Senin, 01 April 2013

Skenario 1 Tutorial Blok 11

4Skenario 1 Tutorial Blok 11
Theme : Anemia and Anemia in Obsgyn
Author : Didit

Anemia in Pregnancy --> Download here!
Skenario (Triger I):
Ibu Yeti, 25 tahun (wiraswasta), keluhan lemas disertai muka pucat, sering pusing, penglihatan berkunang-kunang, jantung berdebar-debar (sejak 3 bulan yang lalu), suami khawatir akan ada dampaknya jika istri hamil nanti. Pada pemeriksaan fisik didapat : konjungtiva anemia, sklera tidak ikterik, dan tidak memiliki riwayat menstruasi periode panjang.
Triger II :
v  Pemeriksaan Fisik :
§  Keadaan Umum : Kompos mentis, tampak lemah dan pucat;
§  Vital Sign : Tekanan darah : 100/60 mmHg (normal 120/80 mmHg), pulse nadi : 100x/menit (normal 80x/menit), respirasi : 20x/menit (normal 16-20x/menit), t : 36,5 °C (normal 36,5-37,5 °C);
§  Kepala : mesocephal;
§  Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), hidung : nafas cuping hidung (-/-), mulut : bibir pucat (+) perdarahan (-);
§  Leher : pembesaran kel. Tyroid (-), pembesaran Inn. (-), JVP normal;
§  Thorax : pulmo : dbn, cor : S I/II reguler, bising (-);
§  Abdomen : supel, hepar dan lien tidak membesar, peristaltik (+), normal;
§  Ekstremitas : kuku pucat (+), akral dingin (-).
v  Pemeriksaan Laboratorium :
§  DARAH RUTIN : Hb : 9,8 (normal: 13-16 g/dL), jumlah leukosit : 6.300 (normal : 5000-10.000 mm3), hitung jenis : eosinofil 2 % (normal : 1-5%), basofil 1 % (normal : 0-1%), netrofil batang 4 % (normal : 2-8%), netrofil segmen 45 % (normal : 40-60%), limfosit 30 % (normal : 20-40%), monosit 3 % (normal : 2-6%), LED I: 20, II: 30 (normal : L 0-10 mm/jam, P 0-15 mm/jam);
§  Tes Kehamilan : PP test : positif (+).

Pembahasan :
1.     Intepretasi Hasil :
§  Ibu Yeti : berarti dia perempuan, sementara kadar hemoglobin (Hb) pada perempuan lebih sedikit dibanding pada laki-laki, normal Hb pada perempuan 12 g/dL, kecuali pada perempuan hamil Hb 11,5 g/dL, sedangkan pada laki-laki normal Hb 13,5-18,5 g/dL. Kenapa Hb pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki? Karena perempuan memiliki siklus menstruasi secara rutin. Lalu kenapa Hb pada wanita hamil lebih rendah daripada wanita normal? Sebenarnya Hb 11,5 pada wanita hamil sudah termasuk anemia, namun masih anemia fisiologis, karena pada saat hamil, seorang wanita membutuhkan cairan amnion (plasenta) untuk kebutuhan nutrisi bayinya, nah, cairan amnion tersebut didapatkan dengan cara menaikkan cairan plasma untuk mengencerkan darah, sebagai kompensasinya Hb akan turun (hydremia), terutama pada trimester II kehamilan, kecuali jika saat hamil kadar Hb dibawah 11,5 g/dL berarti bukan anemia fisiologis lagi, tapi ada kelainan lain, bisa karena adanya ulkus gastritis, ambeien (hemoroid), perdarahan karena cacing tambang, dst; Source : Kuliah Introduction Block Hematological Disease dr. Suryanto, SpPK dan Kuliah Anemia in Pregnancy Prof. DR. dr Sulchan S, SpOG.PhD
§  25 tahun : berarti masih muda, umur bisa juga mempengaruhi anemia, misal pada orang yang sudah lansia dengan penurunan fungsi ginjal dapat terjadi anemia, sedangkan pada orang yang masih muda cenderung pada anemia karena herediter misalnya anemia sickle cell (bulan sabit), thalassemia, dst;
§  Pekerjaan wiraswasta : bisa berpengaruh bisa tidak, jika ternyata pekerjaan dia berat dan dia meng-handle sendiri tanpa karyawan bisa saja terlalu capek kemudian anemia deeh;
§  Muka pucat, sering pusing, mata berkunang-kunang dan jantung berdebar-debar : pada penderita anemia gejala tersebut sering terlihat, karena pada anemia, tubuh tidak bisa memproduksi sel darah merah yang cukup sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi rendah atau menurun. Dalam tubuh kan ada dua proses pembentukan energi, yaitu proses aerob (ada oksigen) dan proses anaerob, karena kekurangan darah menyebabkan oksigen berkurang, dua proses tadi jadi lebih dominan di proses anaerob, sementara proses anaerob tidak banyak menghasilkan oksigen, sehingga oksigen yang harusnya dialirkan ke otak dan area sensitive (seperti muka (area mata dan bibir) dan ekstremitas (tangan (pada kuku dan telapak) dan kaki) dengan sempurna jadi berkurang, menyebabkan rasa pusing serta berkunang-kunang dan muka pucat dan konjungtiva anemis, hal tersebut juga kadang menyebabkan jantung sering berdebar-debar (biasanya berhubungan dengan tekanan nadi yang meningkat). Selain itu pada proses anaerob akan menghasilkan asam laktat sehingga kadang penderita anemia juga terasa lelah, letih, lesu, lunglai, lemah;
§  Konjungtiva anemia : konjungtiva merupakan lekukan pada mata, if you know what I mean lah, normalnya konjungtiva itu berwarna kemerahan, pada keadaan tertentu (misal pada anemia) konjungtiva akan berwarna pucat yang disebut dengan nama konjungtiva anemis. Kenapa pada penderita anemia konjungtiva tampak anemis? Karena pada anemia kekurangan eritrosit sehingga darah yang harusnya dialirkan ke seluruh tubuh dengan cukup jadi tidak merata sementara itu konjungtiva merupakan salah satu area sensitive yang apabila tidak teraliri darah dengan sempurna akan tampak pucat sama seperti halnya dengan sklera, bibir dan area kuku, sehingga selain konjungtiva, bibir dan kuku juga tampak pucat;
§  Sklera tidak ikterik : sklera merupakan bagian tipis membran yang melingkari mata, nah, pada keadaan tertentu sklera akan tampak ikterik (kuning) karena terdapat penumpukan bilirubin yang abnormal, lalu kenapa bilirubin menumpuk hanya di sklera? Karena sklera merupakan bagian kulit yang sensitif dan tipis, sehingga warna kuning akibat bilirubin akan lebih tampak pada sklera, sama halnya dengan pucat pada muka (terutama bibir) karena bibir merupakan bagian kulit yang sensitif sehingga pada keadaan tertentu pucat akan lebih terlihat pada bibir. Pada saat apa sklera tampak ikterik? Nah, ikterik sendiri dibedakan menjadi 3 macam, ikterik prehepatik, ikterik hepatik (perihepatik) dan ikterik posthepatik. Pada ikterik prehepatik terdapat gangguan metabolisme bilirubin sebelum ke hepar, biasanya terjadi pada anemia hemolitik (malaria) atau bisa juga karena mengkonsumsi obat-obatan tertentu (antibiotik), sedangkan pada ikterik hepatik gangguannya terdapat pada hepar misalnya pada penyakit hati seperti hepatitis, dst. Dan ikterik posthepatik terjadi akibat adanya kelainan metabolisme bilirubin setelah lewat dari hati misalnya karena adanya sumbatan di ductus biliaris, atresia biliaris (kongenital), dst. Lalu jika pasien mengalami ikterik bagaimana cara membedakan letak kelainan tersebut? Pada ikterik prehepatik, gangguannya sebelum bilirubin masuk ke hati, artinya bilirubin belum terkonjugasi (bilirubin indirect), untuk itu pada pemeriksaan bilirubin akan terdapat kenaikan bilirubin indirect, sedangkan pada ikterik hepatik terjadi kongesti hepar (hepar membengkak) [inflamasi] sehingga bilirubin tidak dibuang dan beredar kembali dalam darah, karena terjadinya kongesti maka pada pemeriksaan SGOT dan SGPT akan naik, kemudian pada ikterik posthepatik yang meningkat adalah bilirubin direct karena bilirubin sudah dirubah menjadi bilirubin terkonjugasi (direct); Source : keterangan dr. Siti Aminah (saat tutorial) dan kuliah Introduction Block Hematological Disease dr. Suryanto, SpPK
§  Tidak memiliki riwayat menstruasi periode panjang : seperti yang sudah dijelaskan diatas, kenapa wanita memiliki Hb yang lebih sedikit karena wanita memiliki siklus menstruasi, itu salah satu alasan kenapa pada saat di anamnesis kasus seperti ini periode menstruasi harus ditanyakan, selain itu jika ternyata pasien telat menstruasi bisa dicurigai hamil (karena hamil juga bisa anemia kaan?), pada skenario pasien tidak memiliki riwayat menstruasi berarti kehamilan bisa dijadikan DD juga; Source : kuliah Introduction Block Hematological Disease dr. Suryanto, SpPK
§  Keadaan umumnya kompos mentis : artinya pasien masih sadar namun tampak lemah dan pucat, itulah alasan kenapa dokter menyuruh pasien segera berbaring dan memilih melakukan alloanamnesis. Pada beberapa kasus anemia pasien datang dalam keadaan tidak sadarkan diri, dalam keadaan tersebut pasien bisa dipulihkan dulu (misal sudah sampai syok, pasien bisa langsung di beri infus (misal) terlebih dahulu), lalu kemudian lakukan anamnesis, tetapi bisa juga dilakukan alloanamnesis seperti pada skenario;
§  Vital Sign :
o   Tekanan darah : 100/60 mmHg (normalnya : 120 (sistolik)/80 (diastolik) mmHg). Nah, orang dikatakan mengalami tekanan darah (hipotensi) rendah jika tekanan sistolik (angka atas dalam pembacaan tekanan darah) kurang dari 90 mmHg atau nilai tekanan diastolik (angka bawah dalam pembacaan tekanan darah) kurang dari 60 mmHg.
Penyebab tekanan darah rendah bisa akibat dehidrasi hingga gangguan pada sinyal otak yang mengatur tentang pemompaan darah. Tekanan darah rendah bisa menyebabkan gejala pusing hingga pingsan yang memicu kerusakan jantung, endokrin atau gangguan saraf.
Gejala yang timbul dari hipotensi adalah tubuh merasa pusing bahkan hingga terasa ingin pingsan, kurangnya konsentrasi, penglihatan kabur, mual, tubuh merasa dingin, kulit pucat, napas pendek dan cepat, kelelahan, depresi dan timbulnya rasa haus.
Jika terjadi anemia maka tubuh tidak bisa memproduksi sel darah merah yang cukup sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi rendah atau menurun;
o   Nadi 100x/menit (normalnya 80x/menit). Tekanan nadi rata-rata merupakan tenaga utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan tersebut harus dijaga karena jika terlalu lemah, aliran darah tidak akan adekuat ke organ dan jaringan. Sementara jika berlebih, jantung akan bekerja terlalu keras serta terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular maupun rupturnya pembuluh darah kecil. Tekanan ini ditentukan oleh dua faktor yaitu cardiac output dan resistensi perifer total (TPR).
Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk tetap menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan yang adekuat tersebut tidak hanya membantu darah untuk terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi juga ke otak yang tergantung pada volume darah yang konstan. Oleh karena itu, walaupun organ-organ membutuhkan darah secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga supaya tekanan darah tetap konstan.
Tekanan nadi rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di dalam sistem sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan terinisiasi untuk mengembalikan ke nilai normal. Penentuan jangka pendek yang terjadi dalam hitungan detik terjadi karena perubahan cardiac output dan resistensi perifer total yang dimediasi oleh sistem saraf otonom yang mempengaruhi jantung, vena dan arteriol. Jangka panjang, yang terjadi dalam hitungan menit sampai hari, melibatkan penentuan total volume darah dengan memulihkan garam normal dan keseimbangan air melalui mekanisme yang mengatur output urin dan rasa haus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan nadi meliputi pengembalian darah melalui vena atau jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena, frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung, resistensi perifer, elastisitas arteri besar, viskositas darah, kehilangan darah dan pengaruh hormon.

§  DARAH RUTIN :
o   Hemoglobin (Hb) 9,8 g/dL, pada perempuan normalnya 12 g/dL (Source : Kuliah Introduction Block Hematological Disease dr. Suryanto, SpPK), saat dilakukan PP Test ternyata ibu Yeti positif hamil, namun menurut kuliah dokter Suryanto, Hb pada wanita hamil sebesar 11,5 g/dL, itupun sudah termasuk anemia, namun masih fisioogis, sementara pada pemeriksan darah rutin, nilai Hb ibu Yeti dibawah 11,5, berarti anemia yang dialami ibu Yeti sudah patologis, jika dibiarkan akan berdampak pada kondisi kehamilannya;
o   LED (Laju Endap Darah) atau Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah yang diukur dengan memasukkan darah ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi LED-nya. Tinggi ringannya nilai LED sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai LED yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki LED yang tinggi, dan sebaliknya bila LED-nya normalpun belum tentu tidak ada masalah.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai LED di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai LED-nya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, LED pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila LED makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa LED yang sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 — 20 mm/jam dan untuk pria 0 — 10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 — 15 mm/jam dan untuk pria 0 — 10 mm/jam.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi LED adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan LED cepat. Walaupun demikian, tidak semua anemia disertai LED yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, LED normal.
Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga LED cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan LED lambat.
LED terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif. Peningkatan LED merupakan respons yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit.
Bila dilakukan secara berulang LED dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. LED yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan LED dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan LED yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Selain pada keadaan patologik, LED yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
Pada kasus diatas pemeriksaan LED dilakukan dua kali, pada pemeriksaan pertama nilai LED 20, namun pada pemeriksaan kedua nilai LED menjadi 30, adanya peningkatan LED (dari normal menjadi 20) mungkin saja disebabkan karena ibu Yeti hamil, namun karena pemeriksaan kedua LED naik menjadi 30 berarti proses penyakitnya semakin meluas. Source : http://www.kalbe.co.id

2.     Diagnosis dan Diagnosis Banding (Differential Diagnosis):
DD : anemia fisiologis (karena kehamilan), anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat dan vit. B12, anemia aplastik dan anemia hipoblastik, anemia megaloblastik, anemia sickle cell (bulan sabit), anemia karena penyakit kronik, anemia karena keganasan.
Pembahasan :
1)    Apa yang dimaksud dengan hematopoesis?
Hematopoesis merupakan proses pembentukan sel darah dimana terjadi Proliferasi sel progenitor ( pluripoten/stem cell) dan mengalami diferensiasi menjadi sel matur (sel darah merah, granulocytes, monosit, megakariosit, dan lymphosit).
2)    Bagaimana komposisi darah?
Darah terdiri dari :
(1)Sel darah
o   Sel darah merah à erythrocyt
o   Sel darah putih à leucocyt
§  Leucocyt neutrophil
§  Leucocyt eosinophil
§  Leucocyt basophili
§  Monocyt
§  Lymphocyt
o   Keping darah à trombocyt (platelet).
(2)Plasma darah
o   Albumin
o   Globulin (alpha, beta & gamma)
o   Lipoprotein
o   Prothrombin
o   Fibrinogen.
3)    Bagaimana morfologi sel darah merah?
Sel darah merah mengandung protein pembawa oksigen berupa hemoglobin, yang memberikan warna merah pada eritrosit. Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf berdiameter 7-8 μm yang memiliki luas permukaan yang besar yang berperan dalam difusi molekul gas keluar masuk eritrosit. Membran plasma terdiri atas lipid bilayer (fosfolipid dan kolesterol), protein dan membran skeleton (spektrin dan ankyrin). Membran plasma sangat fleksibel sehingga mudah berubah bentuk tanpa pecah ketika melalui kapiler kecil. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan organella lainnya. Sitoplasma eritrosit mengandung molekul hemoglobin.
4)    Bagaimana struktur dan fungsi hemoglobin?
Molekul hemoglobin terdiri dari protein globin dan cincin heme yang pada bagian tengahnya terdapat ion Fe.hemoglobin pada eritrosit berperan dalam pengangkutan oksigen dari sistem respirasi menuju ke sel serta pengangkutan CO2 sebagai limbah metabolisme dari sel ke sistem respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh.
5)    Bagaimana metabolisme sel darah merah?
§  Metabolisme sel darah merah sangat tergantung pada glukosa sebagai satu-satunya sumber energi;
§  Glukosa masuk kedalam sel darah merah melalui difusi terfasilitasi dan kemudian diubah menjadi glukosa 6 fosfat;
§  80-90% diubah menjadi laktat melalui jalur glikolitik dan menghasilkan 2 ATP untuk setiap molekul glukosa yang dimetabolisme;
§  ± 10% mengalami oksidasi melalui jalur heksosa monofosfat;
§  Karena sel darah merah tidak memiliki nukleus, ribosom dan mitokondria maka tidak ada produksi ATP melalui jalur fosforilasi oksidatif;
§  ATP yang dihasilkan digunakan untuk menjaga dan memperbaiki membran sel eritrosit serta digunakan untuk pompa natrium kalium untuk menjaga keseimbanagn ion dalam sitoplasma dan mencegah lisis sel.
6)    Apa yang dimaksud dengan anemia?
§  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah. (Doenges, 1999)
§  Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. (kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1);
§  Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah;
§  Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi didukung oleh pemeriksaan laboratorium;
§  Anemia adalah berkurangnya kadar Hemoglobin/ konsentrasi hematokrit/ jumlah sel eritrosit dalam darah tepi dari nilai normal. Dikatakan anemia jika pada wanita Hb < 11,5 gr/dl atau hematokrit < 36 % atau jumlah eritrosit < 3,9x101²/l. Untuk laki-laki bila Hb < 13,5 gr/dl atau hematokrit < 40% atau jumlah eritrosit <4,5x1012/l.
7)    Bagaimana klasifikasi anemia berdasarkan morfologinya?
§  Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV< 80fl dan MCH < 27pg (Contohnya : anemia defisiensi besi, thalasemia mayor, anemia akibat penyakit kronik, anemia sideroblastik);
§  Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg (Contohnya : anemia aplastik, anemia hemolitik didapat, anemia pasca perdarahan akut);
§  Anemia makrositer, bila MCV > 95fl ( anemia megaloblastik).
8)    Bagaimana klasifikasi anemia berdasarkan etiologinya?
§  Gangguan produksi eritrosit
o   Tempat produksi rusak (sumsum tulang) (contohnya : anemia aplastik dan leukimia);
o   Bahan produksi berkurang (nutrisi) (contohnya : anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat, anemia defisiensi vit. B).
§  Kehilangan darah
o   Perdarahan akut (akibat kecelakaan)
o   Perdarahan kronis (akibat hemoroid (ambeien), dll.
§  Hemolitik
o   Thalasemia;
o   AIHA (autoimmune hemolitik anemia);
o   Defisiensi G6PD;
o   Anemia sel sabit, spherosis.
9)    Zat-zat gizi esensial yang mana saja yang berkaitan dengan terjadinya anemia?
§  Vit. B12;
§  As. Folat;
§  zat besi;
§  Copper (Cu);
§  Cobalt.
10)                       Apa yang dimaksud dengan anemia defisiensi besi?
Anemia yang disebabkan oleh berkurangnya kadar Fe untuk eritropoesis yang mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang
§  Etiologi : 1. Perdarahan menahun, 2. Pemasukan besi sedikit (misal akibat diet), 3. Kebutuhan besi meningkat (misal pada kehamilan, bayi dan masa remaja), 4. Gangguan absorbsi besi (misal karena perdarahan akibat cacingan, 5. Penyimpanan besi yang rendah (misal pada bayi prematur, BBLR, bayi kembar dan perdarahan ante partum [sebelum melahirkan]).
§  Manifestasi klinis :
Gejala umum : lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, jantung berdebar-debar, dan sesak. Kelainan fisik : koilonychia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, kerusakan epitel hipofaring, atrofi mukosa gaster;
Gejala khusus : pica (makan sesuatu yang tidak wajar, misal makan kertas, beling, dst).
§  Hasil labolatorium :
o   Pada hapusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik mikrositer;
o   MCV < 80 fl dan MCHC < 30%;
o   Besi serum < 50mg/dL;
o   TIBC > 350 mg/dL;
o   Saturasi transferin < 15 %;
o   Ferritin serum < 20%;
o   Pada sumsum tulang menunjukkan hiperplasi eritroid
§  Terapi :
o   Terapi kausal ( terapi terhadap penyebab perdarahan);
o   Terapi besi oral / parenteral;
o   Tranfusi darah.


11)                       Apa yang dimaksud dengan anemia megaloblastik?
Anemia yang disebabkan oleh gangguan sistesis DNA dan ditandai oleh sel megaloblastik.
§  Klasifikasi anemia megaloblastik :
1)    Defisiensi vit.B12
a)     Asupan tidak cukup : vegetarian;
b)     Malabsorbsi: 1. Defek penyampaian dari makanan, 2. Produksi factor intrinsik yang tidak mencukupi, 3. Gangguan ileum terminal, 4. kompetisi pada kobalamin, 5. Obat-obatan: asam aminosalisilat, kolkisin, neomisin;
c)      Defisiensi transkobalamin II;
d)     NO anasthesia.
2)    Defisiensi asam folat
a)     Asupan yang tidak adekuat;
b)     Kebutuhan yang meningkat;
c)      Malabsorbsi;
d)     Metabolisme yang terganggu.
3)    Penyebab lain
a)     Obat yang mengganggu metabolisme DNA;
b)     Gangguan metabolik;
c)      Anemia megaloblastik dengan penyebab yang tidak diketahui.
§  Manifestasi klinis
Defisiensi Vit B12 : lemah, nyeri kepala, vertigo, tinitus, palpitasi, angina, dan gejala payah jantung kongestif. Pada pemeriksaan fisis didapatkan pucat, kulit sedikit ikterus, nadi cepat, kardiomegali, spenomegali.
Manifestasi gastrointestinal berupa nyeri lidah tampak papil lidah halus dan kemerahan. Anoreksia dan penurunan berat badan.
Manifestasi neurologist berupa demielinasi, diikuti dengan degenerasi akson dan kematian neuronal. Keluhan berupa mati rasa dan parestesi pada ekstremitas, kelemahan dan ataxia.
Defisiensi asam folat : manifestasi klinis hampir sama dengan defisiensi Vit B12 tetapi tidak tampak adanya abnormalitas neurologik.
§  Hasil labolatorium :
o   Ditemukan sel makrositosis yaitu MCV lebih dari 110 fl;
o   ambaran darah perifer ditemukan anisosotosis dan poikilositosis bersamaan dengan makroovalositosis;
o   Pada neutrofil menunjukan inti hipersegmentasi;
o   Pemeriksaan sum-sum tulang ditemukan hiperselular dengan penurunan rasio mieliod/eritroid dan berlimpah besi yang tercat;
o   Kadar vit B12 dalam serum kurang dari 200 pg/ml;
o   Kadar asam folat kurang dari 4 ng/ml (6-20 ng/ml)
§  Terapi :
o   Mengobati penyakit dasar yang melatarbelakangi;
o   Pemberian parenteral kobalamin;
o   Pemberian asam folat.
12)                       Apa yang dimaksud dengan anemia hemolitik?
Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan oleh umur sel darah merah yang lebih pendek serta adanya penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
§  Klasifikasi anemia hemolitik:
a)    Etiologinya :
o   anemia hemolisis herediter : Defek enzim, Hemoglobinopati, Defek membran : sferositosis herediter;
o   Anemia hemolisis didapat : Anemia hemolitik imun, Mikroangiopati, Infeksi.
b)     Ketahanan hidupnya dalam sirkulasi darah resipien : intrakorpuskular, ekstrakorpuskular;
c)      Keterlibatan immunoglobulin dalam hemolisis : anemia hemolisis imun, anemia hemolisis non imun.
§  Manifestasi klinis : lemah, pusing, cepat capek, sesak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kulit dan mukosa ikterik, splenomegali dan hepatomegali
§  Hasil labolatorium :
o   Retikulositosis;
o   Morfologi eritrosit menunjukkan adanya hemolisis ( sferosis pada sferositosis herediter dan anemia hemolitik autoimun; sel target pada thalasemia, hemoglobinopati dan penyakit hati; schistosit pada mikroangiopati);
o   Peningkatan katabolisme Hb;
o   Kadar bilirubin darah meningkat;
o   Hemoglobinuria;
o   Hiperplasi eritroid pada sumsum tulang.
13)                        Apa yang dimaksud dengan anemia aplastik?
