Senin, 13 April 2015

Skenario 4 Part 2 Blok 11


Skenario 4 part 2

Author : Rianti


Klasifikasi pendarahan
ATLS ( American College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support ) membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah, sebagai berikut:
·       Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15%
·       Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30%
·       Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40%
·       Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40%
1.     Pendarahan kelas I : kehilangan volume darah hingga 15%
Gejala klinis minimal. Bila tidak ada komplikasi, akan terjadi takikardi minimal. Tidak ada perubahan berarti dari tekanan darah, tekanan nadi, atau frekuensi pernapasan. Pada penderita yang dalam keadaan sehat, jumlah kehilangan darah ini tidak perlu diganti, karena pengisian transkapiler dan mekanisme kompensasi akan memulihkan volume darah dalam 24 jam. 

2. Pendarahan kelas II : kehilangan volume darah 15-30%.
Gejala klinis berupa takikardi ( >100 x/menit), takipneu, penurunan tekanan nadi, perubahan sistem saraf sentral yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan, atau sikap permusuhan. Walau kehilangan darah dan perubahan kardiovaskular besar, namun produksi urin hanya sedikit terpengaruh (20-30 ml/jam untuk orang dewasa).

3. Pendarahan kelas III : kehilangan volume darah 30-40%
Kehilangan darah dapat mencapai 2000 ml. Penderita menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak adekuat, antara lain: takikardi dan takipneu yang jelas, perubahan status mental dan penurunan tekanan darah sistolik. Penderitanya hampir selalu memerlukan transfusi darah. Keputusan untuk memberikan transfusi darah didasarkan atas respon penderita terhadap resusitasi cairan semula, perfusi dan oksigenasi organ yang adekuat.
4. Pendarahan kelas IV: kehilangan volume darah > 40%
Jiwa penderita terancam. Gejala: takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistolik yang besar, tekanan nadi sangat sempit (atau tekanan diastolik tidak teraba), kesadaran menurun, produksi urin hampir tidak ada, kulit dingin dan pucat. Penderita membutuhkan transfusi cepat dan intervensi pembedahan segera. Keputusan tersebut didasarkan atas respon terhadap resusitasi cairan yang diberikan. Jika kehilangan volume darah >50%, penderita tidak sadar, denyut nadi dan tekanan darah menghilang.
.
Reaksi transfusi beserta penatalaksanaan
A.     Ada/tidaknya reaksi imun
·       Imun :
-Reaksi hemolitik : Reaksi hemolitik dapat dibedakan atas hemolisis intravascular dan hemolisis ekstravaskular. Hemolisis intravascular biasanya terjadi akibat ketidak sesuaian golongan ABO, karena anti A dan anti B adalah IgM yang dapat mengikat komplemen sehingga menyebabkan hemolysis intravascular dan bisa terjadi disseminated intravascular coagulation (DIC) . hemolisis ekstravascular disebabkan oleh  Ketidaksesuaian golongan Rh
Misalnya kasus Hemolytic disease of the newborn disebabkan ketidak-sesuain golongan darah antara ibu yang tersensitisasi dengan janin yang positif antigen. Antibodi yang paling sering menimbulkan HDN adalah antibodi yang dapat melewati plasenta (IgG1dan IgG3), bereaksi pada suhu tubuh dan menyebabkan destruksi eritrosit. Ketidak-sesuaian Rh dapat menimbulkan HDN karena eritrosit janin dengan Rh positif akan merangsang pembentukan anti Rh oleh ibu yang Rh negative. Oleh karena anti Rh adalah IgG maka dapat melewati plasenta dan menghancurkan eritrosit janin. Ketidak- sesuaian golongan ABO jarang menimbulkan HDN, karena anti A dan anti B adalah IgM yang tidak bisa melewati plasenta dan pada neonatus antigen golongan darah belum sepenuhnya diekspresikan.

-non-hemolitik : Reaksi transfusi non hemolitik meliputi demam yang bisa terjadi akibat sensitisasi terhadap leukosit, trombosit atau komponen plasma, bakteri maupun pirogen dan Transfusion-related acute lung injury (TRALI). TRALI disebabkan oleh reaksi antara antibody donor dengan leukosit resipien mengakibatkan peningkatan permeabilitas mikrovaskular di paru sehingga terjadi edema paru. 

·       Non imun:
-Penularan infeksi,
-circulatory overloading,
-massive transfusi,



B.     berdasarkan durasi terjadinya
                                         Risiko transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi akut dan lambat.

1.Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit,  urtikaria,  demam,  takikardia,  kaku otot. Reaksi ringan diatasi dengan pemberian antipiretik, antihistamin atau kortikosteroid, dan pemberian transfusi dengan tetesan diperlambat.
Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.
Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di  sekitar tempat masuknya  infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
Hemolisis intravaskular akut
Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompatibilitas sel darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko.
Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke tabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab lainnya adalah adanya antibodi dalam plasma pasien melawan antigen golongan darah lain (selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti sistem Idd, Kell atau Duffy.
Reaksi anafilaksis
Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien tertentu. Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal itu dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif dengan antihistamin dan adrenalin.
2. Reaksi Lambat
Reaksi hemolitik lambat
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan tanda demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi. Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut.
Purpura pasca transfusi
Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik trombosit pada resipien. Lebih banyak terjadi pada wanita. Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila hitung trombosit <100.000/uL. Penatalaksanaan penting terutama bila hitung trombosit ≤50.000/uL dan perdarahan yang tidak terlihat dengan hitung trombosit 20.000/uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit yang kompatibel dengan antibodi pasien.
Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini jarang terjadi namun potensial membahayakan. Biasanya terjadi pada pasien imunodefisiensi, terutama pasien dengan transplantasi sumsum tulang; dan pasien imunokompeten yang diberi transfusi dari individu yang memiliki tipe jaringan kompatibel (HLA: human leucocyte antigen), biasanya yang memiliki hubungan darah. Gejala dan tanda, seperti demam, rash kulit dan deskuamasi, diare, hepatitis, pansitopenia, biasanya timbul 10-12 hari setelah transfusi. Tidak ada terapi spesifik, terapi hanya bersifat suportif.
Kelebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang akan  mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan untuk meminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum feritin <2.000 mg/l.
Infeksi 
Infeksi yang berisiko terjadi akibat transfusi adalah Hepatitis B dan C, HIV, CMV, malaria, sifilis, bruselosis, tripanosomiasis)



Cross match

crossmatch adalah Pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai / tidak sesuainya darah donor dengan darah resipien .Dilakukan sebelum
transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah. Terdapat dua cara pemeniksaan, yaitu:
 1. mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resipien (aglutinin resipien); percobaan ini disebut crossmatch mayor, Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor yang masuk pada saat pelaksanaan transfusi
2. mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum donor (aglutinin donor) percobaan
ini disebut crossmatch minor.

Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

a) bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesual dengan darah resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan;
b) bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan basil crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu;
 c) bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang diencerkan...
.
Tahapan crossmatch :

1. Reaksi silang salin
Tes ini untuk menilai kecocokan antibody alami dengan antigen eritrosit antara donor dan resipien, sehingga reaksi transfusi  hemolitik yang fatal bisa dihindari. Tes ini juga dapat menilai golongan darah.
2. Reaksi silang albumin
Tes ini untuk mendeteksi antibody anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes antiglobulin dengan menggunakan media albumin bovine.
3. Reaksi silang antiglobulin
Untuk mendeteksi IgG yang dapatmenimbulkan masalah dalam transfusi yang tidak dapat terdeteksi pada kedua tes sebelumnya. Terutama dikerjakan pada resipien yang pernah menerima transfusi darah atau wanita yang pernah hamil.
 
 Coombs test 

Coombs test yang dapat dilakukan dibagi menjadi dua yaitu:-

Direct Coombs test (secara langsung)
Tes ini dilakukan pada sampel eritrosit langsung dari tubuh.Tes ini akan mendeteksi antibody yang ada di permukaan eritrosit.Terbentuknya antibodi ini karena adanya penyakit atau berasal dari transfuse darah.Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan darahRh positif dimana ibunya mempunyai Rh negatif.Tes ini akan menunjukkan apakah ibunyatelah membentuk antibodi dan masuk ke dalam darah bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obat-obatan (kuinidin, metildopa, dan prokainamid) dapat memicu produksiantibodi ini. Antibodi ini terkadang menghancurkan eritrosit dan menyebabkan anemia.Tesini terkadang menunjukkan diagnosis penyebab anemia atau jaundice.-

Indirect Coombs test (secara tidak langsung)
Tes ini dilakukan pada sampel dari bagian cair dari darah (serum).Tes ini akan mendeteksi antibodi yang ada dalam aliran darah dan dapat mengikat eritrosit tertentu yang memicuterjadinya masalah bila terjadi percampuran darah.Tes ini biasanya dilakukan untuk menemukan antibodi pada darah donor atau resipien sebelum dilakukan transfuse

 
Hasil Tes
-Normal
Tidak ada antibodi yang ditemukan. Ini dinamakan hasil tes yang negatif.Direct Coombs test. Hasil tes yang negatif menunjukkan bahwa tidak ada antibodi pada permukaan eritrosit.Indirect Coombs test. Hasil tes yang negative menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi dengandarah yang diterima melalui transfusi.Tes yang negatif pada faktor Rh pada ibu hamilmenunjukkan bahwa tidak terjadi pembentukan antibodi yang melawan darah Rh positif dari bayinya. Ini berarti tidak terjadi sensitisasi Rh.

-Abnormal
Direct Coombs test. Hasil tes yang positif menunjukkan darah memiliki antibodi yangmelawan eritrosit. Ini dapat disebabkan oleh transfusi yang tidak cocok dengan darah donor atau berhubungan dengan kondisii seperti anemia hemolitik, systemic lupus erythematosus(SLE), hemolytic disease of the newborn (HD N), limfoma, infeksi mycoplasma, kanker, atauinfectious mononucleosis.Indirect Coombs test. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa darah tidak cocok dengandarah donor dan tidak boleh menerima darah dari donor tersebut. Jika tes antibodi Rh positif  pada wanita hamil atau merencanakan kehamilan, ini menunjukkan bahwa antibodinyamelawan darah Rh positif (sensitisasi Rh).Dia akan diperiksa pada awal kehamilan untuk memeriksa jenis darah bayinya. Jika darah bayinya Rh positif, ibunya harus selalu diawasiselama kehamilan untuk mencegah masalah pada eritrosit bayinya. Jika sensitisasi tidak terjadi, ini bisa dicegah dengan immunoglobulin Rh.

Syarat-syarat menjadi calon donor darah

1. Umur 17 - 60 tahun
2. Berat badan 50 kg atau lebih
3. Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih
4. Tekanan darah 120/140/80 - 100 mmHg
5. Nadi 50-100/menit teratur
6. Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
7. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita)
8. Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun.
9. Kulit lengan donor sehat.
10. Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
11. Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
12. Bukan pencandu alkohol/narkoba.
13. Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
14. Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.


 Komponen transfusi beserta indikasi
A.     Darah lengkap (whole blood)
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui
Indikasi :
  1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
  2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume darah total.
Rumus kebutuhan whole blood
6 x  ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :
·       Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.
·       Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
·       Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.

B.     Sel darah merah (Packed red cell)
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Kebutuhan darah (ml) :
3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:
  1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
  2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
  3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload berkurang
  4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Indikasi: :
  1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
  2. Hemoglobin <8 gr/dl.
  3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau penyakit jantung iskemik)
  4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL
C.     Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.
D.     Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma
E.     Darah merah pekat miskin leukosit
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)
F.     White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia).
G.     Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3) Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.(2)
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
1.            Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
2.            Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
H.     Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3)
Macam sediaan plasma adalah:

-Plasma cair :Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell.
-Plasma kering (lyoplylized plasma) :Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
        -Fresh Frozen Plasma :Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).(3)
Indikasi :
–    Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
–    Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam nyawa.
–    Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi massif
–    Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan
I.      Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
–          Hemophilia A
–          Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
–          Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :
0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB


Transfusi berdasarkan PSKI
Didalam islam transfusi darah diperbolehkan dengan alasan kesehatan dan  keselamatan. Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah termasuk amal kemanusiaan yang sangat dihargai dan dianjurkan (mandub) oleh islam, sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia, sesuai dengan firman Allah :

Artinya:“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya” (Q.S. Al-Maidah : 32),  

Mengenai Hukum menerima transfusi darah dari non-muslim


Di sana disebutkan bahwa su'ur adami (ludah manusia) hukumnya suci, termasuk su'ur orang kafir. Maka hukum darah orang kafir yang dimasukkan ke dalam tubuh seorang muslim tentu bukan termasuk benda najis. Ketika darah itu baru dikeluarkan dari tubuh, saat itu darah itu memang najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa untuk shalat, karena kantung darah itu najis.

Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka darah itu sudah tidak najis lagi. Dan darah orang kafir yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang muslim juga tidak najis. Sehingga hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika seorang muslim menerima transfusi darah dari donor yang tidak beragama Islam.

Donor darah pada bulan ramadhan

Menurut Asy Syaikh Utsaimin, tidak boleh bagi seseorang untuk menyedekahkan darahnya yang sagat banyak dalam keadaan dia sedang berpuasa wajib, seperti puasa pada bulan Ramadhan. Kecuali jika di sana ada keperluan yang darurat (mendesak), maka dalam keadaan seperti ini boleh baginya untuk menyedekahkan darahnya untuk menolak/mencegah darurat tadi. Dengan demikian dia berbuka dengan makan dan minum. Lalu dia harus mengganti puasanya yang dia tinggalkan/berbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar