Skenario 1 Blok 12
Author : Hendrian
KONJUNGTIVITIS
Menjelaskan Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008). Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal ini mengindikasikan perubahan degeneratif atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang. Klien sering datang dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan hiperemia dan injeksi konjungtiva, sedangkan pada iritasi konjungtiva hanya injeksi konjungtiva dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur,asap, debu dan lain-lain.
Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi Konjungtivitis
Konjungtivitis bacterial
– Konjungtivitis blenore
Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Penyebabnya adalah gonococ, clamidia dan stapilococcus.
– Konjungtivitis gonore
Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis atau gonore. Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda- tanda infeksi umum.
– Konjungtivitis difteri
Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva
– Konjungtivitis folikuler
– Konjungtivitis angular
Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil moraxella axenfeld.
– Konjungtivitis mukopurulen Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo).
– Blefarokonjungivitis
Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak
Konjungtivitis viral
– Keratokonjungtivitis epidemika
Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. Konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa melalui kolam renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berair berat
– Demam faringokonjungtiva
Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau kolam renang.
– Keratokonjungtivitis herpetik Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks.
– Keratokonjungtivitis New Castle
Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak unggas, yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal timbul perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata, kelopak mata membengkak
– Konjungtivitis hemoragik akut
Konjungtivitis jamur
Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces.
Konjungtivitis alergik
Konjungtivitis vernal Termasuk reaksi hipersensitif musiman, ada hubungan dengan sensitivitas terhadap tepung sari rumput - rumput pada iklim panas. Keluhannya berupa gatal, kadang -kadang panas, lakrimasi, menjadi buruk pada cuaca panas dan berkurang pada cuaca dingin.
Konjungtivitis flikten Bakteri patogen yang paling umum pada konjungtivitis infeksi meliputi Pneumococcus, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan yang jarang adalah Neisseria gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia adalah penyebab tersering dari konjungtivitis persisten.
Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex, Epstein-Barr, varicella zoster, molluscum contagiosum, coxsackie, dan enterovirus. Adenoviral konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis.
3
Virus picorna, atau enterovirus 70 menyebabkan konjungtivitis hemoragik epidemik akut.
1
Konjungtivitis viral sangat menular dan menyebar melalui kontak langsung dengan orang atau permukaan yang terkontaminasi oleh sekret.
3
Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Umumnya disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi, konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom Stevens Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Sjogren.
Menjelaskan Patofisiologi Konjungtivitis
Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet. Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva. Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan vira memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas. Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel- sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh- pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.
Menjelaskan Manifestasi Klinis Konjungtivitis
Gejala Konjungtivitis
1. Rasa adanya benda asing Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi papil. Jika rasa sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan terjadinya kerusakan pada kornea.
2. Rasa sakit yang temporer Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang pada saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya; Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa sakitnya (tingkat keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi stafilokokus. Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva sisca (mata kering).Gatal Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.
Fotofobia
Tanda Penting Konjungtivitis
Hiperemi Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu
Diagnosa Banding
Konjungtivitis
Pemeriksaan mata awal
termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-lamp
biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:
Limfadenopati regional, terutama sekali
preaurikuler
Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea
Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan,
perubahan warna, malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan
subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal, simblepharon, massa, sekret Slit-lamp
biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:
Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul
atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa kulit berwarna darah, keratinisasi
Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit,
ketombe, telur kutu dan kutu
Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret
Konjungtiva tarsal dan forniks
Pemeriksaan Penunjang
Kebanyakan kasus
konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan. Meskipun
demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik membantu Pemeriksaan
secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel
radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan
klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema
konjungtiva.
Tes
diagnostik klamidial Kasus
yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat
dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan
imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan
enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR
untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen
konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler
beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang
memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh FDA. 1.
Smear/sitologi
Smear untuk sitologi
dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus dicurigai
konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan
pada kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia. 1.
Biopsi Biopsi konjungtiva dapat membantu pada
kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi. Oleh karena mata tersebut
mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan
dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan munofloresens dapat membantu menetapkan
diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari
konjungtiva bulbar harus dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang
tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif
saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea,
biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi,
konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan
penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat. 1.
Tes
darah Tes fungsi tiroid
diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita penyakit
tiroid. Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan
riwayat pasien. Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat
mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai
luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus dilakukan
hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa
kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.
Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Konjungtivitis
Non
Farmakologi
Bila
konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana
cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat
dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan
kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang
mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang
terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh
personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar
pasien.
Farmakologi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial
tergantung temuan agen mikrobiologinya.
Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan
garam fisiologis.
Penatalaksanaan
Konjungtivitis Bakteri
Pengobatan
kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotic
tunggal seperti
Kloramfenikol
Gentamisi
Tobramisin
Eritromisin
Sulfa Bila pengobatan tidak memberikan
hasil setelah 3 – 5 hari maka pengobatan
dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.
Pada konjungtivitis
bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung (pewarnaan Gram atau
Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya. Bila ditemukan kumannya maka pengobatan
disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka
diberikan antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep
mata 4-5x/hari. Apabila memakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi
salep mata (sulfasetamid 10-15 %). Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila
mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau
kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.
Penatalaksanaan
Konjungtivitis Virus
Pengobatan
umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya.
Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan
kemungkinan infeksi virus
Herpes simpleks
telah
dieliminasi. Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat
sedmbuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres,
astrigen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibodi untuk
mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik diobati
dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes
deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis,
tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat
diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat
diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan
debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering,
tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24jam.
Penatalaksanaan
Konjungtivitis Alergi
Umumnya kebanyakan
konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai ada kegagalan
terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai
sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva
papiler yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat
mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan
perisai (steril) ulkus kornea.
1. Alergi ringan Konjungtivitis alergi ringan identik
dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul musiman dan berespon
terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin.
Air mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan
yang mungkin ada pada permukaan okuler.
2. Alergi sedang Konjungtivitis alergi sedang identik
dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang timbul musiman dan berespon
terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan
antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan. Mast cell stabilizer
mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai termasuk
sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat
yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping;
tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer. Antihistamin oral,
yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik
dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan
topikal antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap
injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi
konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika
diperlukan tambahan efek anti-peradangan.
3. Alergi berat Penyakit alergi berat berkenaan dengan
kemunculan gejala menahun dan dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat
dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi
yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus
dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana
memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan
bersama dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal
NSAID dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut.
Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk
penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler,
dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol
mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal
dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai
lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi
lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal.
Pencegahan
a.
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
b. Usahakan untuk
tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit
c. Jangan menggunakan
handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain
d. Gunakan lensa
kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya. e. Mengganti
sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari. f. Hindari berbagi
bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain. g. Usahakan tangan tidak
megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek
mata. h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau
sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata. Makanan yang disarankan untuk
penderita konjungtivitis adalah makanan tinggi protein dan tinggi kalori guna
untuk mempercepat proses penyembuhan dan di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang mengandung vitamin A guna untuk memperbaiki sensori penglihatan dan
juga vitamin C untuk memperbaiki sistem pertahanan tubuh. Kompres mata dengan
air hangat jika disebabkan oleh bakteri atau virus, Jika disebabkan oleh
alergi, kompres dengan air dingin.
Menjelaskan Komplikasi Konjungtivitis
Penyakit radang mata
yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya: 1.glaukoma 2.katarak 3.ablasi retina 4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala
penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis 5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa
ulkus kornea 6. komplikasi pada
konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan
meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu
penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta 7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan
Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis
Mata dapat terkena
berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain
bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan
kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol
sehingga penglihatan dapat dipertahankan. Bila segera diatasi, konjungtivitis
ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan
komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina
MM MENJAGA KESEHATAN MATA SESUAI TUNTUNAN ISLAM
Perintah menjaga
pandangan
” katakanlah kepada
orang
- orang beriman (
laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka,
karena yang demikian itu membersihkan jiwa mereka dan sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui dengan apa yang mereka lakukan. Dan katakanlah kepada wanita
hendaknya mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan
mereka” (Qs. An
-Nur (24): 30-31)
Firman Allah tentang mata
“Bukanakah kami telah
memberikan kepadanya dua buah mata” (Qs. Al
-Balad (90): 8) Sang
imam gozali di dalam kitabnya ihya ulmuddin menyabutkan, bahwa mata adalah
panglima hati hamper semua perasaan dan perilaku awalnya picu oleh pandangan
mata. Bila mata di biarkan memandang itu di benci dan di larang maka
pemiliknya berada di tepi jurang bahaya meskipun dia tidak sungguh- sungguh
jatuh kedalam jurang An nur ayat 30
”Katakanlah kepada
laki-laki( kaum mukmin)
:”Hendaklah mereka menundukn sebagian dari pandangan mereka dan hendaklah
merka menjaga kemaluan mereka “
An nur ayat 31