Anemia aplastik merupakan suatu kelainan primer sumsum tulang yang ditandai dengan gangguan pembentukan prekursor eritropoetik dimana sumsum tulang menjadi hipoplastik dan terjadi pansitopenia.
Etiologi anemia aplastik dikarenakan cedera atau destruksi daripada stem sel pluripotensial. Penyebab anemia aplastik: Kongenital, Idiopatik, SLE, toksin : benzene, toluene, insektisida, post hepatitis, obat-obatan, kehamilan, Paroksismal nocturnal hemoglobinuria.
§  Manifestasi klinis: lemah, mudah lelah, sesak, jantung berdebat debar, mudah memar dan perdarahan mukosa, lebih mudah terkena infeksi bakteri, sakit kepala. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda tanda pucat, purpura, ptekie. Tidak ditemuka limfadenopati dan organomegali
§  Hasil labolatorium :
o   Pansitopeny;
o   LED meningkat;
o   Waktu perdarahan memanjang;
o   Biopsi sumsum tulang tampak hiposeluler dengan sangat sedikit progenitor hematopoetik normal.

3.     Treatment dan Prognosis:
Pada kasus dengan keluhan gampang lelah dan pandangan berkunang-berkunang, kemungkinan besar diagnosisnya anemia. Biasanya didukung dengan nilai Hemoglobin (Hb) yang rendah. Untuk penanganannya, anemia harus diidentifikasikan dahulu apakah Hb yang turun akibat dari Zat Besi (Fe) yang turun, atau komponen Hb yang lain yang turun? (Misalnya globin-nya/proteinnya).
Bila memang Fe-nya yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi tablet besi (Sulfusferrosus). Sekarang bentuknya tablet berbagai ragam. Ada yang disatukan dengan Effervescent, atau dengan Vitamin B, dan sebagainya. Sedangkan bila kadar proteinnya yang turun, tentunya harus konsumsi makanan atau minuman tinggi protein. Ini pun bentuknya sudah beragam, ada yang berbentuk susu, berbentuk minuman bertenaga dan yang paling banyak mungkin berbentuk makanan lauk-pauk sehari-hari.
Yang saya bahas disini hanya Treatment dan Prognosis pada Anemia Defisiensi Besi karena ADB kompetensi-nya 4 yang artinya kita sebagai dokter umum harus tahu mengenai ADB dari mulai diagnosis sampai treatment.
§  Treatment pada Anemia Defisiensi Besi
·         Terapi Kausal;
·         Terapi Preparat Besi
o   Terapi Besi Oral : Ferrous Sulphat 2 x 300mg.
o   Terapi Besi Parenteral : Iron Dextran complex, iron ferric gluconate acid complex, iron sucrosa, dll.
·         Terapi Lain
o   Diet : Makanan bergizi tinggi protein hewani.
o   Vitamin C : diberikan 3 x 100 mg, untuk menigktkan absorbsi besi.
o   Tranfusi darah.
§  Prognosis Anemia Defisiensi Besi
Prognosis baik apabila penyebab anemianya diketahui hanya karena kekurangan besi saja serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan menifestasi klinis lannya akan membaik dengan pemberian preparat besi. (Supandiman, 2006).
Pada kasus ADB karena perdarahan, apabila sumber perdarahan dapat diatasi, maka prognosis anemia defisiensi besi adalah baik terutama apabila diberikan terapi Fe yang adekuat. Tentunya penyakit dasar sebagai sumber perdarahan kronisnya pun menentukan prognosis dari pasien (Supandiman, 2006).

REFERENSI :
Ø  MISC Gammanesis (2010) dan slide ppt. serta keterangan saat kuliah: Introduction Block Hematological Disease dr. Suryanto, SpPK dan Anemia in Pregnancy Prof. DR. dr Sulchan S, SpOG.PhD;
Ø  Diskusi Tutorial 3 skenario 1 pertemuan pertama bersama dokter Siti Aminah;
Ø  Modul Tutorial Kurang Darah (Hematology) FK Univ. Haluoleo 2011;
Ø  Buku Ajar IPD 2009 dan Buku Ajar Guyton 2008;
Ø  Modul Ajar Hematology FK UMM (Univ. Muhammadiyah Malang);
Ø  http://www.medicinesia.com;
Author : Didit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar