Kamis, 26 September 2013

latihan soal gangguan psikogenik



Seorang laki-laki 24tahun mahasiswa semester akhir dibawa adiknya ke puskesmas karena bingung lagi. 1bulan yg lalu penderita dirawat di RS karena mengamuk, bicara sendiri dan senyum-senyum sendiri. Setelah dirawat selama 2minggu penderita membaik dan boleh pulang. Selama dirumah obat diminum rutin namun sudah 1minggu obat habis dan belum control. Sejak 2hari yg lalu penderita mulai sulit tidur dan bingung lagi. Penderita sering mendengar perintah tapi tdk ada wujudnya, juga sering melakuakan sesuatu diluar kendali dirinya. Penderita adalah pemuda yg pendiam, tertutup, lebih sering beraktivitas sendirian daripada berkelompok. Sejak mulai mengerjakan tugas akhir kuliahnya penderita sering mengeluh merasa berat. Sementara sbg anak tertua orang tuanya selalu menuntut untuk segera selesai.
1.       Manakah diagnosis yg paling tepat untuk kasus diatas?
a.       Gangguan psikotik akut
b.      Gangguan skizoafektif
c.       Gangguan skizofrenia
d.      Gangguan waham menetap
e.      Gangguan mental organic
Penjelasan : pedoman diagnostic gangguan jiwa
·         Gangguan psikotik akut : tdk boleh ada yg memenuhi criteria episode manic&depresif dan pnyebab organic, memakai urutan prioritas (onset akut-min 2minggu, polimorfik, schizophrenia-like, stress akut tdk berkaitan)
·         Gangguan skizoafektif
·         Gangguan skizofrenia :  terdapat gejala krg jelas (thought/isi pikiran, delusion, halusinasi, waham), gejala jelas (halusiansi menetap, break&interpolation, perilaku katatonik, gejala negative.
·         Gangguan waham menetap : mempunyai gangguan waham yg berlangsung lama (min 3bln), gejala depresif full-blown, tdk boleh ada penyakit otak halusinasi auditorik dan gejala skizofrenia.
·         Gangguan mental organic

2.       Apakah farmakoterapi yg tepat untuk kasus diatas?
a.       Amitriptilin 2x25 mg
b.      Diazepam 2x2 mg
c.       Risperidon 2x2 mg
d.      Fluoxetin 1x2 mg
e.      Carbamazepine 2x200 mg
Penjelasan :
·         Diazepam : memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerang secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.
·         Risperidone : Terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia.
·         Fluoxetine : antidepresan golongan baru yang secara kimiawi tidak berhubungan dengan golongan trisiklik, tetrasiklik, atau antidepresan lainnya. Mekanisme kerja antidepresi dari fluoxetine diduga berhubungan dengan efek inhibisinya terhadap "reuptake" serotonin oleh sel neuron. Penelitian pada dosis klinis menunjukkan bahwa fluoxetine menghambat "reuptake" serotonin, tetapi tidak untuk norepinefrin, ke dalam platelet. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa fluoxetine juga lebih poten dalam menghambat "reuptake" serotonin dibandingkan dengan norepinefrin. Sehingga efek samping antikolinergik yang biasanya muncul pada penggunaan antidepresan golongan siklik tidak terjadi pada golongan ini. Sebagai golongan obat antidepresan serotoninergik, fluoxetine juga efektif untuk pengobatan gangguan obsessive-compulsive dan bulimia nervosa.
·         Carbamazepine : indikasi untuk Epilepsi, serangan umum primer, epilepsi campuran, neuralgia campuran, neuralgia glossofaringeal.

3.       Manakah diagnosis yg tepat jika gejala yg dirasakan pasien diatas baru berlangsung sejak 2minggu yg lalu?
a.       Gangguan psikotik akut
b.      Gangguan skizoafektif
c.       Gangguan skizofrenia
d.      Gangguan waham menetap
e.      Gangguan mental organic

4.       Apakah diagnosis axis 2 pada pasien dlm scenario tersebut?
a.       Gangguan psikotik
b.      Tipe kepribadian schizoid
c.       Tdk ditemukan kelainan fisik
d.      Menghadapi tgs kuliah
e.      GAF 30-21
Penjelasan :
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL TERDIRI DARI 5 AKSIS :
Aksis I   :          * Gangguan klinis
* Kondisi lain yang menjadi Fokus Perhatian klinis
Aksis II  :         * Gangguan kepribadian
* Retardasi Mental
Aksis III :         * Kondisi Medik Umum
Aksis IV :         * Masalah Psikososial dan lingkungan
Aksis V  :         * Penilaian fungsi secara global

5.       Gangguan persepsi apakah yg dialami oleh pasien dlm scenario diatas?
a.       Inkoherensi
b.      Irelevansi
c.       Waham
d.      Halusinasi
e.      Ilusi



6.       Apakah isi piker dalam skenario di atas?
a.       Waham
b.      Inkoherensi
c.       Halusinasi
d.      Remming
e.      Ilusi

7.       Bagaimanakah mekanisme biologis yang utama untuk obat-obatan antipsikotik?
a.       Blokade reseptor dopamine
b.      Blokade reseptor serotonin
c.       Blokade reseptor GABA
d.      Blokade reseptor noradrenalin
e.      Blokade reseptor enchepalin
Pembahasan :
Sesudah dopamin dikenal sebagai neurotransmiter pada tahun 1959, para peneliti menunjukkan bahwa efeknya – efek reseptor D2 – pada aktifitas listrik di sinaps sentral pada produksi cAMP oleh adenil siklase dapat diblokade oleh sebagian besar antipsikotik. Bukti ini membawa pada kesimpulan di awal 1960-an bahwa obat-obat ini sebaiknya diangap sebagai antagonis dopamin. Efek antipsikotik sekarang dianggap terjadi karena kemampuannya menyekat dopamin di sistem mesolimbik dan mesokortikal, yakni sistem/jaras pertama – dari 5 jaras dopaminergik – yang erat kaitannya dengan tingkah laku. Selain itu, antagonisme dopamin pada sistem nigrostriatal (jaras kedua, terlibat dalam koordinasi gerakan sadar) menjelaskan terjadinya efek parkinsonisme oleh obat ini. Hiperprolaktinemia yang terjadi akibat terapi antipsikotik disebabkan oleh blokade efek penghambat tonus dopamin pada pelepasan prolaktin dari hipofisis. Dengan demikian, kerja farmakodinamik yang sama mungkin memberikan dampak psikiatrik, neurologik, dan endrokinologik yang berbeda.
Untuk soal no. 8-10, tambahan untuk skenario:
Beberapa hari kemudian penderita dibawa kembali oleh adiknya karena badannya kaku, berjalan seperti robot, tremor, dan hipersalivasi.
8.       Apakah yang terjadi pada pasien?
a.       Neuroleptik malignan sindrom
b.      Ekstrapiramidal sindrom
c.       Antipsikotik sindrom
d.      Hiperprolaktinemi sindrom
e.      Hiperdopamin sindrom
Pembahasan :
Sindrom ekstrapiramidal (EPS) merupakan kumpulan gejala yang dapat diakibatkan oleh penggunaan antipsikotik. Antipsikotik yang menghambat transmisi dopamine di jalur striatonigral juga memberikan inhibisi transmisi dopaminergik di ganglia basalis. Adanya gangguan transmisi di korpus striatum (banyak reseptor D1 dan D2) menyebabkan depresi fungsi motorik. Umumnya terjadi pada pemakaian jangka panjang antipsikotik tipikal dan penggunaan dosis tinggi. Manifestasi sindrom ini dapat berupa reaksi:
ü  Distonia: spasme atau kontraksi involunter, akut dari satu atau lebih kelompok otot skelet yang lazimnya timbul dalam beberapa menit,
ü  Sindrom parkinsonisme :
a.       Akinesia/bradikinesia : yang meliputi wajah topeng, kejedaan dari gerakan spontan, penurunan ayunan lengan pada saat berjalan, penurunan kedipan, dan penurunan mengunyah yang dapat menimbulkan pengeluaran air liur.
b.      Tremor : khususnya saat istirahat, secara klasik dari tipe penggulung pil.
c.       Defisit postural : gaya berjalan membungkuk (stooped posture) yang mungkin menjadi kompensasi atas ketidakseimbangan postural yang menyebabkan retropulsion.
d.      Kekuan otot (rigidity) : bisa dari tipe kontinuitas (lead-pipe) ataucogwheeling(pergerakan diskontinuitas, seperti otot ratchet).
ü  Akatisia : gelisah, gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak, dan
ü  Tardive dyskinesia (sindrom yang terjadi lambat dalam bentuk gerakan koreoatetoid abnormal, gerakan otot abnormal, involunter, menghentak, balistik, atau seperti tik). Gejala ekstrapiramidal dapat sangat menekan sehingga dianjurkan memberikan terapi profilaksis. Pengenalan gejala dengan cepat dan penatalaksanaan yang baik dapat memperbaiki prognosis. Namun penangan yang terlambat dapat memberikan komplikasi mulai dari gejala yang irreversibel hingga kematian.
9.       Manakah penatalaksanaan yang tepat untuk kondisi pasien?
a.       Injeksi Xyllomidonn
b.      Injeksi Diazepam
c.       Injeksi Diphendiramin
d.      Injeksi Dexametason
Pembahasan :
Penatalaksanaan umum untuk sindrom ekstrapiramidal yakni dengan mulai menurunkan dosis antipsikotik, kemudian pasien diterapi dengan antihistamin seperti difenhidramine, sulfas atropine atau antikolinergik seperti trihexyphenidil ((THP), 4-6mg per hari selama 4-6 minggu. Setelah itu dosis diturunkan secara perlahan-lahan, yaitu 2 mg setiap minggu, untuk melihat apakah pasien telah mengembangkan suatu toleransi terhadap efek samping sindrom ekstrapiramidal ini. Dosis antipsikotik diturunkan hingga mencapai dosis minimal yang efektif. Antihistamin yang dapat digunakan seperti difenhidramin pada pasien yang mengalami distonia. Selain itu epinefrin dan norepinefrin juga memberikan efek menurunkan konsentrasi antipsikotik dalam plasma sehingga absorbsi reseptor dopamin berkurang dan efek gejala ekstrapiramidal dari antipsikotik dapat berkurang.
Pemberian terapi antikolinergik merupakan terapi primer yang diberikan. Bila reaksi distonia akut berat harus mendapatkan penanganan cepat dan agresif. Umumnya lebih praktis untuk memberikan difenhidramin 50 mg IM atau bila obat ini tidak tersedia gunakan benztropin 2 mg IM. Penatalaksanaan akatisia dengan memberikan anti kolinergik dan amanditin, dan pemberian proanolol dan benzodiazepine seperti klonazepam dan lorazepam.
10.   Apakah obat oral yang harus diberikan untuk mengatasi jika pasien mengalami kondisi seperti tersebut di atas?
a.       Haloperidol
b.      Chlorpromazine
c.       Diazepam
d.      Trihexypheneidil
e.      Dexametason
Pembahasan :
Haloperidol                         : Antagonis Reseptor Dopamin (Antipsikotik)
Chlorpromazine                                : Antagonis Reseptor Dopamin (Antipsikotik)
Diazepam                            : Agonis Reseptor Benzodiazepin
Trihexypheneidil              : Antikolinergik dan Amantadine
Dexametason                    : Kortikosteroid (antiinflamasi)


Sumber
Buku saku diagnosis gangguan jiwa

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar & Klinik, Edisi 10. Jakarta: EGC.
http://id.kalbe.co.id/ProdukdanJasa/ObatResep/ProdukAZ/tabid/267/ID/986/KALXETIN.aspx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar