Author : Yunita, Chandra
1. Pengertian dari functio laesa
Fungsio Laesa
(perubahan fungsi), bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi yang abnormal
dan lingkungan kimiawi local yang abnormal, akhirnya berfungsi secara abnormal.
2. Etiologi inflamasi
o Agen Kuman, Parasit, Jamur,dll
o Benda-benda tajam
o Suhu
o Berbagai jenis
sinar
o Listrik
o Zat-zat kimia
3. klasifikasi inflamasi
a. Inflamasi Akut
Respon segera terhadap stimulus yang berbahaya. Respon ini
relatif singkat, hanya berlangsung beberapa jam atau hari. Pengenalan segera
terhadap masuknya agen jejas akan mempunyai dua dampak penting yaitu :
* Berhimpunnya antibodi di sekitar agen jejas
* Emigrasi leukosit dari pembuluh darah ke jaringan yang
terkena agen jejas
Inflamasi.
b. Inflamasi Kronik
Respon terhadap stimulus yang tidak terlalu kuat tetapi
lebih persisten. Disebabkan oleh rangsang yang menetap. Seringkali selama
beberapa minggu atau bulan. Menyebabkan infiltrasi mononuklir dan proliferasi
fibroblas. Eksudat leukosit disebut monomorfonuklear. Radang kronik dapat
Timbul melalui jalan:
* Menyusul radang akut
* Respon sejak awal bersifat kronik
Penyebab jejas seringkali memiliki toksisitas rendah
dibandingkan penyebab yang menimbulkan radang akut.
4. Proses terjadinya nyeri
a. Proses Transduksi
Proses dimana
stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf. Suatu stimuli
kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu
aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending)
atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi
mazoni). Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma
lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang
akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan
dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan
menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer.
b. Proses Transmisi
Proses penyaluran
impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi melalui serabut
A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut
mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus
dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama
membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta
berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi. Selain itu juga
serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-saraf
berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan
somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
c. Proses Modulasi
Proses perubahan
transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak).
Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan
oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla
spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen
(enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada
kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat
terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen
tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap
orang.
d. Persepsi
Hasil akhir dari
proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi dan modulasi
yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai
persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai
diskriminasi dari sensorik.
5. Bentuk-bentuk Peradangan
RADANG SEROSA
- Jejas ringan : sedikit Mengandung Protein
- contoh : Gelembung Kulit Yang Menyertai Luka Bakar
- Setelah beberapa Hari, Eksudat direbsorbsi
RADANG FIBRINOSA
- jejas berat : Menyebabkan Premeabilitas vaskular
meningkat. Molekul yang lebih besar Dapat Lewat.
- Eksudat dapat hilang oleh Fibrinolisis dan penghapusan
debris lain oleh makrofag : disebut RESSOLUSI
- ORGANISASI :Perubahan Eksudat fibrinosa Menjadi jaringan
Parut yang Keruh.
- Contoh :karditis Rheumatik akut
RADANG PURULEN /SUPURATIF
- Emigrasi Neutrofil dalam jumlah banyak
- eksudatnya di sebut : NANAH, yaitu Eksudat Radang yang
kaya protein yang mengandung Leukosit yang masih hidup bercampur dengan debris
yang berasal dari Sel darah putih Nekrotik aktif dan yang datang dari luar.
=ABSES=
- PIOGEN : Stafilokokus, E.coli klepsiela pneumoniae, strain
proteus Psedomonas airuginosa, meningokokus, gonokokus, pneumokokus.
- Contoh : Folikulitis, furunkel, karbukel.
RADANG MEMBRANOSA (PSEUDOMEMBRANOSA)
- reaksi radang pada permukaan selaput lendir
- ditandai dengan pembentukan eksudat berupa lapisan selaput
superfisial,mengandung agen penyebab,endapan fibrin, sel-sel nekrotik aktif dan
sel-sel darah putih radang.
- Contoh : Difteri pada Faring Dan saluran Pernafasan,
disebabkan oleh corine Bakterium diphteriae
- Radang pada colon Dan usus kecil oleh clostridim
difficile.
RADANG HISTIOSITIK
- Karasteristik infeksi Salmonela adalah ikutnya secara
difus sistem fagosit mononuklir dan agrenasi holistik fokal.
- Terjadi hipertrofi makrogaf = Mengalami proliferasi
sehinga membentuk HISTIOSIT
- Contoh: Demam tipoid oleh karena Salmonela thiposa
RADANG INTERSSTISIAL DAN PERIFASKULER
- Tampak pada infeksi virus,riketsia,dan sifilis
- Pada dasarnya didapati limfosit dan makrofag,dan lebih
jarang sel plasma
- Contoh:polimielitis,meokarditis virus,demam tifus
RADANG GRANULOMATOSA
- Memiliki gambaran morfologi yang khas dan relatif di
jumpai pada beberapa penyakit
- Suatu granulama secara mikroskopis terdiri dari timbunan
histiosit yang telah berubah menjadi sel mirip epitel –
disebut EPITELOID:di kelilingi oleh lingkaran leukosit mononuklir,terutama
limfosit dan kadang –kadang sel plasma
- Sering terdapat sel-sel datia besar ditepi atau di tengah
granuloma:jenis Langhans dan jenis benda asing
- Dx ditegakkan terutama karena ditemukan sel-sel epitelid
- Contoh:TB,Limfogranuloma inguinal,Leprae,sifilis
6. Proses penyembuhan luka
* Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi
dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari
proses penyembuhan.
Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan,
walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses
penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran
dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan
(Taylor, 1997).
Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor
(1997) yaitu:
* Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan
dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.
* Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang
tepat tetap dijaga.
* Respon tubuh secara sistemik pada trauma
* Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
* Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis
pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme
*Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari
benda asing tubuh termasuk bakteri.
Tahapan penyembuhan luka
Tanpa memandang penyebab, tahapan penyembuhan luka terbagi
atas :
* Fase koagulasi : setelah luka terjadi, terjadi perdarahan
pada daerah luka yang diikuti dengan aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga
terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase
inflamasi.
* Fase inflamasi : Fase inflamasi mempunyai prioritas
fungsional yaitu menggalakkan hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan
mencegah infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada fase ini platelet
yang membentuk klot hematom mengalami