Kamis, 23 April 2015

Skenario 3 pertemuan 2

Indra, Agni, Pandu



  1.      METABOLISME AIR DAN MINERAL
AIR :
¢  Suatu zat penting dalam sistem kehidupan
¢  Bukan biomolekul organik
¢  Merupakan komponen sel hidup, pada manusia 50-70% dari berat badan tubuh
¢  Air terdistribusi merata diantara dua kompartemen utama yaitu 2/3 di dalam intraseluler dan 1/3 di ekstraseluler
FUNGSI AIR :
¢  Sebagai media dalam berbagai reaksi biokimia
¢  Sebagai pengangkut zat-zat melintasi membran
¢  Mempertahankan struktur molekul
¢  Membantu mengatur suhu tubuh
¢  Membantu mengatur keseimbangan pH
¢  Menghasilkan cairan pencernaan
¢  Melarutkan produk limbah metabolisme untuk di eliminasi dari tubuh
Kekurangan air (dehidrasi) sebesar 1% dari berat badan
¢   gangguan fisiologis dan penurunan kerja
¢  Mempengaruhi fungsi kardiovaskuler
¢  Mempengaruhi respon termoregulasi tubuh
Kelebihan/peningkatan kadar air di dalam sel maupun jaringan  dapat merubah aktivitas protein, dan memicu gangguan fungsi sel yang dapat berakibat kematian
PENGATURAN KESEIMBANGAN AIR :
¢  Tergantung pd mekanisme hipotalamus dalam mengendalikan rasa haus, hormon antidiuretik, dan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan kehilangan cairan.
¢  Ginjal à memelihara ketetapan volume CES dan osmolalitas dengan menyeimbanagkan masukan dan ekskresi Na2+ dan air.
¢  Ginjal mencapai ketetapan konsentrasi K+ ekstraseluler dan pH darah serta sel dengan mengatur ekskresi H+ dan HCO3- terhadap masukan ion H+ dan HCO3- serta proses respirasi dan metabolisme.
KEPENTINGAN BIOLOGIS AIR :
¢  Air mempertahankan suhu: suhu internal perlu dipertahankan tetap
Krn sifat air à Tingginya panas vaporasi (jumlah kalori yg diabsorbsi jika 1 gram cairan di uapkan) dan tingginya kemampuan panas spesifik (jumlah kalori yg diperlukan utk meningkatkan suhu 1 gram zat 1C) à organisme mampu menyerap atau kehilangan panas tanpa perubahan suhu yang tinggi.
¢  Sumber panas tubuh dihasilkan melalui reaksi pembentukan energi dari KH, Lemak, Protein
AIR SEBAGAI PELARUT :
¢  sbg pelarut senyawa ion (garam) ataupun bukan ion (gula, senyawa alkohol)
¢  Dalam tubuh: melarutkan zat gizi berupa monosakarida, asam amino, vitamin dan mineral, hormon, oksigen
¢  Membawa produk sisa metabolisme spt karbondioksida, ureum utk di ekskresikan melalui ginjal, kulit dan paru-paru
DISSOSIASI AIR :
¢  Air terionisasi menjadi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksil (OH-)
¢  Dapat bekerja sebagai suatu asam atau basa
¢  pH air murni= 7= netral
¢  Jika pH < 7 =asam
¢  Jika pH > 7 =basa
  2.      FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT :
¢  Usia à air tubuh menurun dengan peningkatan usia.
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
¢  Jenis kelamin à wanita mempunyai air tubuh lebih sedikit drpd laki-laki, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.
¢  Sel-sel lemakà mengandung sedikit air.
¢  Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
¢  Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
¢  Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
¢  Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain
¢  Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
¢  Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
¢  Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
ELEKTROLIT :
NATRIUM
¢  Terbanyak di Extra sel
¢  Normal: 135-148 mEq/lt
Pengaturan Natrium (Na)
q  Ion natrium terlibat dalam mempertahankan keseimbangan air, mentransmisi impuls saraf, dan kontraksi otot. Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135 sampai 145 mEq/L.
q  Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron, dan keluaran urin. Sumber utama natrium adalah garam dapur, daging olahan, makanan ringan, dan makanan kaleng.
q  Individu yang memiliki fungsi renal yang normal, dapat meningkatkan ekskresi natrium
Kalium
¢  Kalium merupakan kation intrasel utama, yang mengatur eksitabilitas (rangsangan) neuromuskuler dan kontraksi otot.
¢  Sumber kalium terdapat pada gandum utuh, daging, polong-polongan, buah-buahan, dan sayur-mayur.
¢  Kalium dibutuhkan untuk pembentukan glikogen, sintesis protein, dan upaya memperbaiki asam-basa.
¢  Nilai laboratorium normal kalium serum adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L.
Kalsium
¢  Tubuh membutuhkan kalsium untuk integritas dan struktur membran sel, konduksi jantung yang adekuat, koagulasi (pembekuan) darah, pertumbuhan dan pembentukan tulang, dan relaksasi otot.
¢  Tubuh orang dewasa mengandung 1200 gram kalsium.
¢  Nilai laboratorium normal kalium serum adalah 4 sampai 5 mEq/L.
¢  Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur oleh hormon paratiroid dan tiroid.
¢  Hormon paratiroid mengontrol keseimbangan kalsium tulang, absorbsi kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi kalsium di ginjal.
¢  Tirokalsitonin dari kelenjar tiroid juga memiliki peranan dalam menentukan kadar kalsium dalam serum, yakni dengan menghambat pelepasan kalsium dari tulang.    
Magnesium
¢  Magnesium merupakan kation terpenting kedua dalam cairan intrasel dan sangat penting untuk aktifitas enzim, neurokimia, dan eksitabilitas otot.
¢  Nilai normal laboratorium magnesium serum adalah 1,5 sampai 2,5 mEq/L.
¢  Magnesium berperan dalam metabolisme karbohidrat dan protein, dan juga penting untuk konduksi syaraf.
¢  Magnesium terutama diekskresi melalui mekanisme ginjal. Perubahan kadar magnesium sering dihubungkan dengan penyakit serius dan menghasilkan gejala-gejala yang mencerminkan adanya perubahan fungsi neuromuskuler dan kardiovaskuler.
Klorida
¢  Klorida terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel.
¢  Keseimbangan klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan ekskresi serta reabsorbsi renal.
¢  Nilai laboratorium normal klorida serum adalah 100 sampai 106 mEq/L.
¢  Jumlah yang diekskresikan berhubungan dengan asupan makanan.
¢  Klorida diasorbsi di usus halus dan disekresikan di dalam keringat, cairan lambung dan empedu. Klorida di angkut di dalam darah dan limfe akibat kerja jantung dan otot rangka.
Bikarbonat
¢  Bikarbonat adalah buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh. Ion bikarbonat terdapat  dalam cairan ekstrasel dan intrasel.
¢  Nilai laboratorium normal bikarbonat arteri adalah 22 sampai 26 mEq/L. di dalam darah vena, bikarbonat diukur melalui kandungan karbon dioksida dan nilai bikarbonat normal untuk orang dewasa adalah 24 sampai 30 mEq/L.
Bikarbonat diatur oleh ginjal.
¢  Apabila tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan merabsorsi bikarbonat dalam jumlah yang lebih besar dan dikembalikan ke ekstrasel.
¢  Ion bikarbonat merupakan komponen paling penting dalam system buffer asam karbonat-bikarbonat yang penting berperan dalam keseimbangan asam-basa.
Fosfat
¢  Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrsel dan ekstrasel.
¢  Fosfat dan kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi.
¢  Fosfat juga meningkatkan kerja neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat, dan membantu pengaturan asam-basa.
¢  Nilai laboratorium normal fosfat serum adalah 2,5 sampai 4,5 mg/100 ml.
¢  Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon paratiroid, dan vitamin D teraktivasi.
¢  Fosfat secara normal diabsorbsi melalui saluran gastrointestinal.
¢  Kalsium dan fosfat berbanding terbalik secara proporsional.
¢  Jika salah satunya meningkat, maka yang lainnya akan turun.

  3.      PEMBAGIAN CAIRAN TUBUH
Cairan tubuh terdiri dari:
- Cairan Interstisial (CIS)
- Meliputi 50% dari bagian tubuh
- Terletak di dalam sel
- Mengandung elektrolit serta kalium dan fosfat dan makanan seperti glukosa dan asam amino
- Proses kerja dibantu oleh enzim yang berfungsi memecahkan dan membangun kembali sel dan mempertahankan kesimbangan cairan

Cairan Ekstraseluler (CES)
- Meliputi 30% bagian tubuh yaitu 12 liter
- Medium di tengah sel hidup, dimana sel menerima makanan, garam, serta oksigen serta melepaskan semua hasil buangan kedalam cairan itu

- Plasma Darah
   - Meliputi 5% seluruh tubuh
   - Sistem transpor yang melayani semua sel melalui medium (CES)


  4.      FISIOLOGI CAIRAN TUBUH

            Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran
cerna.

Elektrolit pada Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti :  protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi  elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion  pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif. Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :
 No. Elektrolit Ekstraseluler Intraseluler Plasma Interstitial
1. Kation :
• Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
• Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
• Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq
• Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. Anion :
• Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
• Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
• Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
• Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
• Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

a. Kation :
• Sodium (Na+) :
- Kation berlebih di ruang ekstraseluler
- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler
- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium
di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
- Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
• Potassium (K+) :
- Kation berlebih di ruang intraseluler
- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves
- Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
• Calcium (Ca++) :
- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang
dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat
- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan
trombin
- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
b.Anion :
• Chloride (Cl-) :
- Kadar berlebih di ruang ekstrasel
- Membantu proses keseimbangan natrium
- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
- Sumber : garam dapur
• Bicarbonat (HCO3-) :
Bagian dari bicarbonat buffer sistem
- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana
garam untuk
menurunkan PH.
• Fosfat ( H2PO4
- dan HPO42-) :
- Bagian dari fosfat buffer system
- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA


Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu
a.Fase I
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
 b.Fase II
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c.Fase III
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam citubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik 
• Perbedaan tekanan.



Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi. Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium. Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan
interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal. Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.

  5.      Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) paramet
er penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan  keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan t
ekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka
panjang. Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara
sbb.:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.
b. Memperhatikan keseimbangan garam
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri. Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urin sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut
(zat terlarut) dalam suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara osmosis dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah). Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan in
trasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:
a.       Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (± 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars desending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urin yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresin/ ADH.
b.      Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat dipertahankan. Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar