Haloooo memed-memed sekalian,sudah lama kita tidak berjumpa di anti-remed hehee...ujian kemaren berjalan dengan lancar kaan??semoga hasilyang kita dapat memuaskan aminnnn..Oke, di skenario pertama ini sih di buku modulnya gak ada cerita skenario nya,adanya Cuma learning objective yangharus kita capai.Tapi denger-denger sih skenarionya bakal soal konjungtivitis, emang uda bisa ditebak sih, soalnya di LO nya kan banyak tu yang disuruhbahas soal konjungtivitis. Sebelum kita mulai marikita mengetahui LO nya dulu
1. Anatomi fisiologi mata
2. Mekanisme, patofisiologi, dan patogenesis infeksi mata
3. Faktor resiko penyakit mata merah
4. Membedakan penyebab konjungtivitis karena virus, bakteri, jamur, dll
5. Diagnosis klinis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tambahan
6. Penatalaksanaan konjungtivitis (drug of choice, rasionalisasi terapi)
7. Epidemiologi dan pencegahan konjungtivitis
Yok mari yok kita bahas satu demi satu...
A. Anatomi fisiologi mata
Anatomi mata itu dibagi menjadi 6 bagian anatomis: (1) adnexa, yang meliputi kelopak mata dan lacrimal apparatus; (2)segmen anterior, terdiri dari konjungtiva, kornea, dan ruang anterior; (3) iris dan lensa; (4) segmen posterior yang terdiri dari humor vitreous, retina, choroid, dan sklera; (5) otot extraocular; (6) Orbit.
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua untuk menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare yang teratur secara sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih. Tanpa otot tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih konveks. Manusia secara perlahan akan kehilangan fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang dekat yang disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi dan astigmatisma.
Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang semua bagiannya dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa refraksi dan membantu mempertahankan bentuk mata.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung fascia bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea, merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.
Anatomi dan Fisiologi Pada Mata
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva.
Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.
2) Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah
3) Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
o Otot-otot penggerak bola mata
o Dinding bola mata yang teriri dari : sklera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
o Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing
4) Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
o Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
o Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva.
Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.
2) Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah
3) Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
o Otot-otot penggerak bola mata
o Dinding bola mata yang teriri dari : sklera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
o Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing
4) Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
o Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
o Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung
KEBUTAAN
Cedera dan penyakit pada mata bisa mempengaruhi penglihatan.
Kejernihan penglihatan disebut ketajaman visuil, yang berkisar dari penglihatan penuh sampai ke tanpa penglihatan.
Jika ketajaman menurun, maka penglihatan menjadi kabur.
Ketajaman penglihatan biasanya diukur dengan skala yang membandingkan penglihatan seseorang pada jarak 20 kaki dengan seseorang yang memiliki ketajaman penuh.
Visuil 20/20 artinya seseorang melihat benda pada jarak 20 kaki dengan ketajaman penuh; sedangkan visuil 20/200 artinya seseorang melihat benda pada jarak 20 kaki, yang oleh orang dengan ketajaman penuh benda tersebut terlihat pada jarak 200 kaki.
Secara teoritis, kebutaan terjadi jika ketajaman penglihatan lebih buruk dari 20/200 meskipun telah dibantu dengan kaca mata maupun lensa kontak.
Penyebab kebutaan
Kebutaan bisa terjadi karena berbagai alasan:
- cahaya tidak dapat mencapai retina
- cahaya tidak terfokus sebagaimana mestinya pada retina
- retina tidak dapat merasakan cahaya secara normal
- kelainan penghantaran gelombang saraf dari retina ke otak
- otak tidak dapat menterjemahkan informasi yang dikirim oleh mata.
Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan kebutaan:
# Katarak
# Kelainan refraksi
# Ablasio retina
# Retinitis pigmentosa
# Diabetes
# Degenerasi makuler
# Sklerosis multipel
# Tumor kelenjar hipofisa
# Glaukoma
# Kelainan pada daerah otak yang mengolah gelombang visuil akibat stroke, tumor atau penyakit lainnya.
Cedera dan penyakit pada mata bisa mempengaruhi penglihatan.
Kejernihan penglihatan disebut ketajaman visuil, yang berkisar dari penglihatan penuh sampai ke tanpa penglihatan.
Jika ketajaman menurun, maka penglihatan menjadi kabur.
Ketajaman penglihatan biasanya diukur dengan skala yang membandingkan penglihatan seseorang pada jarak 20 kaki dengan seseorang yang memiliki ketajaman penuh.
Visuil 20/20 artinya seseorang melihat benda pada jarak 20 kaki dengan ketajaman penuh; sedangkan visuil 20/200 artinya seseorang melihat benda pada jarak 20 kaki, yang oleh orang dengan ketajaman penuh benda tersebut terlihat pada jarak 200 kaki.
Secara teoritis, kebutaan terjadi jika ketajaman penglihatan lebih buruk dari 20/200 meskipun telah dibantu dengan kaca mata maupun lensa kontak.
Penyebab kebutaan
Kebutaan bisa terjadi karena berbagai alasan:
- cahaya tidak dapat mencapai retina
- cahaya tidak terfokus sebagaimana mestinya pada retina
- retina tidak dapat merasakan cahaya secara normal
- kelainan penghantaran gelombang saraf dari retina ke otak
- otak tidak dapat menterjemahkan informasi yang dikirim oleh mata.
Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan kebutaan:
# Katarak
# Kelainan refraksi
# Ablasio retina
# Retinitis pigmentosa
# Diabetes
# Degenerasi makuler
# Sklerosis multipel
# Tumor kelenjar hipofisa
# Glaukoma
# Kelainan pada daerah otak yang mengolah gelombang visuil akibat stroke, tumor atau penyakit lainnya.
B. Mekanisme, patofisiologi, dan patogenesis infeksi mata
Allergic conjunctivitis dikarenakan oleh respon immune tipe I kepada allergen. allergen berikatan dengan cell mast dan terjadi cross-linking dengan IgE, membuat degranulasi cell mast dan inisiasi cascade inflamasi. Ini membuat pelepasan histamine oleh cell mast, begitu juga mediator lain seperti tryptase, chymase, heparin, chondroitin sulphate, prostaglandins, thromboxane, and leukotrienes. Histamine dan bradykinin menstimulate nociceptors, membuat gatal, menaikan permiabilitas vascular, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi conjuctiva.
Infective conjunctivitis terjadi sebagai hasil dari berkrangnya pertahanan dan kontaminasi dari luar. Infectious pathogen bisa menyerang dari darah atau kelenjar dan berkembang di conjunctival mucosal cells. Semua infeksi bacterial dan viral membuat leukocyte atau cascade inflamasi lymphe menarik sel darah putih dan merah ke daerah infeksi. Sel darah putih ini mencapai permukaan conjuctiva dan berakumulasi disana bergerak melalui permiabilitas yang rendah dan dilatasi capiler.
Allergic conjunctivitis dikarenakan oleh respon immune tipe I kepada allergen. allergen berikatan dengan cell mast dan terjadi cross-linking dengan IgE, membuat degranulasi cell mast dan inisiasi cascade inflamasi. Ini membuat pelepasan histamine oleh cell mast, begitu juga mediator lain seperti tryptase, chymase, heparin, chondroitin sulphate, prostaglandins, thromboxane, and leukotrienes. Histamine dan bradykinin menstimulate nociceptors, membuat gatal, menaikan permiabilitas vascular, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi conjuctiva.
Infective conjunctivitis terjadi sebagai hasil dari berkrangnya pertahanan dan kontaminasi dari luar. Infectious pathogen bisa menyerang dari darah atau kelenjar dan berkembang di conjunctival mucosal cells. Semua infeksi bacterial dan viral membuat leukocyte atau cascade inflamasi lymphe menarik sel darah putih dan merah ke daerah infeksi. Sel darah putih ini mencapai permukaan conjuctiva dan berakumulasi disana bergerak melalui permiabilitas yang rendah dan dilatasi capiler.
C. Faktor resiko penyakit mata merah
biasanya pada anak anak, dan bisa sampe usia 25. sering terjadi pada orang orang yang berhubungan langsung dengan penderita atau orang orang yang bekerja pada lingkungan kering.
biasanya pada anak anak, dan bisa sampe usia 25. sering terjadi pada orang orang yang berhubungan langsung dengan penderita atau orang orang yang bekerja pada lingkungan kering.
D.
Membedakan penyebab konjungtivitis karena virus, bakteri, jamur, dll
Membedakan penyebab konjungtivitis karena virus, bakteri, jamur, dll
1. Bacterial Conjunctivitis
Riwayat:
Konjungtivitis karena bakteri mempunyai beberapa varian berdasarkan dengan durasi nya. Ada yang hiperakut (12-24 jam), akut (kurang dari 4 minggu), kronis (lebih dari 4 minggu). Akut dan kronis biasanya terjadi unilateral atau hanya pada salah satu mata. Discharge yang keluar biasanya mulai dari bentuk mucoid yang ringan sampai moderat, atau mucopurulen. Gatal yang ringan biasa ditemui, jika gatal lebih dominan maka diduga alergi. Photophobia ringan. Pada sexual history pernah mengalami vaginitis, vicitis, atau urethritis yang mungkin ditemui pada kasus yang kronis.
Temuan Pemeriksaan:
- Red injected eye
- Purulen atau mucopurulen discharge
- Pembengkakan kelopak mata
- Chemosis: edema konjungtiva
- Preaulicular lymphadenophaty: lebih biasa pada infeksi virus.
Treatment:
Hyperacute Conjunctivitis dan Gonococal Conjunctivitis
Jika ditemukan gram negatif diplococus pada pengecatan gram, dapat dirawat dengan ceftriaxone 1 g intra muscular
Acute Conjunctivitis
Jika tidak ada kontraindikasi bisa diberikan obat antibiotik spektrum luas. Contoh:Trimethoprim-polymixin QID, Ofloxacin QID, Ciprofloxacin QID, Bacitracin-erythromicin ointment QID
Chronic Conjunctivitis
Inklusi chlamidia konjungtivitis dirawat dengan
- Oral antibiotik: doxycicline 100mg po BID; tetracicline 250-500 mg po QID; erythromicin 250-500 po BID atau clarythomicin 250-500 po BID
- Salep topical: erythromicin, tetracicline, sulfacetamide 2-3 kali sehari selama 2-3 minggu.
2. Viral Conjunctivitis
Riwayat:
Biasanya akut (kurangdari 4 minggu). Terjadi secara bilateral, tetapi diawali dengan infeksiunilateral dan setelah beberapa hari kemudian menjadi bilateral. Discharge biasanya berair dengan scant withish mucus. Gejala biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas ataukontak dengan orang yang menderita mata merah. Gatal dan rasa panas serta photophobia ringan dapat dijumpai. Bisa ditemukan juga demam, biasanya dihubungkan dengan pharyngoconjunctival fever.
Temuan Pemeriksaan:
- Kelopak yang merah dan membengkak
- Preauricular limfonodi yang palpable
- Folikel palpebra konjungtiva inferior
- Discharge berair
DD: Corneal Ulcer, Anterior Chamber Cells, Hypopyon(pelapisan oleh sel darah putih pada ruang anterior)
Treatment:
- Biasanyatreatmentsuportive karena self-limited
- Air mata buatan tanpa pengawet 4-6 kali sehari
- Jika gatal bisa diberikan naphazoline/pheniramine drop QID
- Kompres dingin
- Menasihati pasien bahwa penyakitnya sangat menular sehingga hindari menyentuh mata dan kurangi kontak dengan orang lain.
3. Allergic Conjunctivitis
Riwayat:
Biasanya singkat dan pasien mempunyai riwayat alergi seperti alergi debu, serbuk sari, kotoran binatang, atau UV.
Gejala:
- Gatal
- Discharge berair
- Mata merah
Temuan Pemeriksaan:
- Mata merah
- Stringy, discharge putih
- Pembengkakan kelopak mata
- Chemosis
- Konjungtiva papilae
Treatment:
- Hindari alergen
- Kompres dingin
- Air mata buatan tanpa pengawet 4-6 kali sehari dipadu dengan vasoconstrictor/antihistamine
- Pertimbangkan antihistaminoral atau topical untuk kasus yang berat
4. Subconjunctival Hemorrhage
Riwayat:
Trauma pada saat menggaruk mata, hipertensi, mempunyai riwayat kelainan pembekuan darah, pengobatan dengan aspirin, atau idiopatik.
Temuan Pemeriksaan:
- Biasanya asimtomatik
- Mata merah
- Warna merah menyala dan gelap darah di bawah konjungtiva, biasanya sectoral
- Jika ada perdarahan 3600 Subconjunctival hemorrhage maka harus mengeliminasi ruptur globe dulu.
Treatment:
- Tidak ada treatmentyang dibutuhkan
- Tetes mata buata
- Obat antikoagulan dihentikan
E. Diagnosis klinis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tamban
hd bacterial
-historinya hyperacute (12-14jam), acute kurang dari 4 minggu, dan chronic lebih dari 4 minggu
-akut dan kronik biasanya unilateral
-biasanya ada discharge sebagai tanda mild sampai sedang
-ada rasa gatal
-chemosis
-merah
viral
-inferior palpebral conjuctival follicles
-biasanya acute
-whitish mucose
-preauiclar lymph node teraba
-merah
allergic
-gatal
-kelopak mata bengkaj
-merah
-preauriculer lymph tdk teraba
hd bacterial
-historinya hyperacute (12-14jam), acute kurang dari 4 minggu, dan chronic lebih dari 4 minggu
-akut dan kronik biasanya unilateral
-biasanya ada discharge sebagai tanda mild sampai sedang
-ada rasa gatal
-chemosis
-merah
viral
-inferior palpebral conjuctival follicles
-biasanya acute
-whitish mucose
-preauiclar lymph node teraba
-merah
allergic
-gatal
-kelopak mata bengkaj
-merah
-preauriculer lymph tdk teraba
F. Penatalaksanaan konjungtivitis (drug of choice, rasionalisasi terapi)
Untuk viral: tetes mata acyclovoir atau trifluridine.
Untuk allergic: tetes mata antihistamin seperti vasocon-A ata resep olopatadine ophthalmic dan anti hstamin oral bisa mengurangi gatalnya.
Untuk bacterial: tetes mata sodium sulfacetamide atau azytromisin atau norfloxasin.
G.
Epidemiologi dan pencegahan konjungtivitis
Epidemiologi dan pencegahan konjungtivitis
Pencegahanya sebenarnya cukup simple, yaitu sering mencuci tanan dan jangan menggosok mata karena bisajadi tangan sedang kotor. Biasanya adenovirus yg juga bisa menyebabkan conjunctivitis kejadiianya tinggi pada musim panas, nah kebetulan kita sering bgt tuh musim panas, jadi hati” dengan debu kering yang berterbangan juga.
Penyebaran juga bisa melalui benda benda yang sering bersentuhan dengan mata kita, seperti bantal, tissue dan sapu tangan, jadi sebisa mungkin tidak saling meminjam dan menjaga kebersihanya.
Kalo memed mau lihat gambar-gambar mata sakit bisa dibuka di
Sementara itu dulu ya....masih ada field yang masih kosong kandi learning objective, tapi insyaallah mimin Nata mau nambahin kok ntar. Indahny dunia jika kita berbagi..regards, Anti-Remed..
Kontributor:
GalihArya
JrNata
Referensi:
1. Emergency Ophthalmology a Rapid Treatment Guide Kenneth C. Chern, MD
4. http://i-comers.com/showthread.php?t=6926
http://bestpractice.bmj.com/
http://www.umm.edu/altmed/articles/conjunctivitis-000040.htm
http://bestpractice.bmj.com/
http://www.umm.edu/altmed/articles/conjunctivitis-000040.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar