Kamis, 20 Februari 2014

skenario 2 BLOK 4 2013/2014

author : Anita, Faiz

STEP 1 :
-        Nyeri : mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan.
-        Bengkak : dalam kedokteran di sebut dengan edema, ialah pembesaran pada organ tubuh, kulit, maupun tempat pada tubuh lainnya. Massa berbentuk biasanya bulat dikarenakan jaringan yang terisi oleh carian.
-        Mengkompres : menekan suatu bagian tubuh dengan sebuah benda biasanya mengkompres digunakan saat untuk menekan bagian tubuh tertentu yang membengkak, panas, atau lainnya.
STEP 2 :
1.      Mekanisme nyeri?

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system saraf pusat.

2.      Tipe Nyeri?
·       Tipe nyeri berdasarkan durasi dan lamanya             
Nyeri biasanya dibedakan menjadi dua tipe besar yaitu nyeri akut dan nyerikronis. Keduanya bisa dibedakan dari onset, durasi dan penyebab nyeri.
1)Nyeri akut 
Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah danmemiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringansampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat (Meinhart dan McCaffery, 1983, NIH 1986 dalam Potter and Perry, 1997).
Menurut Bonica tahun 1987, nyeri akut sebagai kumpulan pengalaman yangtidak menyenangkan yang berkaitan dengan sensori, persepsi dan emosiserta berkaitan dengan respon autonomi, emosional dan perilaku. Nyeri akut biasanya peristiwa baru, tiba-tiba dan durasinya singkat. Hal ini berkaitan dengan penyakit akut, operasi atau prosedur pengobatan atautrauma dan rasa nyeri dapat membantu untuk menentukan lokasinya.Karakteristik yang lain adalah rasa nyeri biasanya dapat diidentifikasi, rasanyerinya cepat berkurang / hilang, sifatnya jelas dan mungkin sekali untuk  berakhir / hilang.
2)Nyeri kronis 
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung lama, intensitasnya bervariasidan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan (Mc Caffery, 1986 dalamPotter and Perry, 1997). Pada klien dengan nyeri kronik sering mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi(keparahan meningkat). Sifat nyeri kronik ini tidak dapat diprediksi yangmembuat klien frustrasi dan sering mengarah pada depresi psikologis. Nyeri kronis adalah suatu situasi atau keadaan pengalaman nyeri yangmenetap / kontinyu selama beberapa bulan / tahun setelah fase penyembuhan dari suatu penyakit akut / injuri. Karakteristik nyeri kronisadalah area nyeri tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar diturunkan, rasa nyerinya biasanya meningkat, sifatnya kurang jelas dankemungkinan kecil untuk sembuh / hilang. Nyeri kronis dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu nyeri kronis malignadan non maligna. Nyeri kronis maligna dapat digambarkan sebagai nyeriyang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif lainnya. Nyerikronis non maligna biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat kerusakan jaringan non progresif atau telah mengalami penyembuhan.

·       Tipe nyeri berdasarkan intensitas.
Intensitas nyeri seseorang dapat diketahui dari alat-alat pengkajian yangdigunakan. Pada deskripsi verbal tentang nyeri, individu merupakan penilaiterbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatannya. Intensitas nyeri didapat diukur dengan menggunakan skala diantaranya; skala intensitas nyeri deskriptif sederhana, skala intensitas nyeri numerik 0-10 dan skala analog visual (VAS).Skala dipergunakan untuk mendeskripsikan intensitas / beratnya rasa nyeri.
1)      Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana
Skala intensitas nyeri nyeri deskriptif sederhana ini menggunakan enamgambar wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagiahingga wajah sedih, yang dipergunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri.Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.
2)Skala intensitas nyeri numerik 0-10
Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur denganmengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, digunakan dari 0hingga 10, nol ( 0 ) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkansepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.
3)Skala analog visual (VAS)
Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebasmengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakittidak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang. Klien dimintamenunjukkan posisi nyeri pada garis antara kedua nilai ekstrem. Bilamenunjuk tengah garis, menunjukkan nyeri sedang

·       Tipe nyeri berdasarkan transmisi.
1)Reseptor nyeri (nosiseptor) 
Nosiseptor adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya padastimulus yang kuat, secara potensial merusak. Stimuli tersebut sifatnyamekanik, termal, kimia. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yangkompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya padakulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, se-sel mast,folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimulasi serabut ini menimbulkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi.Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauhdan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebrata sistem saraf dandengan organ internal yang lebih besar.
Sebagai akibat hubungan antaraserabut saraf ini, nyeri sering disertai dengan efek vasomotor, otonom danviseral. Meski aktivasi yang kuat dari serabut reseptor nyeri pada kulit yangakan menyebabkan hubungan viseral dari serabut yang sama, hal sebaliknya juga terjadi. Stimulasi kuat pada cabang viseral dapat menyebabkanvasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang berkaitan denga serabuttersebut. Hasilnya disebut nyeri alih.
2)Mediator kimia dari nyeri.
Sejumlah substansi yang mempengaruhi sensitivitas ujungf-ujung saraf ataureseptor nyeri dilepaskan kejaringan ekstraseluler sebagai akibat darikerusakan jaringan. Zat kimia yang meningkatkan transmisi atau persepsinyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan prostaglandin.
Prostaglandin adalah zat kimia yang diduga dapat meningkatkan sensitivitasreseptor nyeri dengan meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Endorfin dan enkefalin adalah substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri. Endorfin dan enkefalinadalah zat kimia endogen yang terstruktur serupa dengan opioid. Serabutinterneural inhibitori yang mengandung enkefalin terutama diaktifkanmelalui aktivitas dari serabut perifer nosiseptor, pada tempat yang samadengan reseptor nyeri atau nosiseptor dan serabut desenden, berkumpul bersama dalam suatu sistem yang disebut descending control.
Keberadaan endorfin dan enkefalin membantu menjelaskan bagaimanaorang orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda daristimuli neyeri yang sama. Kadar endorfin beragam diantara individu sepertitingkat ansietas seseorang yang mempengaruhi kadar endorfin. Individudengan endorfin yang banyak lebih sedikit merasakan nyeri dan merekadengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Beberapa tehnik mungkin efektif dalam meredakan nyeri, paling tidak sebagian karena tehnik tersebut menyebabkan pelepasan endorfin.Transcutaneus electric nerve stimulation (TENS) dapat menstimulasi pelepasan endorfin, seperti penggunaan plasebo, dimana pasien berfikir  pengobatannya bekerja meskipun hal tersebut tidak ada hasilnya. Metode pereda nyeri lainnya seperti imaginasi terbimbing, dapat membantu pasienmelepaskan endorfin.

·       Tipe nyeri berdasarkan sumber.
Rasa nyeri dapat timbul dalam berbagai modalitas bergantung pada letak reseptor
1)Nyeri somatik superfisial (nyeri kulit)
Rangsang yang dapat menimbulkan rasa nyeri kulit adalah rangsangnosiseptif yaitu rangsang yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.Rangsang dapat berupa rangsang mekanis, listrik, termal atau kimia. 
Nyeri kulit biasanya dirasakan sebagai sensasi yang datang berurutan.Pertama terasa sebagai rasa yang tajam, lokasi rangsang dapat ditunjukkandengan tepat, sensasi yang terasa dapat dijelaskan sesuai dengan rangsangyang diberikan dan segera hilang bila rangsang dihentikan. Rasa nyeri yangsegera terasa pada saat rangsang diberikan ini disebut fast pain / initial pain/nyeri primer. Kemudian disusul dengan nyeri yang tumpul, lokasi rangsangtidak dapat ditunjukkan dengan tepat, sensasi rasa kurang dapat diuraikandengan jelas. Biasanya terasa sebagai rasa panas, menusuk yang sifatnyadifus. Sensasi tetap terasa beberapa saat sesudah rangsang dihentikan. Nyerisusulan ini disebut slow pain / delayed pain / nyeri sekunder.
Pada beberapa keadaan patologis tertentu kulit, kepekaan reseptor nyeridapat berubah yang menimbulkan hiperalgesia yaitu;
a)Hiperalgesia primer bersifat setempat, pada daerah luka atau radang,ambang reseptor menurun. Disebabkan oleh lepasnya histamin, dapatterasa sampai berhari-hari. 
b)Hiperalgesia sekunder, disebabkan oleh rangsangan nosiseptif yang kuatdan cukup lama yang menyebabkan impuls menyebar dari daerahrangsang baik secara horizontal maupun vertikal. Reseptor nyeri sekitar daerah luka akan terangsang.

2)Nyeri somatik dalam
Reseptor terdapat pada sendi, otot, tendon dan fascia. Agak sukar melokalisasi tempat asal nyeri somatik dalam karena dermatom kulit yangada tepat diatas sklerotom tempat asal nyeri somatik dalam, tidak disarafisaraf spinal yang sama dengan sklerotom tersebut. Sensasi nyeri yang terasaumumnya adalah nyeri tumpul yang sering disertai rasa mual. Hal tersebutmenunjukkan adanya keterlibatan sistem saraf otonom. Rasa nyeri somatik dalam cenderung menyebar, sehingga lebih sukar lagi untuk menentukantempat asal nyeri. Rangsangan adekuat untuk membangkitkan nyeri somatik dalam adalah rangsangan mekanik tarikan atau kimia.
Iskemia otot yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah menyebabkantertumpuknya asam laktat yang merangsang reseptor rasa nyeri somatik dalam. Spasme otot menyebabkan tarikan cukup kuat dan dalam pada tendon.

3)Nyeri viseral
Lokasi tempat asal nyeri viseral sukar ditentukan karena jumlah reseptornyahanya sedikit. Sering disertai keterlibatan sistem saraf otonomdengn adanyarasa mual, berkeringat dan perubahan tekanan darah. Rangsang adekuatnyaadalah regangan, spasme atau kerutan yang berlebihan pada otot polos,iskemia dan kimiawi. Biasanya nyeri viseral juga disertai kerutan ototrangka yang ada didekat viseral yang terkena. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi viseral yang sedang menderita nyeri.

4)Nyeri alih
Sensasi nyeri atau rasa nyeri somatik dalam atau rasa nyeri viseral yangterasa didaerah somatik superfisial. Nyeri viseral mempunyai letak nyerialih yang khas untuk tiap viseral yang terkena. Beberapa teori tentangterjadinya nyeri alih adalah;
a)Teori dermatom 
Nyeri alih terasa pada kulit yang berasal dari dermatom yang samadengan alat viseral yang terkena. Misalnya nyeri jantung dialihkan kelengan. 
b)Teori konvergensi
Traktus spinotalamikus lateralis adalah tempat berkumpulnya serat-seratsensori nyeri, baik dari somatik maupun dari viseral, yang akan berakhir di thalamus dan kemudian di relay oleh thalamus ke kortek somatosensorik. Karena impuls nyeri somatik lebih sering terjadidaripada impuls nyeri viseral, maka korteks somatosensorik seolah lebihmengenal nyeri somatik dari pada nyeri viseral. Karena itu nyeri viseralsering diinterpretasikan sebagai nyeri oleh korteks.
c)Teori fasilitasi
Impuls nyeri viseral dikatakan merendahkan ambang rangsang neurotraktus spinothalamikus, yang menerima sinaps dari serat aferensomatik. Fasilitas tersebut dengan adanya cabang serat aferen viserayang bersinap di neuron traktus spinothalamikus tersebut danmenimbulkan excitatory post synaptic potential (EPSP). Dengandemikian neuron-neuron traktus spinothalamikus lateralis yangmenerima sinaps ganda tersebut sangat mudah untuk terbangkit olehimpuls lemah dari aferen nyeri somatik, pada keadaan biasa tidak terbangkit oleh impuls lemah tersebut.

·       Tipe nyeri berdasarkan penyebab.
Berdasarkan penyebab, nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanis (tusuk,tembak, potong), listrik, termal (panas) atau kimia.

3.      Mengapa dengan di usap – usap lutut luka yang bengkak atau merah bisa merasa berkurang/ enakan?
Mengusap – usap bagian jaringan yang sehat di sekitar jaringan yang rusak bisa menyebabkan pengalihan atas rasa sakit.
Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri. Distraksi bisa diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih menjadi pilihan paling tepat.
4.      Fase – fase terjadinya nyeri?
Meinhart & McCaffery Mendiskripsikan 3 Fase Pengalaman Nyeri:
1.                        Fase antisipasi terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.
2.                        Fase sensasi terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil.
Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upay pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif
3.    Fase akibat (aftermath) terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang

5.     Klasifikasi nyeri?
Klasifikasi Nyeri
A. Berdasarkan sumbernya
1)    Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar)
ex: terkena ujung pisau atau gunting
2)    Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendondan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama daripada cutaneus
ex: sprain sendi
3)    Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
B. Berdasarkan penyebab:
1)    Fisik
Bisa terjadi karena stimulus fisik
(Ex: fraktur femur)
2)    Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari.
(Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya) Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
C. Berdasarkan lama/durasinya
1.    Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
2.          Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.
6.     Faktor yang mempengaruhi Nyeri
1.                   Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2.                   Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)
3.                   Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)
4.                   Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya
5.                   Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsinyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnikrelaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6.                        Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri juga bisa menyebabkan seseorang cemas.
7.                        Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8.                        Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9.                        Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

7.     Metode yang di gunakan untuk menghilangkan nyeri
A.     Distraksi
Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri. Distraksi bisa diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih menjadi pilihan paling tepat. Contoh dari metode distraksi dalam mengurangi rasa nyeri adalah melakukan kegiatan ringan untuk mengalihkan "persepsi" rasa nyeri, bisa dengan mengobrol, menonton tv, atau dengan menikmati pemandangan alam.
Dengan menerapkan metode distraksi untuk mengurangi rasa nyeri akan menghindari dampak negatif dari obat kimia, seperti yang dijelaskan di atas, distraksi bisa diterapkan pada nyeri ringan dan sedang, untuk itu pada kasus rasa nyeri berat harus ditangani dengan obat/tindakan medis.
B.       Relaksasi
Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi kecemasan. Membantu klien dengan teknik relaksasi, perawat dapat mengenal nyeri klien dan ekspresi kebutuhan dibantu dari klien untuk mengurangi distress yang disebabkan oleh nyerinya.Teknik relaksasi lebih efektif untuk klien dengan nyerik ronik.
Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang mengalami nyeri, yaitu:
a.     Memperbaiki kualitas tidur
b.    Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
c.     Mengurangi keletihan/fatigue
d.    Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam mengatasi nyeri
e.     Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau berulang karena nyeri
f.     Pengalihan rasa nyeri/distraksi
g.    Meningkatkan keefektifan teknik-teknik pengurangan nyeri yang lain
h.    Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri
i.      Menurunkan distress atau ketakutan selama antisi pasi terhadap nyeri
Secara umum untuk melakukan teknik relaksasi membutuhkan 4 hal, yaitu:
a.     Berikanposisi yang nyaman
b.    Dilakukan dalam lingkungan yang tenang
c.     Mengulang kata-kata, suara, phrase, doa-doa tertentu
d.    Melakukan sikap yang pasif  saat mendistraksiklien.

Metode yang lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa mendengarkan music atau suara alam sambil santai, memikirkan sesuatu yang merilekskan, atau dengan teknik meditasi seperti yoga, dan lain-lain.
C.   Imagery
Klien dapat menggunakan imagery/membayangkan untuk menurunkan nyeri. Imagerys esuatu yang menyenangkan. Imagery dapat digunakan lebih efektif pada klien dengan nyeri kronik daripada nyeri akut, atau nyeri berat. Perawat dapat mengajarkan klien untuk menggunakan teknik imagery dengan melakukan guided imagery.
D.  Stimulasi Kutan
Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri. Meintz (1995) menyatakan bahwa massage, salah satu bentuk stimulasi kutan, dapat mengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada klien dengan kanker. Stimulasikutan, meliputi :
a.     Massage
b.    Kompres hangat ataudingin, atau keduanya bergantian
c.     Accupressure
d.    Stimulasi kontralateral

E.   Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
8.     Tips untuk cedera lutut
1.     Rehatkan sendi lutut. Dengan durasi 12-24 jam. Jangan menggunakan karena akan merusak internal sendi lutut
2.     Olahraga. Bila sakit sudah berkurang, lakukan latihan setelah ada izin dari dokter> Lakukan latihan yang sederhana seperti berjalan – jalan. Latihan ini penting untuk menguatkan otot. Jika sendi masih bengkak hindari latihan.
3.     Menurunkan berat badan. Keadaan obesitas dan berbadan berat akan membenbani sendi pinggul dan lutut.
4.     Mengkompres sendi. Mengkompres dapat meredakan nyeri.
5.     Obat – obatan. Obat analgesik sangat membantu untuk meredakan nyerinya. Krim panas juga dapat meringankan rasa sakit
6.     Gunakan alat bantu. Alat bantu memudahkan untuk menjalani hari tanpa menekankan sendi yang sakit. Tongkat mengambil berat dari lutut dan pinggul saat berjalan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar