pembengkakan pada tangan dan kaki, wajah menyerupai anak kecil, dan dada
berukuran kecil. Beberapa penyakit cenderung menyerang penderita sindrom ini,
di antaranya adalah penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal dan tiroid,
kelainan rangka tulang seperti skoliosis dan osteoporosis, obesitas, serta
gangguan pendengaran dan penglihatan.
Sebagian besar penderita sindrom
ini tidak memiliki keterbelakangan intelektual, namun dibandingkan wanita
normal, penderita memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita
keterbelakangan intelektual. Sebagian penderita sindrom Turner memiliki
kesulitan dalam menghafal, mempelajari matematika, serta kemampuan visual dan
pemahaman ruangnya rendah. Perbedaan fisik dengan wanita normal juga membuat
penderita sindrom Turner cenderung sulit untuk bersosialisasi.
4. Cushing
Sindrom Cushing adalah penyakit
yang disebabkan kelebihan hormon kortisol. Nama penyakit ini diambil dari
Harvey Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasikan
penyakit ini pada tahun 1912.
Penyakit ini ditimbulkan ketika
kelenjar adrenal pada tubuh terlalu banyak memproduksi hormon kortisol.
Penyakit ini juga dapat muncul akibat seseorang terlalu banyak mengkonsumsi
obat yang yang mengandung kortikosteroid, yang biasanya digunakan untuk
berbagai pengobatan penyakit yang akut.
Suatu kelainan pada kelenjar
hipofisa (misalnya tumor) bisa menyebabkan pembentukan kortikotropin yang
berlebihan (kortikotropin adalah hormon yang mengendalikan kelenjar adrenal).
Karsinoma sel kecil di paru-paru
dan tumor lainnya diluar kelenjar hipofisa juga bisa menghasilkan kortikotropin
(keadaan ini disebut sindroma kortikotropin ektopik). Sindroma ini merupakan
penyebab tersering dari fungsi korteks adrenal yang berlebihan.
Meskipun kadar kortikotropin
rendah, kadang kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar kortikosteroid. Hal
ini terjadi jika suatu tumor jinak (adenoma) telah tumbuh di dalam kelenjar
adrenal. Kortikosteroid merubah jumlah dan penyebaran lemak tubuh, karena itu
penderita sindroma Cushing biasanya memiliki wajah yang lebar dan bulat (moon
face).
Lemak yang berlebihan ditemukan di
seluruh batang tubuh dan terutama di puncak punggung (buffalo hump, punuk
kerbau). Jari-jari tangan, tangan dan kaki biasanya menjadi ramping. Otot
kehilangan massanya, sehingga menjadi lemah. Kulit menipis, mudah memar dan
jika mengalami luka akan sukar sembuh. Diatas perut terbentuk goresan keunguan
yang menyerupai tanda peregangan. Lama-lama tingginya kadar kortikosteroid akan
meningkatkan tekanan darah, melemahkan tulang (osteoporosis) dan mengurangi
perlawanan terhadap infeksi. Resiko terjadinya batu ginjal dan diabetes
meningkat dan bisa terjadi perubahan mental (misalnya depresi dan halusinasi).
Penderita wanita biasanya memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.
Anak-anak mengalami pertumbuhan yang lambat dan tetap pendek. Pada beberapa
penderita, kelenjar adrenal juga menghasilkan sejumlah besar steroid
androgenik, sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan rambut wajah dan tubuh,
kebotakan dan peningkatan gairah seksual.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan darah (untuk mengetahui kadar kortisol).
Dalam keadaan normal, pada pagi
hari kadar kortisol adalah tinggi dan kemudian menurun. Pada sindroma Cushing,
kadar kortisol pada pagi hari sangat tinggi dan sesudahnya tidak menurun. Bisa
juga dilakukan pengukuran kadar kortisol dalam air kemih.
Senin, 21 Oktober 2013
Latihan Soal Skenario 1 Tutorial Blok 14
Latihan Soal Skenario 1 Tutorial Blok 14
Skenario :
Wanita, 53 tahun tinggal di daerah gunung Merbabu, mengalami pembesaran pada leher bagian depan. Sudah dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu. Dalam melakukan aktivitas, dia merasakan jantungnya berdetak kencang seperti genderang mau perang. Dia juga mengalami tangannya yang tremor dan juga kedua kakinya membesar.
1. Apakah diagnosis paling mungkin pada kasus tersebut?
a. Gondok multinodular toxic
b. Guiter multinodular toxic
c. Tiroiditis hashimoto
d. Grave’s disease
e. Tiroksikosis factitia
Pembahasan :
Gejala : pembesaran pada leher, jantung berdetak kencang saat beraktivitas, tangan tremor, kedua kaki membesar.
· Gondok Multinodular Toxic (GMT) : berupa kanker ganas (cirinya pembesaran tiroid memiliki banyak nodul/multinodular, dapat terlihat saat inspeksi), keluahan penderita akan disertai nyeri pada kelenjar tiroid saat di palpasi, terdapat dispnea (nyeri saat bernafas), disfagi (nyeri telan), stridor (respirasi bernada tinggi yang merupakan tanda adanya obstruksi saluran nafas), dan choking sensation (perasaan seperti tersedak). Selain itu pada pemeriksaan palpasi akan tampak deviasi, pada saat pasien disuruh menelan, kelenjar tiroid antara lobus kanan dan kiri kembalinya tidak bareng (tidak simetris)). Kan pada dasarnya pembesaran leher itu bisa ke luar maupun ke dalam, nah, pada GMT ini selain ke luar pembesarannya juga kedalam sehingga mendesak trakhea dan esofagus, terjadilah dispnea dan disfagi.
· Guiter Multinodular Toxic : idem diatas, Guiter itu sama dengan Goiter, bahasa kedokterannya Gondok. (red)
· Tiroiditis hashimoto : hmmm... Pertama, tiroiditis itu infeksi pada kelenjar tiroid, sehingga kemungkinan ada rasa nyeri. Kedua, biasanya infeksi ini diderita oleh anak-anak, pada kasus diatas penderitanya seorang yang berusia 53 tahun.
2. Apakah pemeriksaan penunjang yang tepat yang dilakukan untuk penegakan gejala yang dialami pasien?
a. USG, Uji TRH, protein Bound Iodine
b. T3, T4, TSH
c. USG, T3, Uji TRH, T3
d. Protein Bound Iodine, Uji TRH, T3
e. USG, Protein Bound Iodine
Pembahasan :
· Pemeriksaan T3 atau pemeriksaan hormon triiodotironin dan pemeriksaan T4 atau pemeriksaan hormon tiroksin berguna untuk penderita pembesaran leher yang dicurigai hipertiroid maupun hipotiroid. Sedangkan pemeriksaan TSH atau tiroid stimulating hormon dilakukan untuk mengetahui penyebab dari pembesaran kelenjar tiroid itu penyebabnya karena dari kelebihan hormon tiroidnya atau kelebihan dari hormon perangsang kelenjar tiroid (TSH merupakan hormon perangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid). Pada Graves disease, harus dilakukan pemeriksaan T3, T4 maupun TSH untuk mengetahui penyebab pembesaran lehernya. Hasil pemeriksaan biasanya menunjukkan T3 dan T4 naik sedangkan TSH turun, karena biasanya penyebabnya autoimun, dimana diluar sel tiroid terdapat Imunoglobulin like-TSH yang menggantikan TSH untuk membuat hormon tiroid secara terus menerus, bahkan cadangan T1 dan T2 dalam sel tiroid pun dipakai hingga habis.
Normal TSH : 0.5 - 4.70
µIU/mL atau 0.5 - 4.70 mIU/L (S.I),
T4 : 0.8 - 1.8 ng/L atau 10 - 23 pmol/L (S.I),
T3 : 0-6 years: 2.4 -4.2 pg/mL, 7-17 years: 2.9-5.1 pg/mL, > 18 years old: 2.3- 4.2 pg/mL (3.5 - 6.5 pmol/L)
3. Bagaimana hasil pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan yang dilakukan pada no. 2?
a. Naik, naik, naik
b. Naik, naik, turun
c. Turun, turun, naik
d. Turun, naik, turun
e. Turun, turun, turun
4. Apakah penyebab yang paling mungkin dari kasus diatas?
a. Infeksi virus
b. Infeksi bakteri
c. Autoimun
d. Kekurangan yodium
e. Genetik
5. Mengapa hipertiroid pada laki-laki mengalami ginekomastia?
a. Penurunan sekresi hormon binding globulin
b. Peningkatan konversi androgen menjadi estrogen
c. Estradiol lebih rendah terhadap testosteron
d. Peningkatan sekresi kortison
e. Estradiol dan estron naik
6. Apakah efek hipertiroid terhadap ginjal?
a. Penurunan glomerular filtration rate
b. Penurunan aliran darah ke ginjal
c. Keseimbangan elektrolit normal
d. Penurnan reabsorbsi tubular
e. Kapasitas sekresi naik
7. Apakah sel di kelenjar tiroid yang menghasilkan kalsitonin?
a. Sel kuboid
b. Sel kolumner
c. Sel parafolikuler
d. Sel folikel pipih
e. Sel folikel bulat
Pembahasan :
Permukaan kelenjar tiroid terdiri atas sebagian besar epitel tirosit berupa folikel yang nantinya selnya akan menghasilkan hormon tiroksin (T4) dan hormon triiodotironin (T4), selain itu kelenjar tiroid juga memiliki sel parafolikuler yang mampu menghasilkan hormon kalsitonin yang fungsinya mengatur kadar kalsium dalam tubuh.
8. Dalam sirkulasi darah, dimanakah T3 dan T4 terikat?
a. Lisosom
b. TBPA
c. TBG
d. Dalam keadaan bebas
e. Albumin
Pembahasan :
Ketika yodium yang teroksidasi (YT) terikat dengan tiroglobulin (TG) dalam folikel sel kelenjar tiroid, kemudian akan di simpan dalam koloid, melalui bantuan lisosom dan asam amino tirosin, TG yang berikatan dengan YT akan berubah menjadi monoiodotirosin (T1) dan sebagian kecil menjadi diiodotirosin (T2). Pada proses coupling, T1 akan berikatan dengan T2 dan berubah menjadi triiodotirosin (T3), sedangkan T2 yang berikatan dengan T2 akan berubah menjadi tiroksin (T4), kemudain keduanya akan dilepas ke jaringan. Di jaringan, T3 dan T4 akan ditangkap atau berikatan dengan tiroid binding globulin (TBG) untuk kemudian dibawa ke sel targetnya masing-masing.
9. Apakah obat yang paling sesuai diberikan pada pasien tersebut yang menekan aksi hormon tiroid?
a. PTU
b. Metimazole
c. Glukokortikoid
d. Propanolol
10. Apakah sasaran terapi hipertiroid?
a. Mengurangi massa kelenjar tiroid
b. Menekan efek hormon tiroid di sentral
Kamis, 17 Oktober 2013
Skenario 1 Tutorial Blok 14 : Sistem Endokrin episode Glandula Tiroid
Skenario 1
Tutorial Blok 14
Author : Didit
1.
Prinsip Mekanisme Pengontrolan Endokrin dan Metabolik
Download disini!
Download disini2!
2.
Kelenjar Tiroid dan Gangguannya
Download disini!
Download disini2!
1. Prinsip Mekanisme Pengontrolan Endokrin dan Metabolik
Ø Sistem
endokrin dapat dibagi menjadi (1) organ-organ endokrin yang seluruhnya
berkaitan dengan produksi hormon (misal hipofisis, adrenal, tiroid,
paratiroid), (2) komponen-komponen endokrin pada organ campuran, yang
melepaskan kelompok sel endokrin dalam organ yang memiliki fungsi lain (misal,
pankreas, ovarium, testis), dan (3) sistem parakrin atau endokrin difus, yang
merupakan sel yang tersebar dalam suatu organ atau jaringan yang memproduksi
hormon yang bekerja secara lokal pada sel-sel yang berdekatan dan tidak
memasuki aliran darah, sehingga bukan merupakan sel endokrin sesungguhnya
(misal, dalam mukosa usus dan bronkial). antiremed.blogspot.com
Ø Sistem saraf
dan endokrin merupakan sistem komunikasi yang mengatur aktivitas metabolisme
dasar tubuh sehingga memberikan fungsi integratif untuk organisme yang
kompleks.
Ø Sistem saraf
dan endokrin terkait erat secara embrionik, anatomik dan fungsional.
Neuroektoderm dalam embrio meningkatkan sistem saraf, serta banyak kelenjar
endokrin. Kedua sistem ini terkait secara anatomis melalui sistem portal
hipotalamus-hipofisis. Kedua sistem ini mengatur aktivitas metabolisme dasar
tubuh.
Ø Fungsi
sistem endokrin meliputi (1) respons terhadap stres atau cidera (melalui aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal), (2) pertumbuhan dan perkembangan), (3)
reproduksi (melalui aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal), (4) metabolisme
energi (melalui hormon tiroid dan pankreas), (5) metabolisme cairan dan
elektrolit (melalui ADH, hormon aldosteron, dan paratiroid), dan (6) respon
kekebalan tubuh.
Ø Terjadi
suatu interaksi antara sistem neuroendokrin dan respons kekebalan tubuh.
Kortisol mengontrol pelepasan sitokin yang berperan dalam imunitas yang
diperantarai sel dan sitokin seperti IL-6 dapat menstimulasi sekresi ACTH dan kortisol.
Ø Sistem endokrin
dihasilkan oleh kelenjar yang menyintesis dan menyekresi zat-zat kimia yang
disebut sebagai hormon, yang dibawa dalam darah menuju jaringan sasaran tempat
kerjanya.
Ø Hormon
merupakan derivat protein (glikoprotein, polipeptida, atau amino) atau derivat
kolesterol (steroid).
Ø Karakteristik
umum hormon : (1) disekresi dalam jumlah kecil, (2) pelepasan pulsatil dalam
irama sirkadian, yang harus dipertimbangkan dalam menginterpretasikan kadar
serum, (3) bekerja dengan mengubah kecepatan respons fisiologis, dan (4)
sebagian besar dinonaktifkan dalam hati dan diekskresi dalam urin.
Ø Hormon dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori besar berdasarkan pada mekanisme pengiriman
sinyal dan interaksi dengan reseptor sel target : (1) steroid dan tironin
(larut dalam lemak) berdifusi melewati membran sel target dan bergabung dengan
tempat reseptor intrasel, dan akhirnya mengirim sinyal mRNA untuk menyintesis
beberapa protein , (2) polipeptida dan katekolamin (larut dalam air) bergabung
dengan reseptor permukaan sel target, yang kemudian menggunakan messenger kedua
(biasanya AMP siklik) dan akhirnya mengubah beberapa fungsi sel target.
Ø Hormon
steroid adalah hormon kortisol, aldosteron, gonad, dan kolekalsiferon (vitamin
D). Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) adalah hormon tironin.
Ø Contoh
hormon polipeptida adalah hormon pelepas hipotalamus, hormon tropik hipofisis,
hormon paratiroid (PTH), kalsitonin, insulin, dan glukagon. Epinefrin dan
norepinefrin adalah katekolamin.
Ø Regulasi
sekresi hormon dicapai melalui (1) umpan balik negatif berdasarkan pada kadar
hormon dalam darah, (2) perubahan konsentrasi beberapa zat plasma lain (misal,
glukosa dan insulin, Ca++ dan parathormon), dan (3) irama sekresi
yang berasal dari otak (misal, irama sirkadian sekresi kortisol, hormon pertumbuhan,
hormon siklus menstruasi).
Ø Penyakit
sistem endokrin ada 3 jenis, (1) defisiensi hormon, (2) kelebihan hormon, dan
(3) resistensi reseptor sel target hormon.
Ø Defisiensi
hormon dapat disebabkan oleh infeksi, infark dan kematian jaringan, tumor, bedah
pengangkatan, penyakit autoimun, defisiensi dalam makanan, dan herediter dan
umumnya diobati dengan terapi penggantian.
Ø Kelebihan
hormon dapat disebabkan oleh kegagalan atau umpan balik negatif, produksi
tempat ektopik, kegagalan atau inaktivasi atau ekskresi atau mungkin
iatrogenik. Pengobatan adalah supresi hormon dengan pembedahan untuk mengangkat
sebagian atau seluruh kelenjar atau dengan pemberian obat untuk menekan
produksi hormon, menekan pelepasan hormon tropik, atau dengan memberikan
antagonis hormon.
Ø Resistensi
reseptor sel target hormon dapat disebabkan oleh defek reseptor (misal,
diabetes tipe 2), cedera atau destruksi autoantibodi, herediter, atau tidak
adanya sel target dan biasanya diobati dengan memperkuat interaksi
hormon-reseptor (obat-obat sulfonilurea untuk diabetes tipe 2).
antiremed.blogspot.com
2. Kelenjar Tiroid dan Gangguannya
Ø Tiroid merupakan
suatu kelenjar endokrin murni berbentuk kupu-kupu yang terdiri atas dua lobus
yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak tepat dibawah kartilago
krikoid pada leher.
Ø Kelenjar tiroid
mensekresi dua jenis hormon yang berbeda dari dua jenis sel: (1) sel folikel
tiroid, yang membuat kelenjar membesar, memproduksi hormon tirosin (T4) dan
triiodotironin (T3), dan (2) sel parafolikuler atau sel C, yang merupakan
populasi sel minoritas dalam kelompok kecil diantara sel folikuler yang
memproduksi kalsitonin, yang berperan dalam homeostasis kalsium.
Ø Kontrol sekresi
hormon tiroid dilakukan dalam aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid. TSH
diproduksi oleh hipofisis anterior dibawah penghambatan timbal balik negatif
pada hipofisis anterior yang berkaitan dengan kadar hormon tiroid yang beredar
dalam sirkulasi dan rangsangan TRH yang berasal dari hipotalamus.
Ø Sekresi hormon
tiroid normal membutuhkan dorongan yang adekuat (TSH), jumlah jaringan tiroid
fungsional yang adekuat, jumlah substrat yang adekuat (yodium), dan enzim yang
adekuat untuk organifikasi dan perangkaian. Defisiensi setiap hal ini akan
menyebabkan terjadinya hipofungsi kelenjar.
Ø Hormon tiroid
memengaruhi banyak sistem. Efek utama adalah perangsangan metabolisme sel. Hormon
tiroid merangsang hormon pertumbuhan pada anak dan berperan dalam perkembangan
sistem saraf pusat normal – tidak adanya hormon tiroid pada saat lahir
menyebabkan retardasi mental dan hambatan perkembangan neurologis (kretinisme).
Ø T3 dan T4
ditransportasikan dalam darah secara bolak-balik berikatan dengan protein
plasma : (1) globulin pengiat tiroksin (thyroxine binding globulin, TBG)
mengikat T4 secara kuat dan T3 secara lemah, (2) prealbumin pengikat tiroksin
(thyroxine binding prealbumin, TBPA), dan (3) albumin pengikat tiroksin
(thyroxin binding albumin, TBA). Sejumlah kecil fraksi T3 dan T4 berada dalam
bentuk aktif metabolik bebas dan tersedia ke jaringan. Hormon bebas berada
dalam kesetaraan bolak-bali dengan hormon yang terikat. Setiap perubahan dalam
TBG menyebabkan perubahan jumlah T4 bebas dalam sirkulasi, menyebabkan
perubahan hasil uji fungsi tiroid.
Ø Delapan puluh
persen T3 diproduksi dalam jaringan perifer dari delodinasi T4; rT3, bentuk
inaktif T3, adalah suatu hasil tambahan.
Ø Aturan empat
: efek metabolik T3 empat kali lebih kuat dari T4; efek metabolik T4 di
jaringan berlangsung empat kali lebih lama dibandingkan dengan T3, sehingga
kedua hormon tiroid ini saling menyeimbangkan.
Ø Pemeriksaan yang
digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit tiroid, antara lain : (1) kadar
T3 dan T4 serum, (2) tiroksin bebas, (3) TSH serum, dan (4) uji ambilan tiroid
radioisotop (RAI). Pada hipertiroidisme, semua kadar pemeriksaan inimeningkat,
kecuali TSH serum yang menurun. Pada hipotiroidisme, semua kadar pemeriksaan
ini menurun, meningkat, kecuali TSH yang meningkat.
Ø Istilah “goiter”
telah banyak digunakan sejak dulu untuk mengartikan pembengkakan diagnosis
penyakit tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid disebabkan oleh banyak hal dan
dapat berkaitan keluaran hormon tiroid yang menurun, meningkat (goiter toksik),
atau normal (goiter nontoksik). Istilah ini harus dihindari karena tidak jelas
dan tidak menjelaskan kelainan khusus.
Ø Hipertiroidisme
atau tirotoksikosis dapat didefinisikan sebagain respon tubuh terhadap T3 atau
T4 berlebihan, atau keduanya.
Ø Dua penyebab
utama hipertiroidisme adalah penyakit graves yang terutama terjadi pada dewasa
muda, dan goiter nodular toksik yang terutama terjadi pada dewasa yang lebih
tua. Penyebab yang lebih jarang adalah pemberian sendiri hormon tiroid
(faktisia tirotoksikosis) atau produksi TSH yang berlebihan akibat tumor
hipofisis (hipertiroidisme sekunder).
Ø Penyakit graves
adalah suatu bentuk tiroiditis autoimun yang timbul dengan gejala
hipertiroidisme, pembesaran difus kelenjar tiroid, eksoftalmus, serta gejala
dan tanda lain hipermetabolisme (intoleransi panas, berkeringat, penurunan
berat badan, takikardi, kecemasan, dan keletihan).
Ø Penyakit graves
disebabkan oleh terdapatnya antibodi IgG yang disebut sebagai stimulator tiroid
kerja lama (LATS) yang bekerja secara langsung pada sel folikel tiroid,
merangsangnya untuk membelah (menyebabkan hiperplasia) dan untuk menyintesis
dan menyekresi hormon tiroid secara terus-menerus, diluar kontrol TSH dari
hipofisis. Oleh karena itu, hormon tiroid disintesis dan disekresi tanpa
memperdulikan kebutuhan dan mekanisme timbal balik normal diabaikan.
Ø Goiter nodular
toksik ditandai dengan nodul kecil terpisah yang berfungsi secara otonom dalam
mensekresi hormon tiroid yang berlebihan. Awitannya akut dengan gambaran klinis
yang tidak begitu parah bila dibandingkan dengan penyakit graves. Eksoftalmus tidak
terjadi, namun dapat terjadi mata yang terbelalak dan jarang mengedip akibat
peningkatan aktifitas simpatis.
Ø Tujuan pengobatan
pada penatalaksanaan hipertiroidisme adalah untuk menghambat efek merugikan
hormon tiroid dan menghentikan hipersekresinya dengan terapi ablatif
menggunakan RAI, operasi tiroidektomi subtotal, atau pengobatan dalam waktu lama
menggunakan propiltiourasil (menghambat sintesis tiroksin). Obat penyekat beta
seperti propranolol diberikan untuk menurunkan aktivasi simpatis sehingga
mengurangi gejala kecemasan, takikardi, dan keringat berlebihan.
Ø Gejala dan
tanda hipotiroidisme disebabkan oleh berkurangnya keluaran hormon tiroid.
Ø Hipotiroidisme
yang terjadi pada orang dewasa berkisar dari gangguan berat (miksedema) hingga
yang tidak begitu berat dan sering terlewatkan.
Ø Penyebab terpenting
hipotiroidisme primer adalah terapi ablatif RAI atau operasi pada penyakit
graves (paling sering) dan tiroiditis hashimoto (penyakit autoimun, penyebab
tersering penyakit tiroid pada anak). Penyebab lainnya adalah tinggal di daerah
geografik kekurangan yodium (misal, Michigan) dan beberapa terapi obat (misal,
lithium).
Ø Hipotiroidisme
sekunder (jarang terjadi) disebabkan oleh disfungsi hipotalamus atau hipofisis
yang terjadi akibat tumor atau terapi pembedahan atau iridasi – terdapat defisiensi
sekresi TSH hipofisis.
Ø Gambaran klinis
khas miksedema adalah lethargi, edema periorbital dengan pembengkakan wajah,
suara parau, kulit dingin, kasar, kering, bradikardi, keterlambatan intelektual
dan aktivitas motorik, serta intoleransi dingin.
Ø Uji laboratorium
yang memastikan adanya hipotiroidisme adalah kadar T4, serum yang rendah, T3
dan T4 bebas yang rendah, dan kolesterol serum yang meningkat. Kadar TSH tinggi
pada hipotiroidisme primer dan kadarnya rendah pada hipotiroidisme sekunder.
Ø Pengobatan hipotiroidisme
adalah pemberian T4 yang dimulai dengan dosis 50 μg/hari dan berkembang menjadi
dosis rumatan hingga mencapai 150 μg/hari. Terapi penggantian yang adekuat
ditentukan melalui pemantauan kadar T4 serum, ambilan rT3 dan TSH.
Ø Hipotiroidisme
kongenital (kretinisme) dapat disebabkan oleh hipotiroidisme maternal yang
tidak diobati atau defek enzim herediter akibat kegagalan sintesis T3 dan T4
normal.
Ø Pendeteksian
hipotiroidisme kongenital (kretinisme) penting dilakukan sebelum terjadi
retardasi mental dan gangguan perkembangan susunan saraf pusat.
Ø Gejala dan
tanda kretinisme yang dapat diamati adalah bayi yang somnolen dan hipoaktif
sehingga menyebabkan gangguan pemberian makan, tangisan parau, lidah besar,
ikterus fisiologis menetap, kulit bersisik yang kering dan kasar. Diagnosis dipastikan
melalui pemeriksaan radioimunoasai yang memperlihatkan penurunan kadar T4, T3
dan peningkatan TSH. Pengobatan dengan pemberian Synthroid (T4).
Ø Goiter nontoksik
didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar tiroid yang tidak berkaitan dengan
proses inflamasi atau neoplasma dan awalnya tidak berkaitan dengan
hipertiroidisme atau hipotiroidisme.
Ø Goiter nontoksik
dapat disebabkan oleh defisiensi iodida atau defek intrinsik dalam sintesis
hormon, kedua hal ini akan menyebabkan peningkatan keluaran TSH dan menyebabkan
terjadinya hiperplasia tiroid.
Ø Pengobatan goiter
meliputi supresi TSH dengan tiroksin, pembedahan jika berukuran besar dan
menyebabkan obstruksi trakea, serta iodisasi garam meja untuk daerah geografik
yang kekurangan yodium.
Ø Sindrom sakit
eutiroid (ESS) adalah terdapatnya uji fungsi tiroid abnormal yang menyerupai hipotiroidisme
pada pasien dengan fungsi tiroid normal tetapi yang menderita penyakit sistemik
nontiroid berat.
Ø Penyebab ESS
diyakini merupakan menurunnya kenversi perifer T4 menjadi T3, meningkatnya
konversi T4 menjadi T3 cadangan, dan menurunnya pengikatan hormon tiroid
terhadap TBG, hasilnya adalah T3 yang menurun, rT3 yang tinggi, serum T4 total
yang menurun, dan TSH yang normal.
Ø Scintiscan RAI
adalah pemeriksaan yang bermanfaat untuk membedakan nodul tiroid jinak dan
ganas. Nodul panas (yang mengambil isotop) umumnya jinak, dan nodul dingin
(yang gagal mengambil isotop) cenderung menjadi panas (terutama jika berat,
terfiksasi ke jaringan sekitar, dan disertai dengan limfadenopathy leher).
Ø Terdapat 3
jenis utama tumor ganas yang berasal dari sel folikel tiroid: karsinoma
papilar, folikular, dan karsinoma tiroid anaplastik.
Ø Faktor resiko
kanker tiroid adalah (1) nodul tiroid pada anak yang berusia kurang dari 14
tahun (50% ganas), dan (2) pemajanan iradiasi di kepala atau leher pada masa
bayi atau anak.
Ø Kersinoma medular
tiroid berasal dari sel C yang memproduksi kalsitonin parafolikular pada
tiroid. Jenis kanker tiroid ini dapat bersifat familial dan berkaitan dengan
neoplasia endokrin multipel (MEN). antiremed.blogspot.com
REFERENSI :
At glance sistem endokrin
Langganan:
Postingan (Atom)