Minggu, 09 November 2014

Skenario 4 Part 2


Author  : Nesya

1.  Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, diagnosa, pengobatan dan pencegahan untuk prematuritas (kelahiran prematur)
DEFINISI
Prematuritas adalah suatu keadaan yang belum matang, yang ditemukan pada bayi yang lahir pada saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Prematuritas (terutama prematuritas yang ekstrim) merupakan penyebab utama dari kelainan dan kematian pada bayi baru lahir. Beberapa organ dalam bayi mungkin belum berkembang sepenuhnya sehingga bayi memiliki resiko tinggi menderita penyakit tertentu.
PENYEBAB
Penyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui. Lima belas persen dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari 1 janin).
Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah:
- Kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)
- Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
- Golongan sosial-ekonomi rendah
- Keadaan gizi yang kurang
- Penyalahgunaan obat.
Masalah pada ibu biasanya berupa:
- Riwayat persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya
- Kadar alfa-fetoprotein tinggi pada trimester kedua yang penyebabnya tidak diketahui
- Penyakit atau infeksi yang tidak diobati (misalnya infeksi saluran kemih atau infeksi selaput ketuban)
- Kelainan pada rahim atau leher rahim
- Ketuban pecah sebelum waktunya
- Plasenta previa.
- Pre-eklamsi (suatu keadaan yang bisa terjadi pada trimester kedua kehamilan, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya protein dalam air kemih dan pembengkakan tungkai)
- Diabetes mellitus
- Penyakit jantung.
GEJALA
Gambaran fisik bayi prematur:
* Ukuran kecil
* Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
* Kulitnya tipis, terang, dan berwarna pink (tembus cahaya)
* Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
* Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
* Rambut yang jarang
* Telinga tipis dan lunak (lembek)
* Tangisannya lemah
* Kepala relatif besar
* Jaringan payudara belum berkembang
* Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
* Reflek menghisap dan reflek menelan yang buruk
* Pernapasan yang tidak teratur
* Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit (anak laki-laki)
* Labia mayora belum menutupi labia minora (pada anak perempuan).
KOMPLIKASI
1.       Sindroma gawat pernapasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernapas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara saat-saat bernapas, paru-paru benar-benar mengempis akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernapasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
2.       Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu.
Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernapasan di otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu, otak yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler) atau cedera.
3.       Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan.
Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
4.       Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
5.       Displasia bronkopulmoner.
6.       Penyakit jantung.
7.       Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
8.       Infeksi atau septikemia.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta (ari-ari).
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi (peradangan pada usus).
9.       Anemia.
10.   Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11.   Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
12.   Keterbelakangan mental dan motorik.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran fisik dan usia kehamilan.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada bayi prematur:
- rontgen dada untuk melihat kematangan paru-paru,
- analisa gas darah,
- kadar gula darah,
- kadar kalsium darah,
- kadar bilirubin.
PENGOBATAN
Jika kemungkinan akan terjadi kelahiran prematur, biasanya diberikan obat tokolitik untuk menghentikan kontraksi dan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru bayi.

Makanan diberikan melalui sebuah selang yang dimasukkan ke dalam lambung bayi karena fungsi menghisap dan menelan pada bayi prematur masih belum matang. Pada prematur yang ekstrim, makanan diberikan melalui infus. Pada usia sekitar 34 minggu, bayi mulai disusui ASI atau susu botol.
Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas dan mengalami kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh, sehingga mereka biasanya ditempatkan di dalam suatu inkubator. Mungkin bayi memerlukan bantuan respirator dan tambahan oksigen.

PENCEGAHAN
Salah satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah mulai melakukan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan pemeriksaan selama kehamilan. Statistik menunjukkan bahwa perawatan kehamilan yang dini dan baik bisa mengurangi angka kejadian prematuritas, kecil untuk kehamilan dan angka kesakitan akibat persalinan dan pada masa baru lahir.

2. Pemantauan tumbuh kembang bayi premature
Bayi prematur dengan berbagai resiko dan komplikasi yang dideritanya saat dalam kandungan dan saa dalam perawatan di rumah sakit menimbulkan dampak dan resiko gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Sehingga dipelukan pemantauan yang ketat dalam tumbuh dan berkembangnya di kemudian hari.
Berbagai faktor tumbuh kembang yang harus dilakukan pemantauan secara ketat adalah :
Pemantauan pertumbuhan Untuk memantau pertumbuhan bayi prematur dapat digunakan kurva seperti kura Babson and Benda, IHDP (Infant Health and Develompment Program), Gairdner and Pearson serta kurva CDC. Berdasarkan konvensi, untuk memantau pertumbuhan digunakan untuk koreksi, yaitu umur kronologis jumlah minggu prematuritas sampai bayi mencapai 2 tahun.
Pengukuran dilakukan terhadap :
Panjang badan. Panjang badan bayi prematur rerata umur pasca menstruasi 30-40 minggu, turun di bawah persentil 50 kurve pertumbuhan intera uterin. Tumbuh umur 1,5-7,5 bulan. Dari umur 7,5 bulan sampai 5 tahun, pertumbuhannya sama atau sedikit lebih cepat dari bayi-bayi aterm
Berat badan. Sejak umur pasca menstruasi 32 minggu sampai 1 bulan setelah aterm, rerat meningkat persentil ke 10 kurve pertumbuhan intra uteri aterm. Rerata berat badan bayi umur 2-18 bulan, berkisar antara 0-1 SD dibawah rerata bayi aterm.
Lingkar kepala. Setelah umur kronologis 3-4 minggu, pertumbuhan kepala bayi prematur sub-optimal yaitu 0,2 cm/minggu, kemudian diikuti dengan pertumbuhan cepat (1 cm/minggu) selama 1-2 bulan. Setelah itu tumbuh dengan laju normal, yaitu 1 cm/bulan dalam 6 bulan pertama dan 0,5 cm/bulan untuk 6 bulan berikutnya. Pertumbuhan kepala yang tidak memadai merupakan indikator awal adanya gangguan perkembangan .
Pemantauan Perkembangan Perkembangan bayi prematur dalam 2 tahun pertama dinilai berdasarkan umur koreksi. Kemajuan perkembangan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain umur kehamilan, nutrisi, penyakit, stimulasi dan pemberian kasih sayang.
Alat yang digunakan dalam pemantauan perkembangan bayi prematur adal;ah dengan BINS (Bayley Infant Neurodevelopment Screening).
DDST II (Denver Development Screening Test II). Pada DDST yang dinilai adalah 4 sektor perkembangan, yaitu perilaku sosial, gerakan motorik halus, gerakan motorik kasar dan bahasa. Setiap kemampuan dalam kotak persegi panjang horizontal yang berurutan menurut umur. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai lulus (passed = P), tidak lulus (failed = F) atau tidak melakukan (no opprtunity = N.O). saat ini digunakan DDST II, hasil revisi dari Frakenbrurg y ang merupakan pengembangan dari DDST dan DDST-R. BINS adalah suatu metode untuk menilai perkembangan anak yang berusia 3-24 bulan.
BINS (Bayley Infant Neurodevelopment Screening).  Pada BINS yang dinilai adalah fungsi neurologis (N), reseptif (R), ekspresif (E), dan kognitif (K). Resiko untuk terjadi gang guan perkembangan dilihat dari beberapa nilai yang didapatkan, anak digolongkan menjadi resiko rendah, rendah dan tinggi. Bila hasil skrining menunjukkan hasil yang tidak normal, perlu dilanjurkan dengan pemeriksaan neurologis. Agar perkembangan bayi menjadi optimal perlu diberikan intervensi berupa stimulasi dini.
Pemeriksaan Penunjuang  lain Yang Harus Dilakukan
Pemeriksaan fungsi penglihatan. Pada bayi dengan berat lahir < 1700 gr, 50 % menderita ROP, 5 % di antaranya ROP berat. Semua bayi dengan resiko tinggi harus dilakukan pemeriksaan mata pada umur 4-6 minggu atau sebelum bayi dipulangkan. Bila ditemukan kelainan, diperlukan pemeriksaan berkala tiap 2 minggu, sehingga progesivitas penyakit dapat sangat diketahui. Bila tidak ditemukan kelainan, pemeriksaan mata diulangi pada umur 12-24 bulan.
Pemeriksaan fungsi pendengaran. Tuli kongenital lebih sering ditemukan pada bayi beresiko tinggi, termasuk bayi prematru. Intervensi dini akan memberikan perubahan bermakna pada kesempatan bicara. Fungsi pendengaran perlu dievaluasi ulang pada umur 12-24 bulan
Pemantauan Gangguan lainnya. Bayi prematur mempunyai kemungkinan empat kali lebih tinggi untuk dirawat kembali di rumah sakit dalam usia pertama kehidupan. Gangguan yang mungkin timbul adalah gamgguan hipersensitifitas saluran cerna, resiko penyakit alergi meningkat,  anemia defisiensi besi dan hipertensi.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar