LO :
Pembekuan darah dan Penentu golongan darah?
1.
Jelaskan
hematopoiesis darah secara detail !
Pengaturan
hematopoesis :
Semua
sel darah berasal dari sel induk pluripotensial yang kemudian berdeferensiasi
menjadi :
1.
Sel induk limfoid Úsel seri limfosit dan sel plasma
2.
Sel induk multi potensial mieloid
(nonlimfoid) Úeritrosit, granulosit, monosit dan trombosit.
Pembentukan
sel darah :
- Dewasa : kecuali limfosit dibentuk di dalam sstl pipih (tl.dada, iga, panggul, belikat, tengkorak, tl.belakang dan bagian proksimal tl.paha dan
lengan atas.
- Bayi baru lahir : hati, limpa dan sstl amper semua
tulang.
ERITROPOEISIS
Eritrosit
dibentuk melalui proses pematangan yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu
pembelahan dan perubahan morfologi sel-sel berinti mulai dari proeritroblas,
normoblas basofilik, normoblas polikromatik, normoblas orthokromatik,
retikulosit dan akhirnya eritrosit.
Terdapat
3 ciri perkembangan eritrosit :
1.
Penyusunan ukuran sel : makin tua stadiumnya, ukuran sel semakin kecil.
2. Perubahan
warna sitoplasma : Pada pengecatan Rowmanowsky mula-mula dari
Basofilik makin tua warnanya akan berkurang dan menjadi asidofil. Perubahan ini oleh karena : sintesa Hb meningkat dan
berkurangnya DNA
3.
Perubahan inti : nukleoli makin hilang, kromatin sel makin tua makin padat dan
tebal.
|
Eritropoetin
(erytropoetic stimulating factor) : suatu hormon secara langsung mempengaruhi aktivitas
sstl, peka thd perubahan kadar O2 jaringan.
ü Kadar oksigen dlm jaringan ditentukan oleh :
- aliran darah
- Kadar Hb
- Saturasi HbO2
- Afinitas oksigen terhadap Hb.
ü Fungsi eritropoetin :
-
mempercepat pembelahan sel
-
mempermudah penyerapan besi ke dalam sel
-
mempercepat maturasi
-
mempercepat proses pembebasan dari sstl ke sirkulasi darah.
ü Hormon lain :
- Androgen,
laktogen plasenta dan prolaktin
merangsang produksi dan aktivitas eritropoetin, sedangkan estrogen
sebaliknya akan menghambat eritropoesis.
Metabolisme
besi dan pembentukan Hb :
kekurangan zat besi Ú anemia def. Besi
Vit
B12 dan asam folat :
untuk pembentukan DNA. Defisiensi kedua zat
ini Úpematangan inti dan sitoplasma terganggu Úsel menjadi megaloblastik.
·
GRANULOPOESIS
CSF(colony
stimulating factor) merupakan zat yang diduga untuk proses pembentukan
granulosit-makropag.
CSF
diproduksi oleh sel monosit-makropag dan limfosit, sstl, jaringan ginjal janin,
plasenta.
Degradasi
granulosit oleh mikroorganisme, endotoksisndan sisa-sisa sel.
·
LIMFOPOESIS
Ada dua
organ yang mengendalikan perkembangan limfosit, yaitu kel. Timus dan jaringan bursa
Fabricius yang terdapat dalam berbagai jaringan limfoid (sstl)
Kel. Timus
: proses pembentukan limfosit T
Jaringan bursa
Fabricius : limfosit B
Limfosit T
berdeferensiasi Ú TH, TS, TC
Limfosit B
berdeferensiasi Ú sel Plasma
·
MONOPOESIS
Fungsi/fisiologis
: sel monosit pada darah tepi 1-3 hari dan selanjutnya masuk kejaringan menjadi
makrofag :
- motilitas tinggi
- fagositosis dan pinositosis
Granula sel(lisosom) mengandung peroksidase
dan hidrolase.
Monosit
merupakan fagosit mononuklear yang bertanggung jawab terhadap mekanisme
pertahanan, selain itu dapat membunuh sel-sel tumor ganas tertentu dan
memproses antigen (APC) untuk membantu kontaknya antigen dengan limfosit.
·
TROMBOPOESIS
Trombosit
berasal dari megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang.
Pengaturan
produksi diatur oleh hormon trombopoetin.
Produksi
trombosit diatur pula oleh jumlah atau masa trombosit yang ada.
Trombosit
merupakan pecahan dari sitoplasma megakariosit yang matang (24-36 ploidi)
Setiap
megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Deferensiasi waktu sampai
terbentuk trombosit sekitar 10 hari.
Fungsi
trombosit :
-
mempertahankan integritas pembuluh darah.
-
Membentuk sumbat hemostatik untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh
darah yang terluka.
-
Membantu faktor koagulasi plasma dalam proses koagulasi berasal dari
fragmentasi megakariosit sel terbesar dalam sumsum tulang normal.
Fungsi pokok
trombosit ini adalah reaksi trombosit : adhesi, pembebasan, agregasi dan
aktivitas prokoagulan.
Sumber : Kuliah dr.Suryanto, Sp.PK
2.
Jelaskan
komponen Darah karakteristik dan fungsinya
!
a.
DARAH
Darah adalah komponen esensial mahluk hidup yang berfungsi sebagai
pembawa oksigen dari Paru-Paru kejaringan dan Karbon dioksida dari jaringan ke
Paru-Paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan
kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti Ginjal,
menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah.[2]
Struktur
Darah terdiri atas :
·
Plasma :
ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air ( 95%), 7% protein,
1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan darah, Albumin
dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid,
dan gamma globulin juga mengandung antibodi ( imunoglobulin ) seperti IgM, IgG,
IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme. Didalam
plasma juga terdapat zat/faktor-faktor pembeku darah, komplemen, haptoglobin,
transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzym, polipeptida, glukosa, asam
amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit, hormon dan vitamin-vitamin.
·
Sel-sel darah
: kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ), sedang sisanya 1% terdiri
dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit. Sel Leukosit terdiri dari
Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit.
Karakteristik
darah :
1.
Warna : Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berikatan
dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah Vena berwarna merah tua / gelap
karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah Arteri.
2.
Viskositas : Viskositas darah atau kekentalan darah ¾ lebih tinggi dari pada
viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
3.
pH: pH darah bersifat alkaline dengan pHδ 7.35 sampai 7.45.
4.
Volume : pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB atau
sekitar 4 sampai 5 liter darah.
Jenis-Jenis
Sel Darah
a. Sel darah putih / Leukosit
Leukosit
dalam darah atau sel darah putih berperan sebagai sistim imunitas tubuh. Jumlah
dalam keadaan normal adalah 5000-10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2
kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
1.
Granulosit yaitu sel darah putih yang didalamnya terdapat granula.
2.
Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1 sel lobus
dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula.
b. Sel Trombosit
Trombosit
dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah dan hemostasis (
menghentikan perdarahan ). Jumlahnya dalam darah dalam keadaan normal sekitar
150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1
sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari.
c. Sel Erytrosit
Sel
darah merah merupakan cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7.5 mikron, tebal
bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas
membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah diffusi oksigen, karbon
dioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Eritrosit dapat
mencapai umur 120 hari. Setiap harinya ada 1/120 x 5x5.1012 Eritrosit yang
mati.
Sel
darah merah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin, terdiri Hem
merupakan gabungan dari protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari
protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta dan enzim-enzim
seperti Glucose 6-phosphate dehydrogenase(G6PD). Hemoglobin mengandung
kira-kira 95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen (
menjadi
oksihemoglobin
) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.
b.
HEMOGLOBIN
Hemoglobin
adalah protein yang terdapat pada sel darah merah. Berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari Paru-Paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa ke jaringan dan
membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke Paru-Paru. [4,19]
Struktur
Hemoglobin terdiri atas dua unsur utama yaitu :
a.
Besi yang mengandung pigmen Hem
b. Protein Globin,
seperti halnya jenis protein lain, globin mempunyai rantai panjang dari asam
amino. Ada empat rantai globin yaitu alpha (α ), beta (β), delta (δ) dan gamma
(ð), dan enzim-enzim spt G6PD
c.
SEL DARAH PUTIH
Sel
leukosit atau sel darah putih adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak
berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus
dinding kapiler /diapedesis. Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10000
sel/mm3. Jumlah sel leukosit yang lebih dari normal atau melebihi 10000 disebut
Leukositosis, sedangkan jumlah sel leukosit yang kurang dari normal atau
kurang dari 5000 disebut Leukopenia[12]
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
a. Granulosit atau disebut juga polimorfonuklear yaitu
sel darah putih yang didalamnya terdapat granula antara lain : eosinofil,
basofil, neutrofil. 75 % dari komponen leukosit adalah sel granulosit dan sel
ini dibentuk didalam sumsum tulang belakang.
b. Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1
sel lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula antara lain limfosit dan
monosit.
Fungsi leukosit adalah sebagai sistim imunitas atau kekebalan tubuh,
bila tubuh kemasukan benda asing misal bakteri atau virus maka oleh sel sel
neutrofil atau limfosit benda asing tersebut akan difagositosis dimana sel
limfosit T akan membunuh langsung atau membentuk limfokin yaitu suatu substansi
yang memperkuat daya fagositosis sedangkan limfosit B akan mengeluarkan
antibodi yang akan menghancurkan benda asing tersebut.
Jenis-jenis sel Leukosit
a. Neutrofil
Sel Neutrofil adalah
bagian dari leukosit yang bertindak sebagai garis depan dalam sistem kekebalan
tubuh, neutrofil akan memfagositosis bakteri dan mengencerkannya dengan enzim
asam amino D oksidase dalam granula azurofilik. Mielo peroksidase yang terdapat
dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada
molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Neutrofil dibentuk
dalam sumsum tulang dan dikeluarkan dalam sirkulasi, jumlahnya dari leukosit
adalah 60 -70 % . Sel neutrofil bergaris tengah sekitar 12 um, mempunyai satu
inti dan terdiri dari 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh
granula-granula spesifik (0;3-0,8μm) mendekati batas resolusi optik, dengan
pewarnaan giemsa tampak berwarna keunguan.
Granul pada neutrofil
ada dua :
- Azurofilik yang
mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
- Granul spesifik
lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein
Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang
mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokondria, apparatus golgi
rudimenter dan sedikit granula glikogen.
b. Eosinofil
Eosinofil adalah
bagian dari sel leukosit yang dapat bergerak amuboid untuk memfagositosis
bakteri atau benda asing yang masuk dalam tubuh meskipun pergerakannya tidak
secepat neutrofil. Jumlah eosinofil sedikit hanya 1-4 % leukosit darah,
mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih kecil dari neutrofil). Mempunyai inti
biasanya berlobus dua, mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofilik
sehingga kelihatan berwarna merah, granula adalah lisosom yang mengandung
fosfatase asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim.
c. Basofil
Basofil jumlahnya
0-1% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12μm, inti satu, besar bentuk
pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang
lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya ireguler
berwarna biru.
d. Limfosit
Limfosit merupakan
sel yang sferis, garis tengah 6-8μm, jumlah dalam leukosit sekitar
20-30% . Sel yang normal berinti relatif besar, bulat sedikit cekungan pada
satu sisi, kromatin inti padat, sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik,
mengandung granula-granula azurofilik. Sel limfosit dibentuk didalam kelenjar
limfe dan sumsum tulang. Tidak memiliki gerakan amuboid dan tidak dapat
memfagositosis bakteri tetapi sel limfosit berperan dalam membentuk antibodi
untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi. Jumlah limfosit yang
meningkat dalam tubuh disebut limfositosis. Jumlah sel limfosit akan
menurun seiring bertambahnya usia, pada saat lahir jumlahnya sekitar 5% tetapi
pada usia lanjut kemampuan tubuh akan berkurang dalam memproduksi limfosit
sehingga kekebalan tubuh akan berkurang juga.
e. Monosit
Merupakan sel
leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi
pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya
eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang
padat, susunan lebih fibriler, Granula azurofil, merupakan lisosom primer,
lebih banyak tapi lebih kecil. Monosit ditemui dalam darah, jaringan
penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear
(system retikuloendotel).
Sumber : digilib.unimus.ac.id
3.
Jelaskan
Biokimia Darah !
Biosintesis Hemoglobin
Struktur
porifrin :
• Porfirin adalah senyawa siklik yg dibentuk oleh 4
cincin pirol.
• Masing-masing cincin dihubungkan oleh 4 jembatan
metenil (-HC=).
• Sifat khas porfirin adalah atom nitrogennya mampu
mengikat ion logam.
• Contoh;
- heme pada Hb mengikat Fe
- klorofil pada tumbuhan hijau
mengikat Mg
Beberapa
Hemoprotein
Sintesis Heme di
Mitokondria
•
85% sintesis heme terjadi dalam sel pembentuk eritrosit pada sumsum
tulang
•
Heme disintesis dari suksinil KoA + glisin.
•
Piridoksal fosfat diperlukan untuk mengaktifkan glisin.
Pengaturan
Sintesis Heme
•
Enzim regulator adalah ALA-sintase.
•
Heme bertindak sebagai regulator negatif (umpan balik negatif) sintesis
enzim ALA- sintase.
•
Jika heme meningkat, maka sintesis ALA-sintase akan menurun.
Porfiria
•
Merupakan gangguan genetik biosintesis heme.
•
Umumnya autosomal dominan, kecuali porfiria eritropoitik kongenital.
•
Gejala;
- nyeri abdomen
- gangguan neuropsikiatri
- fotosensitifitas kulit
- bila berat = prototipe manusia srigala
Dasar Biokimia
Porfiria
Sumber
: Husnil Kadri
Fakultas Kedokteran Unand Padang
Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses yang kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika terjadi luka. Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh darah yang terluka, pelepasan zat untuk menarik keping-keping darah ke daerah luka, dan pembentukan benang-benang fibrin. Komponen darah yang terlibat dalam proses penggumpalan darah adalah keping-keping darah (trombosit) dengan bantuan ion kalsium.
Apabila luka terjadi pada pembuluh darah yang tipis, pengetatan dinding-dinding pembuluh darah dapat mencegah pengeluaran darah. Tetapi, jika terjadi kerusakan cukup besar pada pembuluh darah, keping-keping darah atau yang disebut trombosit akan berkumpul di sekitar luka dalam jumlah besar dan menempel pada pembuluh darah, kemudian membentuk jala fibrin yang menahan keluarnya sel darah. Keping-keping darah akan mengirim zat kimia yang bekerja sama dengan zat lainnya dalam plasma darah untuk membentuk benang-benang fibrin. Jala atau benang-benang fibrin yang terbentuk pada permukaan luka dapat menahan keping-keping darah dan sel-sel darah merah agar tidak menetes keluar. Luka yang besar dan tidak bisa diperbaiki sendiri oleh tubuh perlu dijahit dengan benang khusus yang biasanya dilakukan oleh dokter agar bagian yang terbuka menjadi lebih sempit. Dengan demikian, fungsi benang-benang fibrin dan keping-keping darah menjadi lebih efisien.
Skema pembekuan darah adalah sebagai berikut: 1) Terjadi luka, 2) Darah keluar, 3) Keping darah (trombosit pecah), 4) Menghasilkan enzim trombokinase, 5) Bersama ion kalsium dan vitamin K mengubah protrombin menjadi trombin, 6) Memengaruhi fibrinogen membentuk benang-benang fibrin, 7) Membendung darah dan membeku, 7) Menutup luka.
Salah satu antibodi untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh adalah Betadine,dan sebagainya
Dalam proses pembekuan darah, keping-keping darah (trombosit) yang menyentuh permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan trombokinase. Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin. Protrombin merupakan enzim yang belum aktif, berupa senyawa globulin yang dihasilkan di hati dengan pertolongan vitamin K, sedangkan trombin merupakan enzim yang telah aktif. Pengubahan protrombin menjadi trombin sangat memerlukan zat kalsium untuk mempercepat proses tersebut. Trombin lalu mengubah fibrinogen (protein yang larut dalam plasma darah) menjadi fibrin yang berbentuk benang-benang. Benang-benang tersebut menjaring keping-keping darah dan sel-sel darah merah, dan kemudian perlahan menambal luka tersebut.
Golongan darah
1. Golongan darah dari sistem ABO
Karl Lansteiner (1900) menemukan golongan darah pada manusia yang dibedakan menjadi 4 golongan yaitu :
§
Golongan darah A,
mempunyai antigen atau aglutinogen A pada eritrositnya dan mempunyai antibodi
atau aglutinin anti B pada plasmanya
§
Golongan darah B,
mempunyai antigen B dan antibodi A
§
Golongan darah AB,
mempunyai antigen A dan B, tidak mempunyai anibodi
§
Golongan darah O,
tidak punya antigen tapi mempunyai antibodi A dan B
2. sistem rhesus
Faktor
rhesus (Rh) adalah suatu antigen yang terdapat pada eritrosit manusia dan kera
rhesus yang ditemukan pada tahun 1930. Berdasarkan atas ada tidaknya antigen
faktor rhesus pada eritrosit, golongan darah manusia dibedakan menjadi :
§
Rhesus +, jika
seseorang mempunyai antigen faktor rhesus pada eritrositnya
§
Rhesus -, jika
seseorang tidak memiliki antigen faktor rhesus pada eritrositnya
3.
Sistem MN
Pada
tahun 1927, Lansteiner dan Levine menemukan sejenis antigen pada eritrosit yang
disebut antigen M dan antigen N. Mereka berpendapat eritrosit seseorang dapat
memiliki salah satu atau kedua antigen tersebut. Berdasarkan hal tersebut dalam
penggolongan sistem MN, golongan darah dibedakan atas :
§
Golongan darah M,
jika dalam eritrositnya terdapat antigen M
§
Golongan darah N,
jika dalam eritrositnya terdapat antigen N
§
Golongan darah MN,
jika dalam eritrositnya terdapat antigen M dan N
Respon tubuh terhadap pendarahan?
Sistem hemostasis
merupakan mekanisme tubuh dalam mengontrol respon terhadap perdarahan atau
terjadinya trombosis yang berlebihan sehingga proses trombogenesis dan proses
fibrinolisis dalam keadaan seimbang. Proses hemostasis pada keadaan normal
membantu menghentikan perdarahan dan bila berlebihan akan menimbulkan oklusi
trombotik dan infark sistemik. Trombosis terjadi bila ada ketidakseimbangan
antara faktor trombogenik dan mekanisme proteksi.
Respon
tubuh terhadap perdarahan disarikan oleh American
College of Surgeons menjadi empat tingkat sesuai dengan jumlah perdarahan
dan respon fisiologis berupa tanda klinis yang kita bisa evaluasi.1
Tabel 2.1. Klasifikasi perdarahan
berdasarkan american college of surgeon
disadur
dari Spahn DR. Et al, Management of bleeding following a
major trauma : a European
guideline,
Critical care, 2007 (11) : R17
Respon fisiologis tubuh kita terhadap perdarahan akut yang
dialami adalah dengan mengaktifkan empat sistim fisiologis utama, yaitu: sistem
hematologi, sistem kardiovaskular, sistem ginjal dan sistim neuroendokrin.8
Kompensasi yang dilakukan:
1. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah akut yang berat dengan cara mengaktivasi kaskade koagulasi dan mengkonstriksikan pembuluh darah yang mengalami pendarahan melalui pelepasan tromboksan A2 lokal. Tromboksan A2 lokal akan mengaktivasi platelet untuk membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Sumbatan yang dibentuk akan mengalami deposisi fibrin dan stabilisasi melalui proses subsekuen dari kolagen yang dihasilkan pembuluh darah rusak. Waktu yang diperlukan sekitar 24 jam untuk pembentukan sumbatan fibrin sempurna dan formasi matur.5,8
2. Sistem kardiovaskular awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.5 Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan nadi vagal basal yang diatur oleh baroreseptor di arcus karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh paru. Sistem kardiovaskular juga merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal namun membawa darah dari kulit, otot, dan gastro intestinal menuju ke otak dan jantung.8 Vasokonstriksi yang terjadi dibarengi dengan menurunnya resistensi vaskuler di periper sebagai akibat menurunnya viskositas darah. Mekanisme lain dengan meningkatkan kontraktilitas miokard bertujuan supaya tidak terjadi penurunan curah jantung yang terlalu banyak.11,15
1. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah akut yang berat dengan cara mengaktivasi kaskade koagulasi dan mengkonstriksikan pembuluh darah yang mengalami pendarahan melalui pelepasan tromboksan A2 lokal. Tromboksan A2 lokal akan mengaktivasi platelet untuk membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Sumbatan yang dibentuk akan mengalami deposisi fibrin dan stabilisasi melalui proses subsekuen dari kolagen yang dihasilkan pembuluh darah rusak. Waktu yang diperlukan sekitar 24 jam untuk pembentukan sumbatan fibrin sempurna dan formasi matur.5,8
2. Sistem kardiovaskular awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.5 Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan nadi vagal basal yang diatur oleh baroreseptor di arcus karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh paru. Sistem kardiovaskular juga merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal namun membawa darah dari kulit, otot, dan gastro intestinal menuju ke otak dan jantung.8 Vasokonstriksi yang terjadi dibarengi dengan menurunnya resistensi vaskuler di periper sebagai akibat menurunnya viskositas darah. Mekanisme lain dengan meningkatkan kontraktilitas miokard bertujuan supaya tidak terjadi penurunan curah jantung yang terlalu banyak.11,15
3.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan merangsang peningkatan
sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, selanjutnya dikonversi menjadi
angiotensin II oleh paru-paru dan hati.
Angiotensin II memiliki dua efek utama, yang keduanya membantu perbaikan
keadaan pada syok hemoragik, pertama adalah vasokonstriksi arteriol otot polos,
dan yang kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Aldosteron bertanggung jawab untuk reabsorpsi Natrium aktif dan konservasi air
sehingga volume intravaskular bisa meningkat.8
4. Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok
hemoragik dengan peningkatan sirkulasi hormon antidiuretik (ADH). ADH
dilepaskan dari kelenjar Hipofisis Posterior sebagai respon terhadap penurunan
tekanan darah yang dideteksi oleh baroreseptor dan penurunan konsentrasi
Natrium yang dideteksi oleh osmoreseptor. ADH secara tidak langsung
meningkatkan reabsorpsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distal, Ductus Colectivus dan loop of Henle.8
Efek donor darah
bagi tubuh (EBM)?
Manfaat
Pendonor Darah
Menurut pendapat
Munandar (2008), bahwa alasan masyarakat melakukan transfusi darah adalah
sebagai berikut :
1.
Donor darah membuat orang menjadi lebih memperhatikan kesehatannya.
Seseorang
yang akan donor darah dan setelahnya akan selalu memperhatikan
perkembangan
kesehatan dirinya.
2.
Donor darah membuat bahagia. Ketika pendonor berhasil mendonorkan darahnya,
maka
yang ada dalam pikirannya adalah rasa bahagia karena bisa melakukan
sesuatu
untuk orang lain yang sedang membutuhkan.
Universitas
Sumatera Utara
3.
Donor darah menambah ilmu kesehatan. Orang yang akan donor, sering
menunggu
dan membaca artikel kesehatan, sehingga menambah khazanah ilmu
kesehatannya.
4.
Donor darah adalah silaturahmi dengan banyak orang, paramedis dan dokter.
Pertemuan
ini membuat terjadi saling tukar pengalaman tentang kesehatan.
5.
Donor darah membuat metabolisme sumsum tulang menjadi lebih aktif
6.
Donor darah membantu diet overweight. Banyak orang yang bingung ketika
tubuhnya
kegemukan. Darah 300cc bila dihitung kalorinya, bisa setara ribuan
kalori.
Bila setiap 3 bulan sekali diambil 300cc, maka ada pengurangan kalori
yang
signifikan dan alami.
7.
Donor darah mengaktifkan titik akupunktur. Daerah volvair lengan yang menjadi
area
tusuk pada waktu donor merupakan area padat titik akupunktur. Tusukan
pada
daerah itu secara acak pun berpotensi mengaktifkan simpul syaraf atau
limpha
yang memengaruhi tubuh secara positif.
8.
Donor darah menyehatkan tubuh dengan mekanisme totok darah. Pengambilan
darah
pada saat donor bisa merupakan pengaktifan mekanisme totok. Banyak
orang
yang merasa lebih enak setelah donor.
9.
Donor darah membuat orang berpikir positif. Pendonor tidak pernah berpikir
untuk
siapa darahnya. Semua diikhlaskan untuk orang yang memerlukan. Pikiran
positif
ini membangun hati seseorang dan membuat seseorang selalu berpikiran
positif.
10.
Donor darah merupakan perbuatan kemanusiaan bagi sesama. Pendonor darah
adalah
orang yang mau dan bisa memberi bagian dari tubuhnya untuk orang lain.
Pahala
tertinggi diberikan Tuhan bagi orang bersedekah paling banyak, bukan diukur
dari jumlahnya tetapi berapa persen dari yang dimilikinya.
Resiko
donor darah
David
(2006) menambahkan bahwa risiko yang timbul selama/setelah
melakukan
transfusi darah antara lain:
1.
Reaksi tranfusi cepat yang timbul selama tranfusi sampai 48 jam sesudahnya.
Terdiri dari :
a.
Reaksi tranfusi panas
b.
Reaksi tranfusi alergi
c.
Reaksi tranfusi hemolitik
d.
Reaksi tranfusi Bakteremia/seplis
2.
Reaksi tranfusi lambat yang timbul ( 48 jam. Terjadi setelah 3 – 21 hari
sesudah
tranfusi
karena efek antibodi yang terbentuk
3.
Circulatory Overload
Terjadi bila pemberian tranfusi darah terlalu
cepat atau terlalu banyak.
4.
Penularan Penyakit
a. Penyakit Hepatitis B,C,D dan Hepatitis
Pasca tranfusi terjadi antara 2 minggu
sampai
6 bulan setelah tranfusi, ditandai dengan gangguan faal hati, dari darah
donor
yang mengandung virus hepatitis.
b. HIV/AIDS dari donor darah yang mengandung
virus HIV/AIDS. Masa
inkubasi
bertahun–tahun dan tanpa gejala sampai suatu saat timbullah ”AIDS
Related
Complex” lalu ”Full Blown AIDS” terjadi antara tranfusi sampai
diagnosa
AIDS positif pada orang dewasa (30 bulan & pada anak- anak 13,5
bulan).
c. Malaria
Disebabkan
parasit dalam darah donor yang sakit atau pernah sakit lalu
menjadi
carrier masa inkubasi pada resipien 6-100 hari.
d. Syphilis
Dari
donor darah yang mempunyai TPHA positif. Dalam darah donor
mengandung
Treponema Pallidum.
Masyarakat
suku bangsa pribumi yang tidak bersedia untuk menjadi pendonor
darah
sukarela berkaitan dengan kurangnya pengetahuan, ketakutan akan jarum
suntik
yang dapat menyebarkan penyakit menular, juga rasa sosial yang rendah,
ataupun
beberapa stigma yang berkembang dari masyarakat seperti ketidakpercayaan
pada
petugas PMI yang akan menggunakan darah yang telah didonorkan untuk diperjualbelikan
(PMI Medan, 2009).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33673/4/Chapter%20II.pdf
Mekanisme donor darah?
TATA CARA DONOR DARAH
- Mengisi Formulir Donor
- Menyerahkan kartu donor darah bagi yang sudah
mempunyai/ pernah mendonorkan darah
- Donor ditimbang berat badannya
- Anamnesa sederhana / tanya jawab singkat yang
berhubungan dengan syarat-syarat mendonorkan darah
- Donor dites golongan darahnya dan kadar haemoglobin
(HB)
- Cek tekanan darah / Tensi
- Setelah memenuhi syarat (sehat menurut dokter /
petugas) maka barulah petugas transfusi darah (ATD/PTID) siap untuk
menyadap (mengambil) darahnya 350 cc
- Setelah diambil darahnya pendonor di istirahatkan
sejenak ( 5-10 Menit).
- Minum dan makanan ringan di ruang makan.
- Selesai (pulang)
Proses
Transfusi Darah
1. Pengisian Formulir Donor Darah.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
3. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan darah.
4. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Hepatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam.
5. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius. Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti : PRC, Thrombocyt, Plasma, Cryo precipitat
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
3. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan darah.
4. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Hepatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam.
5. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius. Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti : PRC, Thrombocyt, Plasma, Cryo precipitat
TRIGGER
ð Pada pasien memberikan kapas untuk menghentikan
pendarahan dibekas tusukan jarum dan diberi vitamin suplemen tablet FE untuk
proses pembekuan darah.
PEMBAHASAN :
1.
Alasan
setelah melakukan donor darah diberikan suplemen tablet FE untuk pembekuan
darah
ð Zat besi (Fe) adalah unsur mineral yang paling
penting dibutuhkan oleh tubuh karena perannya pada pembentukan hemoglobin.
Senyawa ini bertindak sebagai pembawa oksigen dalam darah, dan juga berperan
dalam transfer CO2 dan H positif pada rangkaian trasport elektron yang diatur
oleh fosfat organik (Soeida, 2008).
ð Menurut Bothwell, et,al.,1979 dan Commision of
European Communities (CEC), 1993 cit Gillespie, (1998), Besi (Fe) merupakan
mikronutrien yang esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut electron dalam
sel, dan dalam mensintesa enzim yang mengandung besi yang dibutuhkan untuk
menggunakan oksigen selama memproduksi energi selluler. Keseimbangan besi dalam
tubuh harus dipertahankan agar tubuh tidak mengalami anemia. Artinya jumlah zat
besi yang diperoleh tubuh lewat makanan. Zat besi dalam bentuk reserva
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan homeostatis tubuh. Feritin dan
hemosiderin akan membantu mempertahankan pembentukan hemoglobin, bila zat besi
dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi.jumlah zat besi yang harus diserap
oleh tubuh untuk mempertahankan zat besi akibat eksresi cukup kecil, yaitu
sebesar 1 mg (Wirakusumah,1999).
ð
Jadi
pemberian suplemen Fe ini digunakan untuk pembentukan hemoglobin setelah
melakukan donor. Dan mencegah untuk terjadinya anemia.