Skenario
2 Tutorial Blok 11 part I
Theme : hematologi parasit, nematoda filaria,
filariasis
Author : Fino
Skenario :
Petugas
Puskesmas saat kunjungan ke rumah penduduk di daerah Bekasi, menemukan dua
orang penduduk mengalami pembengkakan si sebagian tubuhnya. Penderita pertama
adalah seorang wanita berumur 50 tahun mengalami pembengkakan pada kaki sebelah
kanan. Pembengkakan terjadi mulai pangkal paha ke bawah. Penderita kedua
seorang laki-laki berumur 30 tahun mengalami pembengkakan pada kedua kaki dan
skrotumnya. Perabaan kulit organ tubuh yang membengkak pada kedua penderita
terasa keras dan menebal. (anti-remed.blogspot.com) Menurut kedua pasien
tersebut, beberapa tahun yang lalu mereka pernah mengalami beberapa kali demam
diikuti peradangan didaerah inguinal. Setelah mendapatkan laporan, dokter
puskesmas memerintahkan untuk dilakukan pengambilan sampel darah malam hari
pada semua penduduk diseluruh wilayah kerjanya.
BEBERAPA
PERTANYAAN PRINSIP & JAWABAN ALTERNATIFNYA
1.
Apa yang dimaksud dengan parasit filaria?
2.
Bagaimana klasifikasi parasit filaria?
3.
Bagaimana cara penularan parasit filaria kepada manusia (siklus
hidup)?
4.
Bagaimana cara mendiagnosis pasien dengan parasit filaria?
5.
Apa gejala klinis yang timbul akibat infeksi parasit filaria?
6.
Apa tindakan pencegahan untuk infeksi parasit filaria?
Brainstorming
:
1.
Parasit filaria merupakan cacing yang stadium dewasanya hidup dipembuluh
limfe nodus-nodus limfatikus, sedangkan stadium mikrofilarianya berada di
sirkulasi darah. Mikrofilaria mempunyai bentuk yang berbeda antara spesies
cacing satu dengan yang lainnya sehingga dapat dijadikan dasar identifikasi
spesies cacing filaria.
2.
Meskipun terdapat lebih dari 200 spesies parasit filaria, hanya
sedikit yang menginfeksi manusia, hanya ada tiga jenis filaria yang menginfeksi
manusia, yaitu Wuchereria brancrofti,
brugia malayi, dan onchocerca
volvulus. Tiap parasit mempunyai siklus hidup yang kompleks dan infeksi
pada manusia tidak akan berhasil kecuali jika terjadi pemaparan larva infektif
yang intensif untuk waktu yang lama, setelah terjadi pemaparan, dibutuhkan
waktu bertahun-tahun sebelum timbulnya perubahan patologis yang nyata pada
hospes manusia.
Spesies
|
Area
Geografik
|
Vektor
|
Lokasi
Mikrofilaria
|
Periodisitas
|
Sarung
|
Panjang
(μm)
|
Inti
pd ekor
|
Wuchereria
Brancrofti
|
Tropik, Subtropik
|
Nyamuk
|
Darah, cairan hidrokel
|
Nokturnal, subperiodik
|
+
|
244-296
|
Inti tak sampai ke ujung ekor
|
Brugia
Malayi
|
Asia Tenggara
|
Nyamuk
|
Darah
|
Nokturnal, subperiodik
|
+
|
177-230
|
Inti subterminal dan terminal
|
Loa
Loa
|
Afrika
|
Lalat mangga
|
Darah
|
Diurnal
|
+
|
250-300
|
Inti sampai ke ujung ekor
|
Mansonella
Perstans
|
Afrika, Amerika Selatan
|
Lalat kecil
|
Darah
|
Tdk ada
|
-
|
190-200
|
Inti sampai ke ujung ekor
|
Mansonella
Ozzardi
|
Amerika Tengah & Selatan
|
Lalat kecil
|
Darah
|
Tdk ada
|
-
|
173-240
|
Inti tak sampai ke ujung ekor
|
Mansonella
Streptocerca
|
Afrika
|
Lalat kecil
|
Kulit
|
Tdk ada
|
-
|
180-240
|
Sebaris inti sampai ke ujung
ekor, ekor melengkung
|
Onchocerca
Volvulus
|
Afrika, Amerika Selatan &
Tengah
|
Lalat hitam
|
Kulit
|
Tdk ada
|
-
|
221-287
|
Inti tak sampai ke ujung ekor
|
Tabel diatas
merupakan tabel karakteristik mikrofilaria pada manusia. Tergantung dari
spesies, mikrofilaria dapat menunjukkan periodisitas dalam sirkulasinya.
Fluktuasi sirkadian dimana sejumlah besar mikrofilaria terdapat dalam darah pada malam hari disebut periodisitas nokturnal. Beberapa
spesies bersifat nonperiodik atau diurnal.
Pada bentuk yang terakhir ini, mikrofilaria bersirkulasi dalam jumlah yang
tetap baik pada malam maupun siang
hari. Subperiodik nokturna
berarti bahwa mikrofilaria dapat dideteksi dalam darah sepanjang siang hari tetapi juga ditemukan dalam jumlah yang tinggi
pada malam hari. Hanya sejumlah kecil dari seluruh populasi
mikrofilaria dapat ditemukan dalam sirkulasi darah, bahkan dalam puncak
tertinggi dimana jumlah mikrofilaria secara normal ditemukan dalam darah.
3. Siklus hidup Filaria:
1) Wuchereria Brancrofti, Brugia Malayi à (pada
Manusia) cacing dewasa dalam saluran limfe à yang betina
mengeluarkan mikrofilaria dalam darah à nyamuk
menelan mikrofilaria dalam darah yang dihisapnya à larva
infektif berkembang dalam nyamuk à larva
infektif masuk ke dalam hospes ketika nyamuk menghisap darah à larva
bermigrasi ke limfatik berkembang menjadi bentuk dewasa à cacing
dewasa menetap dalam saluran limfe (pada Manusia);
2) Loa- loa à (pada Manusia) cacing dewasa
bermigrasi di bawah konjungtiva atau dalam kulit dan jaringan subkutan à yang betina
mengeluarkan mikrofilaria ke dalam darah à lalat
mangga menelan mikrofilaria ketika menghisap darah à larva
infektif berkembang dalam lalat dan bermigrasi ke bagian mulut lalat à larva masuk
ke hospes ketika lalat menghisap darah à cacing
dewasa bermigrasi di bawah konjungtiva atau dalam kulit dan jaringan subkutan
(pada Manusia);
3) Onchocerca volvulus à (pada
Manusia) cacing dewasa hidup dalam dermis, lapisan fasial yang dalam dan
jaringan penyambung à mikrofilaria bermigrasi ke seluruh tubuh
terutama dermis bagian atas (banyak menyebabkan kerusakan mata yang parah) à lalat hitam
menelam mikrofilaria ketika menghisap darah à larva
infektif berkembang dalam lalat dan bermigrasi ke mulut à larva
memasuki hospes ketika lalat menghisap darah.
4.
Apabila seorang pasien dicurigai menderita filariasis, riwayat
klinik dapat membantu dalam menentukan waktu yang sesuai untuk pengambilan
spesimen. Waktu yang optimal untuk
pengambilan darah guna mengetahui infeksi periodik yaitu antara jam 10 malam
sampai 4 pagi. Darah yang diambil untuk mengetahui spesies yang
subperiodik, dapat dikerjakan pada setiap saat, meskipun puncak mikrofilaremia
terjadi pada malam hari. Darah untuk sediaan tebal dan tipis dapat diambil dari
tusukan pada ujung jari atau daun telinga. Sediaan darah dapat dipulas dengan
Giemsa atau Hematoksilin Delafield. Pulasan Giemsa tidak memulas sarung mikrofilaria
secara adekwat, seperti pulasan hemaatoksilin. Pemeriksaan sediaan darah untuk
mikrofilaria dilakukan dengan pembesaran rendah pada seluruh lapangan pandang,
tidak hanya pada sebagian kecil lapangan saja. Sarung mikrofilaria seringkali
terlepas pada saat sediaan tebal dikeringkan.
Ringkasan Diagnostik Laboratorium :
1) Riwayat
perjalanan harus diketahui untuk meningkatkan jenis spesimen terbaik dan waktu
pengambilan yang optimal untuk penentuan spesies filaria yang dicurigai;
2) Disamping
sediaan darah tepis dan tebal, teknik Knot atau konsentrasi membran harus
digunakan untuk mendeteksi mikrofilaria yang biasa ditemukan dalam darah tepi;
3) Sayatan
kulit secara multiple harus dilakukan untuk mendeteksi O. Volvulus dan M.
Streptocerca. Di Afrika, kedua spesies ini distribusinya saling tumpang
tindih;
4) Uji
serologis lebih bermanfaat bagi pasien yang sudah lama tidak berdiam didaerah
endemik.
5. Gejala Klinis :
o
Manifestasi dini sering berupa demam tinggi (demam filarial atau
elefantoid), limfangitis dan limfadenitis;
o
Dimulai dengan demam tinggi dan menggigil selama 1 sampai 5 hari
sebelum kemudian berkurang dengan sendirinya;
o
Limfangitis akan menjalar ke arah distal dari kelenjar yang
terkena dimana cacing filarial tinggal;
o
Limfadenitis dan limfangitis berkembang lebih sering di
ekstremitas bawah, selain pada tungkai dapat mengenai alat kelamin dan buah
dada;
o
Kelenjar limfe keras, nyeri dan cenderung tetap membesar;
o
Pada pembuluh limfe terjadi indurasi dan peradangan, kulit yang
diatasnya tegang, berwarna kemerahan, hangat dan daerah yang mengelilinginya
membengkak;
o
Kadang-kadang dapat terbentuk abses pada kelenjar limfe atau
sepanjang saluran limfe. Penyembuhan abses berlangsung 2 sampai 3 bulan;
o
Reaksi peradangan terjadi pada saluran limfe yang mengandung
cacing. Terjadi infiltrasi sel plasma, eosinofil dan makrofag didalam dan
sekitar pembuluh yang terkena;
o
Sebagai akibat dari reaksi radang yang berulangkali, terjadi
hiperplasia dari endotel disamping infiltrasi seluler. Terjadi peningkatan
tekanan hidrostatik akibat kerusakan pembuluh limfe, yang kemudian akan
meningkatkan permeabilitas dinding pembuluhnya. Kebocoran yang menahun dari
cairan yang mengandung kadar protein tinggi ke dalam jaringan sekitarnya
(limfedema) menimbulkan edema yang keras, disertai penebalan dan perubahan
verukosa pada kulit, dikenal sebagai ELEFANTIASIS;
o
Obstruksi dari saluran limfe genital akan menimbulkan hidrokel
atau limfedema skrotal;
o
Cacing dewasa yang mati dapat merangsang timbulnya peradangan
setempat yang berat yang dapat menyebabkan terjadinya absorbsi atau mengalami
perkapuran atau menimbulkan abses;
o
Beberapa pasien tidak menunjukkan mikrofilaremia, beberapa akan
menunjukkan sindrom tropikal eosinofilia (Weingarten’s). Ciri-cirinya
infiltrasi paru-paru, eosinofilia perifer, batuk-batuk, serangan asma terutama
pada malam hari.
6.
Dietilkarbamasin, suatu derivat piperazin, secara in vivo
merupakan obat mikrofilarisidal yang sangat baik. In vitro, DEC (Hetrazan)
tidak mempunyai aktifitas mikrofiliarisidal dan efeknya terhadap cacing dewasa
sangat lambat. Dietilkarbamasin dapat diberikan secara oral dan secara cepat
akan membersihkan mikrofilaria yang sedang beredar. Dalam pengobatan dapat
terjadi reaksi alergi berupa demam, urtikaria dan limfangitis. Reaksi ini dapat
dikontrol dengan antihistamin atau dengan memberikan dosis DEC rendah pada
permulaannya dan perlahan-lahan ditingkatkan dosisnya. Reaksi nonspesifik yang
merugikan pada pengobatan dengan DEC termasuk sakit kepala, nausea, kelemahan
umum dan vertigo.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, telah dilakukan berbagai macam pengobatan
dengan DEC. Didaerah endemik, pemberian dosis rendah untuk jangka waktu lama
telah berhasil dengan baik menurunkan penularan dan sekuele patologis.
Tindakan
bedah untuk membuang jaringan elefantoid berhasil memuaskan pada elefantiasis
skrotal tetapi tidak untuk yang di ekstremitas. Penggunaan ikatan penekan
elastis dapat membantu mengurangi indurasi tetapi fibrosis yang mendasarinya
tidak terpengaruh.
REFERENSI :
Diagnostik Parasitologi Kedokteran Lynne S. Garcia
dan David A. Bruckner, EGC
Modul Hematologi dan Limfatika FKIK UMY 2013
Author : Fino
Tidak ada komentar:
Posting Komentar