Kamis, 01 Januari 2015

Skenario 3-2 Blok 4

Author : Della, Gupita, Chandra, Diani
LO : 
1.      Jelaskan hematopoiesis darah secara detail !
Pengaturan hematopoesis :
Semua sel darah berasal dari sel induk pluripotensial yang kemudian berdeferensiasi menjadi :
1.    Sel induk limfoid Úsel seri limfosit dan sel plasma
2.   
Sel induk multi potensial mieloid (nonlimfoid) Úeritrosit, granulosit, monosit dan trombosit.
Pembentukan sel darah :
- Dewasa : kecuali limfosit dibentuk di dalam sstl pipih (tl.dada, iga, panggul, belikat, tengkorak, tl.belakang dan bagian proksimal tl.paha dan lengan atas.
- Janin : jaringan mesoderm
- Bayi baru lahir : hati, limpa dan sstl amper semua tulang.
         ERITROPOEISIS
Eritrosit dibentuk melalui proses pematangan yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pembelahan dan perubahan morfologi sel-sel berinti mulai dari proeritroblas, normoblas basofilik, normoblas polikromatik, normoblas orthokromatik, retikulosit dan akhirnya eritrosit.
Terdapat 3 ciri perkembangan eritrosit :
1. Penyusunan ukuran sel : makin tua stadiumnya, ukuran sel semakin kecil.
2. Perubahan warna sitoplasma : Pada pengecatan Rowmanowsky mula-mula dari Basofilik makin tua warnanya akan berkurang dan menjadi asidofil. Perubahan ini oleh karena : sintesa Hb meningkat dan berkurangnya DNA
3. Perubahan inti : nukleoli makin hilang, kromatin sel makin tua makin padat dan tebal.
Eritropoetin (erytropoetic stimulating factor) : suatu hormon secara langsung mempengaruhi aktivitas sstl, peka thd perubahan kadar O2 jaringan.
ü  Kadar oksigen dlm jaringan ditentukan oleh :
-   aliran darah
-   Kadar Hb
-   Saturasi HbO2
-   Afinitas oksigen terhadap Hb.
ü  Fungsi eritropoetin :
- mempercepat pembelahan sel
- mempermudah penyerapan besi ke dalam sel
- mempercepat maturasi
- mempercepat proses pembebasan dari sstl ke sirkulasi darah.
ü  Hormon lain :
- Androgen, laktogen plasenta dan prolaktin  merangsang produksi dan aktivitas eritropoetin, sedangkan estrogen sebaliknya akan menghambat eritropoesis.
Metabolisme besi dan pembentukan Hb :
    kekurangan zat besi Ú anemia def. Besi
Vit B12 dan asam folat :
    untuk pembentukan DNA. Defisiensi kedua zat ini Úpematangan inti dan sitoplasma terganggu Úsel menjadi megaloblastik.
·         GRANULOPOESIS
CSF(colony stimulating factor) merupakan zat yang diduga untuk proses pembentukan granulosit-makropag.
CSF diproduksi oleh sel monosit-makropag dan limfosit, sstl, jaringan ginjal janin, plasenta.
Degradasi granulosit oleh mikroorganisme, endotoksisndan sisa-sisa sel.

·         LIMFOPOESIS
Ada dua organ yang mengendalikan perkembangan limfosit, yaitu kel. Timus dan jaringan bursa Fabricius yang terdapat dalam berbagai jaringan limfoid (sstl)
Kel. Timus : proses pembentukan limfosit T
Jaringan bursa Fabricius : limfosit B
Limfosit T berdeferensiasi Ú TH, TS, TC
Limfosit B berdeferensiasi Ú sel Plasma
·         MONOPOESIS
Fungsi/fisiologis : sel monosit pada darah tepi 1-3 hari dan selanjutnya masuk kejaringan menjadi makrofag :
   - motilitas tinggi
   - fagositosis dan pinositosis
   Granula sel(lisosom) mengandung peroksidase dan hidrolase.
Monosit merupakan fagosit mononuklear yang bertanggung jawab terhadap mekanisme pertahanan, selain itu dapat membunuh sel-sel tumor ganas tertentu dan memproses antigen (APC) untuk membantu kontaknya antigen dengan limfosit.
·         TROMBOPOESIS
Trombosit berasal dari megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang.
Pengaturan produksi diatur oleh hormon trombopoetin.
Produksi trombosit diatur pula oleh jumlah atau masa trombosit yang ada.
Trombosit merupakan pecahan dari sitoplasma megakariosit yang matang (24-36 ploidi)
Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Deferensiasi waktu sampai terbentuk trombosit sekitar 10 hari.
Fungsi trombosit :
-          mempertahankan integritas pembuluh darah.
-          Membentuk sumbat hemostatik untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka.
-          Membantu faktor koagulasi plasma dalam proses koagulasi berasal dari fragmentasi megakariosit sel terbesar dalam sumsum tulang normal.
Fungsi pokok trombosit ini adalah reaksi trombosit : adhesi, pembebasan, agregasi dan aktivitas prokoagulan.
 Sumber : Kuliah dr.Suryanto, Sp.PK
2.      Jelaskan komponen Darah karakteristik dan fungsinya  !
a.      DARAH
Darah adalah komponen esensial mahluk hidup yang berfungsi sebagai pembawa oksigen dari Paru-Paru kejaringan dan Karbon dioksida dari jaringan ke Paru-Paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti Ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah.[2]
Struktur Darah terdiri atas :
·         Plasma : ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air ( 95%), 7% protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi ( imunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor pembeku darah, komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzym, polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit, hormon dan vitamin-vitamin.
·         Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ), sedang sisanya 1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit. Sel Leukosit terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit.
Karakteristik darah :
1. Warna : Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah Vena berwarna merah tua / gelap karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah Arteri.
2. Viskositas : Viskositas darah atau kekentalan darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
3. pH: pH darah bersifat alkaline dengan pHδ 7.35 sampai 7.45.
4. Volume : pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.

Jenis-Jenis Sel Darah
a. Sel darah putih / Leukosit
Leukosit dalam darah atau sel darah putih berperan sebagai sistim imunitas tubuh. Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
1. Granulosit yaitu sel darah putih yang didalamnya terdapat granula.
2. Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1 sel lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula.

b. Sel Trombosit
Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah dan hemostasis ( menghentikan perdarahan ). Jumlahnya dalam darah dalam keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari.

c. Sel Erytrosit
Sel darah merah merupakan cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7.5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah diffusi oksigen, karbon dioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Eritrosit dapat mencapai umur 120 hari. Setiap harinya ada 1/120 x 5x5.1012 Eritrosit yang mati.
Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin, terdiri Hem merupakan gabungan dari protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta dan enzim-enzim seperti Glucose 6-phosphate dehydrogenase(G6PD). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen ( menjadi
oksihemoglobin ) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.
b.      HEMOGLOBIN

Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah. Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke Paru-Paru. [4,19]
Struktur Hemoglobin terdiri atas dua unsur utama yaitu :
a. Besi yang mengandung pigmen Hem
b. Protein Globin, seperti halnya jenis protein lain, globin mempunyai rantai panjang dari asam amino. Ada empat rantai globin yaitu alpha (α ), beta (β), delta (δ) dan gamma (ð), dan enzim-enzim spt G6PD


c.       SEL DARAH PUTIH
Sel leukosit atau sel darah putih adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /diapedesis. Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10000 sel/mm3. Jumlah sel leukosit yang lebih dari normal atau melebihi 10000 disebut Leukositosis, sedangkan jumlah sel leukosit yang kurang dari normal atau kurang dari 5000 disebut Leukopenia[12]
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
a. Granulosit atau disebut juga polimorfonuklear yaitu sel darah putih yang didalamnya terdapat granula antara lain : eosinofil, basofil, neutrofil. 75 % dari komponen leukosit adalah sel granulosit dan sel ini dibentuk didalam sumsum tulang belakang.
b. Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1 sel lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula antara lain limfosit dan monosit.

Fungsi leukosit adalah sebagai sistim imunitas atau kekebalan tubuh, bila tubuh kemasukan benda asing misal bakteri atau virus maka oleh sel sel neutrofil atau limfosit benda asing tersebut akan difagositosis dimana sel limfosit T akan membunuh langsung atau membentuk limfokin yaitu suatu substansi yang memperkuat daya fagositosis sedangkan limfosit B akan mengeluarkan antibodi yang akan menghancurkan benda asing tersebut.
Jenis-jenis sel Leukosit
a. Neutrofil

Sel Neutrofil adalah bagian dari leukosit yang bertindak sebagai garis depan dalam sistem kekebalan tubuh, neutrofil akan memfagositosis bakteri dan mengencerkannya dengan enzim asam amino D oksidase dalam granula azurofilik. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Neutrofil dibentuk dalam sumsum tulang dan dikeluarkan dalam sirkulasi, jumlahnya dari leukosit adalah 60 -70 % . Sel neutrofil bergaris tengah sekitar 12 um, mempunyai satu inti dan terdiri dari 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-0,8μm) mendekati batas resolusi optik, dengan pewarnaan giemsa tampak berwarna keunguan.
Granul pada neutrofil ada dua :
- Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
- Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokondria, apparatus golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen.

b. Eosinofil

Eosinofil adalah bagian dari sel leukosit yang dapat bergerak amuboid untuk memfagositosis bakteri atau benda asing yang masuk dalam tubuh meskipun pergerakannya tidak secepat neutrofil. Jumlah eosinofil sedikit hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih kecil dari neutrofil). Mempunyai inti biasanya berlobus dua, mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofilik sehingga kelihatan berwarna merah, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatase asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim.

c. Basofil

Basofil jumlahnya 0-1% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12μm, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya ireguler berwarna biru.
d. Limfosit

Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8μm, jumlah dalam leukosit sekitar 20-30% . Sel yang normal berinti relatif besar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Sel limfosit dibentuk didalam kelenjar limfe dan sumsum tulang. Tidak memiliki gerakan amuboid dan tidak dapat memfagositosis bakteri tetapi sel limfosit berperan dalam membentuk antibodi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi. Jumlah limfosit yang meningkat dalam tubuh disebut limfositosis. Jumlah sel limfosit akan menurun seiring bertambahnya usia, pada saat lahir jumlahnya sekitar 5% tetapi pada usia lanjut kemampuan tubuh akan berkurang dalam memproduksi limfosit sehingga kekebalan tubuh akan berkurang juga.

e. Monosit

Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Monosit ditemui dalam darah, jaringan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel).
Sumber :  digilib.unimus.ac.id
3.      Jelaskan Biokimia Darah !
Biosintesis Hemoglobin
Struktur porifrin :
      Porfirin adalah senyawa siklik yg dibentuk oleh 4 cincin pirol.
      Masing-masing cincin dihubungkan oleh 4 jembatan metenil (-HC=).
      Sifat khas porfirin adalah atom nitrogennya mampu mengikat ion logam.
      Contoh;
            - heme pada Hb mengikat Fe
            - klorofil pada tumbuhan hijau mengikat Mg
Beberapa Hemoprotein
Sintesis Heme di Mitokondria
      85% sintesis heme terjadi dalam sel pembentuk eritrosit pada sumsum tulang
      Heme disintesis dari suksinil KoA + glisin.
      Piridoksal fosfat diperlukan untuk mengaktifkan glisin.
Pengaturan Sintesis Heme
      Enzim regulator adalah ALA-sintase.
      Heme bertindak sebagai regulator negatif (umpan balik negatif) sintesis enzim ALA- sintase.
      Jika heme meningkat, maka sintesis ALA-sintase akan menurun.
Porfiria
      Merupakan gangguan genetik biosintesis heme.
      Umumnya autosomal dominan, kecuali porfiria eritropoitik kongenital.
      Gejala;
            - nyeri abdomen
            - gangguan neuropsikiatri
            - fotosensitifitas kulit
            - bila berat = prototipe manusia srigala
Dasar Biokimia Porfiria
Sumber : Husnil  Kadri Fakultas Kedokteran Unand Padang


Pembekuan darah dan Penentu golongan darah?
Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses yang kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika terjadi luka. Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh darah yang terluka, pelepasan zat untuk menarik keping-keping darah ke daerah luka, dan pembentukan benang-benang fibrin. Komponen darah yang terlibat dalam proses penggumpalan darah adalah keping-keping darah (trombosit) dengan bantuan ion kalsium.
Apabila luka terjadi pada pembuluh darah yang tipis, pengetatan dinding-dinding pembuluh darah dapat mencegah pengeluaran darah. Tetapi, jika terjadi kerusakan cukup besar pada pembuluh darah, keping-keping darah atau yang disebut trombosit akan berkumpul di sekitar luka dalam jumlah besar dan menempel pada pembuluh darah, kemudian membentuk jala fibrin yang menahan keluarnya sel darah. Keping-keping darah akan mengirim zat kimia yang bekerja sama dengan zat lainnya dalam plasma darah untuk membentuk benang-benang fibrin. Jala atau benang-benang fibrin yang terbentuk pada permukaan luka dapat menahan keping-keping darah dan sel-sel darah merah agar tidak menetes keluar. Luka yang besar dan tidak bisa diperbaiki sendiri oleh tubuh perlu dijahit dengan benang khusus yang biasanya dilakukan oleh dokter agar bagian yang terbuka menjadi lebih sempit. Dengan demikian, fungsi benang-benang fibrin dan keping-keping darah menjadi lebih efisien.

Skema pembekuan darah adalah sebagai berikut: 1) Terjadi luka, 2) Darah keluar, 3) Keping darah (trombosit pecah), 4) Menghasilkan enzim trombokinase, 5) Bersama ion kalsium dan vitamin K mengubah protrombin menjadi trombin, 6) Memengaruhi fibrinogen membentuk benang-benang fibrin, 7) Membendung darah dan membeku, 7) Menutup luka.
Salah satu antibodi untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh adalah Betadine,dan sebagainya
Dalam proses pembekuan darah, keping-keping darah (trombosit) yang menyentuh permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan trombokinase. Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin. Protrombin merupakan enzim yang belum aktif, berupa senyawa globulin yang dihasilkan di hati dengan pertolongan vitamin K, sedangkan trombin merupakan enzim yang telah aktif. Pengubahan protrombin menjadi trombin sangat memerlukan zat kalsium untuk mempercepat proses tersebut. Trombin lalu mengubah fibrinogen (protein yang larut dalam plasma darah) menjadi fibrin yang berbentuk benang-benang. Benang-benang tersebut menjaring keping-keping darah dan sel-sel darah merah, dan kemudian perlahan menambal luka tersebut.

Golongan darah
1. Golongan darah dari sistem ABO
Karl Lansteiner (1900) menemukan golongan darah pada manusia yang dibedakan menjadi 4 golongan yaitu :
§  Golongan darah A, mempunyai antigen atau aglutinogen A pada eritrositnya dan mempunyai antibodi atau aglutinin anti B pada plasmanya
§  Golongan darah B, mempunyai antigen B dan antibodi A
§  Golongan darah AB, mempunyai antigen A dan B, tidak mempunyai anibodi
§  Golongan darah O, tidak punya antigen tapi mempunyai antibodi A dan B
   2.       sistem rhesus
                       Faktor rhesus (Rh) adalah suatu antigen yang terdapat pada eritrosit manusia dan kera rhesus yang ditemukan pada tahun 1930. Berdasarkan atas ada tidaknya antigen faktor rhesus pada eritrosit, golongan darah manusia dibedakan menjadi :
§  Rhesus +, jika seseorang mempunyai antigen faktor rhesus pada eritrositnya
§  Rhesus -, jika seseorang tidak memiliki antigen faktor rhesus pada eritrositnya
3. Sistem MN
                Pada tahun 1927, Lansteiner dan Levine menemukan sejenis antigen pada eritrosit yang disebut antigen M dan antigen N. Mereka berpendapat eritrosit seseorang dapat memiliki salah satu atau kedua antigen tersebut. Berdasarkan hal tersebut dalam penggolongan sistem MN, golongan darah dibedakan atas :
§  Golongan darah M, jika dalam eritrositnya terdapat antigen M
§  Golongan darah N, jika dalam eritrositnya terdapat antigen N
§  Golongan darah MN, jika dalam eritrositnya terdapat antigen M dan N



Respon tubuh terhadap pendarahan?
Sistem hemostasis merupakan mekanisme tubuh dalam mengontrol respon terhadap perdarahan atau terjadinya trombosis yang berlebihan sehingga proses trombogenesis dan proses fibrinolisis dalam keadaan seimbang. Proses hemostasis pada keadaan normal membantu menghentikan perdarahan dan bila berlebihan akan menimbulkan oklusi trombotik dan infark sistemik. Trombosis terjadi bila ada ketidakseimbangan antara faktor trombogenik dan mekanisme proteksi.

Respon tubuh terhadap perdarahan disarikan oleh American College of Surgeons menjadi empat tingkat sesuai dengan jumlah perdarahan dan respon fisiologis berupa tanda klinis yang kita bisa evaluasi.1

Tabel 2.1. Klasifikasi  perdarahan  berdasarkan american college of surgeon
disadur dari Spahn DR. Et al, Management of bleeding following a major trauma : a European
guideline, Critical care, 2007 (11) : R17
Respon fisiologis tubuh kita terhadap perdarahan akut yang dialami adalah dengan mengaktifkan empat sistim fisiologis utama, yaitu: sistem hematologi, sistem kardiovaskular, sistem ginjal dan sistim neuroendokrin.8  Kompensasi yang dilakukan:     
1. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah akut yang berat dengan cara mengaktivasi kaskade koagulasi dan mengkonstriksikan pembuluh darah yang mengalami pendarahan melalui pelepasan tromboksan A2 lokal. Tromboksan A2 lokal akan mengaktivasi  platelet untuk membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Sumbatan yang dibentuk akan mengalami deposisi fibrin dan stabilisasi melalui proses subsekuen dari kolagen yang dihasilkan pembuluh darah rusak. Waktu yang diperlukan sekitar 24 jam untuk pembentukan sumbatan fibrin sempurna dan formasi matur.5,8
2. Sistem kardiovaskular awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.5  Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan nadi vagal basal yang diatur oleh baroreseptor di arcus karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh paru.  Sistem kardiovaskular juga merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal namun membawa darah dari kulit, otot, dan gastro intestinal menuju ke otak dan jantung.8 Vasokonstriksi yang terjadi dibarengi dengan menurunnya resistensi vaskuler di periper sebagai akibat menurunnya viskositas darah. Mekanisme lain dengan meningkatkan kontraktilitas miokard bertujuan supaya tidak terjadi penurunan curah jantung yang terlalu banyak.11,15
3. Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan merangsang peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, selanjutnya dikonversi menjadi angiotensin II oleh paru-paru dan hati.  Angiotensin II memiliki dua efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, pertama adalah vasokonstriksi arteriol otot polos, dan yang kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Aldosteron bertanggung jawab untuk reabsorpsi Natrium aktif dan konservasi air sehingga volume intravaskular bisa meningkat.8
4.  Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sirkulasi hormon antidiuretik (ADH). ADH dilepaskan dari kelenjar Hipofisis Posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah yang dideteksi oleh baroreseptor dan penurunan konsentrasi Natrium yang dideteksi oleh osmoreseptor. ADH secara tidak langsung meningkatkan reabsorpsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distal, Ductus Colectivus dan loop of Henle.8
Efek donor darah bagi tubuh (EBM)?
Manfaat Pendonor Darah
Menurut pendapat Munandar (2008), bahwa alasan masyarakat melakukan transfusi darah adalah sebagai berikut :
1. Donor darah membuat orang menjadi lebih memperhatikan kesehatannya.
Seseorang yang akan donor darah dan setelahnya akan selalu memperhatikan
perkembangan kesehatan dirinya.

2. Donor darah membuat bahagia. Ketika pendonor berhasil mendonorkan darahnya,
maka yang ada dalam pikirannya adalah rasa bahagia karena bisa melakukan
sesuatu untuk orang lain yang sedang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

3. Donor darah menambah ilmu kesehatan. Orang yang akan donor, sering
menunggu dan membaca artikel kesehatan, sehingga menambah khazanah ilmu
kesehatannya. 

4. Donor darah adalah silaturahmi dengan banyak orang, paramedis dan dokter.
Pertemuan ini membuat terjadi saling tukar pengalaman tentang kesehatan.

5. Donor darah membuat metabolisme sumsum tulang menjadi lebih aktif

6. Donor darah membantu diet overweight. Banyak orang yang bingung ketika
tubuhnya kegemukan. Darah 300cc bila dihitung kalorinya, bisa setara ribuan
kalori. Bila setiap 3 bulan sekali diambil 300cc, maka ada pengurangan kalori
yang signifikan dan alami.

7. Donor darah mengaktifkan titik akupunktur. Daerah volvair lengan yang menjadi
area tusuk pada waktu donor merupakan area padat titik akupunktur. Tusukan
pada daerah itu secara acak pun berpotensi mengaktifkan simpul syaraf atau
limpha yang memengaruhi tubuh secara positif.

8. Donor darah menyehatkan tubuh dengan mekanisme totok darah. Pengambilan
darah pada saat donor bisa merupakan pengaktifan mekanisme totok. Banyak
orang yang merasa lebih enak setelah donor. 

9. Donor darah membuat orang berpikir positif. Pendonor tidak pernah berpikir
untuk siapa darahnya. Semua diikhlaskan untuk orang yang memerlukan. Pikiran
positif ini membangun hati seseorang dan membuat seseorang selalu berpikiran
positif.

10. Donor darah merupakan perbuatan kemanusiaan bagi sesama. Pendonor darah
adalah orang yang mau dan bisa memberi bagian dari tubuhnya untuk orang lain.
Pahala tertinggi diberikan Tuhan bagi orang bersedekah paling banyak, bukan diukur dari jumlahnya tetapi berapa persen dari yang dimilikinya.

Resiko donor darah
David (2006) menambahkan bahwa risiko yang timbul selama/setelah
melakukan transfusi darah antara lain:
1. Reaksi tranfusi cepat yang timbul selama tranfusi sampai 48 jam sesudahnya.
 Terdiri dari :
a. Reaksi tranfusi panas
b. Reaksi tranfusi alergi
c. Reaksi tranfusi hemolitik
d. Reaksi tranfusi Bakteremia/seplis

2. Reaksi tranfusi lambat yang timbul ( 48 jam. Terjadi setelah 3 – 21 hari sesudah
tranfusi karena efek antibodi yang terbentuk

3. Circulatory Overload
 Terjadi bila pemberian tranfusi darah terlalu cepat atau terlalu banyak.

4. Penularan Penyakit
 a. Penyakit Hepatitis B,C,D dan Hepatitis Pasca tranfusi terjadi antara 2 minggu
sampai 6 bulan setelah tranfusi, ditandai dengan gangguan faal hati, dari darah
donor yang mengandung virus hepatitis.
 b. HIV/AIDS dari donor darah yang mengandung virus HIV/AIDS. Masa
inkubasi bertahun–tahun dan tanpa gejala sampai suatu saat timbullah ”AIDS
Related Complex” lalu ”Full Blown AIDS” terjadi antara tranfusi sampai
diagnosa AIDS positif pada orang dewasa (30 bulan & pada anak- anak 13,5
bulan).
 c. Malaria
Disebabkan parasit dalam darah donor yang sakit atau pernah sakit lalu
menjadi carrier masa inkubasi pada resipien 6-100 hari.
 d. Syphilis
Dari donor darah yang mempunyai TPHA positif. Dalam darah donor
mengandung Treponema Pallidum. 
Masyarakat suku bangsa pribumi yang tidak bersedia untuk menjadi pendonor
darah sukarela berkaitan dengan kurangnya pengetahuan, ketakutan akan jarum
suntik yang dapat menyebarkan penyakit menular, juga rasa sosial yang rendah,
ataupun beberapa stigma yang berkembang dari masyarakat seperti ketidakpercayaan
pada petugas PMI yang akan menggunakan darah yang telah didonorkan untuk diperjualbelikan (PMI Medan, 2009).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33673/4/Chapter%20II.pdf

 Mekanisme donor darah?
TATA CARA DONOR DARAH
  1. Mengisi Formulir Donor
  2. Menyerahkan kartu donor darah bagi yang sudah mempunyai/ pernah mendonorkan darah
  3. Donor ditimbang berat badannya
  4. Anamnesa sederhana / tanya jawab singkat yang berhubungan dengan syarat-syarat mendonorkan darah
  5. Donor dites golongan darahnya dan kadar haemoglobin (HB)
  6. Cek tekanan darah / Tensi
  7. Setelah memenuhi syarat (sehat menurut dokter / petugas) maka barulah petugas transfusi darah (ATD/PTID) siap untuk menyadap (mengambil) darahnya 350 cc
  8. Setelah diambil darahnya pendonor di istirahatkan sejenak ( 5-10 Menit).
  9. Minum dan makanan ringan di ruang makan.
  10. Selesai (pulang)
Proses Transfusi Darah
1. Pengisian Formulir Donor Darah.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
3. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan darah.
4. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Hepatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam.
5. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius. Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti : PRC, Thrombocyt, Plasma, Cryo precipitat


TRIGGER
ð  Pada pasien memberikan kapas untuk menghentikan pendarahan dibekas tusukan jarum dan diberi vitamin suplemen tablet FE untuk proses pembekuan darah.
PEMBAHASAN :
1.       Alasan setelah melakukan donor darah diberikan suplemen tablet FE untuk pembekuan darah
ð  Zat besi (Fe) adalah unsur mineral yang paling penting dibutuhkan oleh tubuh karena perannya pada pembentukan hemoglobin. Senyawa ini bertindak sebagai pembawa oksigen dalam darah, dan juga berperan dalam transfer CO2 dan H positif pada rangkaian trasport elektron yang diatur oleh fosfat organik (Soeida, 2008).
ð  Menurut Bothwell, et,al.,1979 dan Commision of European Communities (CEC), 1993 cit Gillespie, (1998), Besi (Fe) merupakan mikronutrien yang esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut electron dalam sel, dan dalam mensintesa enzim yang mengandung besi yang dibutuhkan untuk menggunakan oksigen selama memproduksi energi selluler. Keseimbangan besi dalam tubuh harus dipertahankan agar tubuh tidak mengalami anemia. Artinya jumlah zat besi yang diperoleh tubuh lewat makanan. Zat besi dalam bentuk reserva berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan homeostatis tubuh. Feritin dan hemosiderin akan membantu mempertahankan pembentukan hemoglobin, bila zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi.jumlah zat besi yang harus diserap oleh tubuh untuk mempertahankan zat besi akibat eksresi cukup kecil, yaitu sebesar 1 mg (Wirakusumah,1999).

ð  Jadi pemberian suplemen Fe ini digunakan untuk pembentukan hemoglobin setelah melakukan donor. Dan mencegah untuk terjadinya anemia.