Kamis, 27 Februari 2014

skenario 3 2013/2014

     author : cindra, venty

1.    Mekanisme nyeri pada kasus nyeri visceral
Nyeri viscera disebabkan oleh jejas pada organ dengan saraf simpatis. Serabut   serabut ini adalah serabut kecil tipe  C. Mekanisme transduksi untuk nyeri yang berasal dari viseral berbeda dengan yang berasal sistem kutaneus, mencerminkan peranan biologis inervasi kutaneus dan viseal yang berbeda. Fungsi sistem viseral adalah untuk memperingatkan akan penyakit internal daripada ancaman eksternal. Dengan demikian stimuli termal dan mekanis dengan intensitas tinggi secara umum tidak akan berpengaruh, sedangkan distensi, inflamasi, atau iskemi dan kontraksi otot polos viseral membangkitkan persepsi nyeri.
Aferen-aferen viseral memproyeksikan ke korda spinalis sekitar kurang dari 10% dari semua input aferen spinal. Masing-masing viseral diinervasi oleh dua saraf yang berbeda, khususnya saraf vagus dan sebuah saraf spinal (“splanchnic”). Nosiseptor viseral telah teridentifikasi pada kebanyakan organ internal dan biasanya diklasifikasikan berdasarkan pada sifat mekanis mereka. Sensitifitas kimia organ dalam oleh agen-agen yang bekerja secara lokal memiliki peranan yang lebih penting dalam memberikan sinyal dari keadaan nyeri yang relevan. Terdapat juga peranan pokok beberapa elemen non-neural dalam pemberian sinyal dan transduksi kejadian-kejadian nosiseptif viseral: sebagai contoh, telah ditunjukkan bahwa ATP dan nitrit oksida (NO) yang dilepaskan dari sel-sel urotelial memodifikasi aktifitas dari aferen-aferen sensorik kandung kemih. Substrat molekuler yang mendasari sensitifits dari visera yang berbeda termasuk acid-sensing ion channel (ASIC), reseptor-reseptor TRPV1 dan purinergik (P2X),voltage-gated Na+ channels (kanal-kanal Na+ yang membuka menutup dengan voltase) (Nav 1,8) dan neuropeptida-neuropeptida dari family tackhynin. Terakhir, bukti yang muncul menyatakan bahwa satu badan sel sensorik viseral ganglion radix dorsalis dapat membangkitkan akson-akson yang menginervasi organ-organ yang berbeda.
Dibandingkan dengan serabut-serabut somatik, nosiseptor-nosiseptor viseral lebih sedikit jumlahnya, terdistribusi lebih luas, secara seimbang mengaktifkan sejumalh besar neuron-neuron spinal, dan tidak sama terorganisir dengan baik secara somatotropik. Aferen-aferen viseral berakhir terutamanya pada lamina V dan agak kurang pada lamina I. Kedua lamina ini mewakili konvergensi sentral antara input somatik dan viseral, sebuah ciri penting untuk fisiologi “referred” pain/nyeri alih yang berhubungan dengan cedera viseral . Sensasi nyeri yang berasal dari organ dalam sering dipersepsikan sebagai nyeri yang berasal dari bagian tubuh yang lebih supersifial/permukaan, biasanya daerah-daerah yang dipersarafi oleh saraf spinal yang sama; lokasi nyeri di bagian superfisial atau bagian dalam yang berjauhan dengan sumber patologi yang sebenarnya biasa disebut sebagai referred pain (nyeri alih). Infark miokard akut dan pankreatitis akut merupakan salah satu contoh dari nyeri viscera.


2.    Stimulus nyeri visceral
Penyebab nyeri visceral adalah :
O Iskemia jaringan visceral
dapat menyebabkan nyeri karena terbentuknya produk akhir metabolik yang asam atau produk akhir yangdihasilkan oleh jaringan degeneratif seperti bradikin,enzim proteolitik atau bahan lain yang merangsang ujung serabut nyeri.
O Stimulus kimia atau bahan yang rusak
karena bahan yang merusak yang keluar dari traktus gastrointestinal masuk ke dalam peritoneum contohnya asam proteolitik getah lambung sering kali dapat keluar dari lambung yang robek, getah ini kemudian akan menyebabkan tercernanya peritoneum visceral contohnya pada ulkus, dan selanjutnya akan merangsang daerah serabut nyeri yang sangat luas (ulkus gaster,ulkusduodenum menyebabkan perforasi). Nyeri yang disebabkan oleh stimulus ini biasanya sangat hebat.
O Spasme viscus berlobang
spasme usus ureter setiap organ perut atau organ visera yang berlobang akan menimbulkan rasa nyeri yang ditimbulkan ujung serabut nyeri secara mekanis atau mungkin disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot yang dibarengi dengan naiknya kebutuhan nutrisi otot sewaktu proses metabolisme. Jadi akan timbul iskemia. (Guyton,2011) Nyeri ini disebabkan oleh viscus spastik kontraksi otot  polos secara involunter dicetuskan dlm bentuk kram, dengan rasa nyeri yang hebat yang tiba-tiba menghilang. (IPD Sudoyo )
O Pengembangan berlebihan pada organ visceral berlubang 
hal ini disebabkan oleh jaringan itu sendiri yang terlalu teregang. Keadaan yang mengembang berlebihan dapat juga mengempiskan pembuluh-pembuluh darah yang mengelilingi organ visera / yang melalui dinding organ visera, jadi memacu timbulnya rasa nyeri.

3.    Mekanisme nyeri alih
Nyeri alih (reffered pain) digambarkan sebagai nyeri yang terasa jauh dari organ terlibat. Nyeri timbul ketika terdapat penyatuan neuron afferent visceral dengan neuron afferent parietal dari regio anatomi yang berbeda pada second-order neurons di medulla spinalis dan pada segmen spinal yang sama. Cabang-cabang serabut nyeri visceral bersinaps dengan neuron kedua dalam medulla spinalis dimana neuron ini akan menerima serabut  nyeri yang berasal dari kulit. Ketika serabut nyeri viseral terangsang, maka sinyal nyeri yang berasal dari vicera akan selanjutnya akan dijalarkan melalui beberapa neuron yang  sama yang juga menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan akibatnya orang itu akan merasakan sensasi yang benar-benar berasal dari daerah kulit.
Beberapa teori yang menjelaskan mengenai mekanisme nyeri alih :
1.    Serabut saraf yang berasal dari visceral dan dermatom naik dalam susunan saraf pusat sepanjang jaras yang umum digunakan bersama dan cortex cerebri tidak mampu membedakan lokasi asal serabut tersebut.
2.    Viscera tidak dapat menimbulkan stimulus nyeri, sedangkan daerah kulit secara berulang menerima stimulus nyeri dalam normal. Oleh karena kedua serabut aferen masuk ke medulla spinalis melalui segmen yang sama, otak mengiterperentasikan informasi tersebut sebagai stimulus yang datang dari kulit dibandingkan dari visceral. Nyeri yang berasal dari saluran cerna dialihkan ke garis tengah. Hal ini mungkin dapat dijelaskan secara embriologis bahwa saluran cerna berasal dari struktur garis tengah dan mendapat persarafan bilateral.
Description: http://i1338.photobucket.com/albums/o693/bemfkusakti/PENDIDIKAN/1_zps43141d9c.pngFigure 2 Mengilustrasikan bagaimana proses inflamasi diafragma yang disebabkan oleh ruptur limpa atau subphrenic hematoma dapat dirasakan sebagai nyeri bahu (Kehr sign). Sedangkan Table 1 Menunjukkan tempat nyeri alih (referred pain) yang sering dilaporkan.









Description: http://i1338.photobucket.com/albums/o693/bemfkusakti/PENDIDIKAN/2_zpsc88510ef.jpg
 











Lokasi Nyeri Perut Dan kemungkinan Penyebab
  • Kanan bagian atas, kemungkinan yang mengalami gangguan adalah organ-organ yang terletak pada bagian kanan atas adalah Gangguan Hati, Radang pada kandung empedu akibat adanya batu, serta kadang-kadang bisa terjadi radang usus kecil.  Nyeri kantung empedu sifat nyeri hebat, tetap/konstan, nyeri kuadran kanan atas/ epigastrik dan sering memburuk setelah makan makanan yang berlemak (fatty foods). Tetapi kalau tempat nyeri berada agak ditengah dan rasa nyerinya sampai menembus kebelakang, kemungkinan gangguan Ginjal harus dicurigai. Kolik renal atau gangguan nyeri disebabkan gangguan ginjal: nyeri kolik pada sudut tertentu bagian ginjal, yang nyeri bila ditekan, menjalar ke panggul. Khasnya  pasien tidak dapat menemukan posisi yang dapat mengurangi nyeri. Namun pada kolik ginjal dapat juga terjadi di bagian sebelah kiri.  Iskemik usus atau usus yang rusak, nyeri bersifat tumpul, hebat, tetap/konstan, nyeri abdomen kuadran kanan atas yang meningkat saat makan.
  • Kiri bagian atas, Kolik renal atau gangguan nyeri disebabkan gangguan ginjal: nyeri kolik pada sudut tertentu bagian ginjal, yang nyeri bila ditekan, menjalar ke panggul. Khasnya  pasien tidak dapat menemukan posisi yang dapat mengurangi nyeri. Namun pada kolik ginjal dapat juga terjadi di bagian sebelah kiri. Nyeri ulkus peptic nyeri bersifat tumpul, nyeri terbakar (burning) di epigastrium. Khasnya episode malam, membangunkan pasien dari tidur. Diperparah oleh makan dan kadang kadanga dikurangi dengan minum susu atau antasida.
  • Kanan bawah, penyebab yang paling sering adalah radang dari usus buntu atau  Appendicitis, kemudian penyebab lain yang cukup sering adalah infeksi saluran kencing, atau pada wanita patut dicurigai adanya radang saluran indung telur, infeksi usus halus atau usus besar. Untuk membedakan antara usus buntu dengan infeksi saluran kencing yaitu :  Pada usus buntu gejala yang menyertai adalah demam, bisa juga disertai rasa mual sampai muntah dan kadang bisa juga disertai diare, biasanya nyeri yang timbul kuat sekali sampai si penderita selalu membungkukkan badannya karena menahan nyeri di bagian perut kanan bawah.  Sedangkan pada infeksi saluran kencing biasanya adalah sering kencing, rasa nyeri bila kencing, juga rasa perih pada waktu kencing, juga bisa disertai demam tinggi dan rasa mual muntah juga. Nyeri kolon tampilannya kadang kadang nyeri dapat berkurang sementara oleh defekasi atau flatus
  • Nyeri Perut Bagian Tengah Atas Bila anda mendadak merasakan nyeri didaerah ulu hati disertai rasa mual dan rasa kembung, kemungkinan besar anda menderita Gastritis, dispepsia atau gangguan lain lam,bung.  Gastritis adalah sakit pada bagian lambung, jadi kurang lebih artinya sama saja. Arti Gastritis sebenarnya adalah terjadinya proses radang pada lambung.  Penyebab lain adalah nyeri pancreas, lokasi di sekitar epigastrium atau perut bagian tengah, menjalar ke punggung, membaik saat duduk dan posisi condong kedepan.  Obstruksi usus halus biasanaya nyeri kolik sentral yang berhubungan dengan muntah, distensi dan konstipasi
  • Perut Bawah tengah Nyeri kandung kemih biasanya nyeri difus yang hebat di regio suprapubik. Nyeri prostat tampilannya nyeri tumpul yang dirasakan di lower abdomen, rectum, perineum atau paha anterior. Nyeri uretra sangat bervariasi mulai dari ketidaknyamanan hingga nyeri tajam yang hebat yang dirasakan pada ujung akhir uretra (ujung penis pada pria) dan semakin nyeri saat miksi. Bisa sangat parah sehingga pasien akan berusaha menahan kencingnya yang dapat menimbulkan masalah baru

4.    Dermatom kulit yang bersesuain dengan organ dalam
Bila nyeri viseral dialihkan kepermukaan tubuh, biasanya nyeri itu akan dilokalisasikan sesuai segmen dermatom dari mana organ visera itu berasal pada waktu embrio, dan tidak memperhatikan dimana organ itu sekarang berada. Misalnya, semasa embrio lambung kira-kira berasal darisegmen torakal ketujuh sampai kesembilan. Karena itu nyeri lambung dialihkan ke epigastrium anterior diatas umbilikus, yaitu daerah permukaan tubuh yang diinervasi oleh segmen torasika ke tujuh sampai kesembilan.
Nyeri dari visera seringkali secara bersamaan dilokalisasi di dua daerah permukaan tubuh karena nyeri dijalarkan melalui jaras alih viseral dan parietal. Misalnya pada apendisitis yang meradang, impuls nyeri yang berasal dari apendik akan melewati sertabut-serabut nyeri viseral saraf simpatis dan selanjutnya akan masuk ke medula spinalis kira-kira setinggi T-10  atau T-11; nyeri ini akan dialihkan ke daerah sekeliling umbilikius .Sebaliknya impuls nyeri seringkali juga dimulai di peritoneum parietale tempat apendiks yang meradang menyentuh atau melekat pada dinding abdomen.hal ini menyebabkan nyeri tajam disekitar periotoneum yang teriritasi di kuadran kanan bawah abdomen. Lihat gambar 1
Dalam melakukan evaluasi dari nyeri abdomen, penjalaran nyeri menjadi sangat penting. Kelainan diregio subdiafragma menyebabkan penjalaran nyeri ke daerah bahu. Penyakit biliar menyebabkan penjalaran nyeri ke bahu kanan atau kebelakang.Nyeri abdomen bagian atas oleh karena ulkus peptikum, kolekistitis akut dan pankreatitis. Lihat gambar 4,5,6 dan 7. Nyeri abdomen bagian bawah sering disebabkan oleh karena di bidang obstetri dan gynecology seperti cyste ovarium, divertikulitis, dan ruptur tubo-ovarial abses.Obstruksi pada usus halus menyebabkan nyeri pertengahan abdomen dengan penjalaran nyeri ke bagian belakang. Lihat gambar.3
Gambar  1
 























 












gbr.2. Nyeri dari organ viseral abdomen        Gbr.3.Penyebab tersering nyeri abdomen      

Description: F320010
Description: F320009
 












Gbr.4.Nyeri menyeluruh abdomen Gbr.5.Nyeri abdomen regio Epigastrium,Umbilikus dan Hypogastrium

Description: F320012
 










 

 

 



Gbr.6.Penyebaran nyeri pada abdomen akut



Referensi

http://bared18.wordpress.com/2009/03/04/distensi-abdomen/

Senin, 24 Februari 2014

Skenario 2 2013/2014 part 2

    Author : Faiz

1.     Apa karakteristik nyeri akut dan kronis ?
Nyeri akut
  • Onset : Baru terjadi
  • Durasi : < 6 bulan
  • Respon SSO : Terjadi peningkatan pada (HR, RR, TD), berkeringat, dilatasi pupil, tegangan otot
  • Relevansi penyembuhan : Menghilang seiring proses penyembuhan
  • Analgesik : Responsif

Nyeri kronis
  • Onset : Kontinu atau intermiten
  • Durasi : > 6 bulan
  • Respon SSO : Jarang timbul
  • Relevansi penyembuhan : Terus berlangsung setelah penyembuhan
  • Analgesik : Jarang responsif
2.     Bgaimana proses peradangan / mekanisme terjadinya pembengkakan?

3.     Peradangan atau inflamasi merupakan serangkaian proses bawaan non spesifik yang saling berkaitanyang diaktifkan sebagai respon terhadapa invasi asing atau kerusakan jaringan. Tujuan terjadinyainflamasi ini yaitu sebagai isolasi, menghancurkan atau inaktivasi penyerang, membersihkan debris,dan mempersiapkan penyembuhan.Mekanisme terjadinya pembengkakan atau edema lokal pada inflamasi dapat dijelaskan sebagaiberikut,Diawali dengan masuknya bakteri atau benda asing ke dalam tubuh yang diikuti dengan aksimakrofag menfagositosis bakteri tersebut. Hampir setelah invasi mikroba, terjadi peningkatan alirandarah di tempat cidera yang menyebabkan vasodilatasi lokal. Vasodilatasi pembuluh darah dipicuoleh histamin yang dikeluarkan oleh sel Mast. Pelebaran pembuluh darah mengakibatkanpenyaluran darah lokal membawa lebih banyak leukosit fagositik dan protein plasma yang pentinguntuk pertahanan. Kemudian, pelepasan histamin juga meningkatkan permeabilitas kapilerakibatnya pori-pori kapiler juga membesar sehingga protein plasma bisa keluar dari darah danmasuk ke dalam jaringan yang meradang. Akumulasi protein yang bocor pada saluran cairaninterstisium akan meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam cairan interstisium. Juga,mengingkatnya aliran darah lokal akan berpengaruh pada meningkatnya tekanan darah kapiler.Padahal, tekanan osmotik koloid cairan interstisium dan tekanan darah kapiler cenderung akanmemindahkan cairan keluar kapiler, mendorong ultrafiltrasi, dan mengurangi reabsorbsi cairan dikapiler. Dan, akhirnya terjadi penumpukan cairan di interstisium yang mengakibatkan edema lokalatau pembengkakan.

4.     Apa saja macam obat analgetic ?
Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain berdasarkan struktur kimianya, pembagian diatas juga didasarkan pada nyeri yang dapat dihilangkan.
Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika
Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan.
Semua anlagetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi potensi, onzzet, dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan.
Morfin dan petidinn merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupaan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental. Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia :
-          Morfin HCl
-          Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol)
-          Fentanil HCl
-          Petidin
-          Tramadol
2.               Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik :
a.       Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.

b.      Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
c.       Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

5.     Bagaimana cara kerja obat analgetik?
Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.
Prostaglandin merupakan hasil bentukan dari asam arakhidonat yang mengalami metabolisme melalui siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas ini akan menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi, edema, rasa nyeri lokal dan kemerahan (eritema lokal). Selain itu juga prostaglandin . meningkatkan kepekaan ujung-ujung saraf terhadap suatu rangsangan nyeri (nosiseptif).
Enzim siklooksigenase (COX) adalah suatu enzim yang mengkatalisis sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat. Obat AINS memblok aksi dari enzim COX yang menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana hal ini menghasilkan kedua efek yakni baik yang positif (analgesia, antiinflamasi) maupun yang negatif (ulkus lambung, penurunan perfusi renal dan perdarahan). Aktifitas COX dihubungkan dengan dua isoenzim, yaitu ubiquitously dan constitutive yang diekspresikan sebagai COX-1 dan yang diinduksikan inflamasi COX-2. COX-1 terutama terdapat pada mukosa lambung, parenkim ginjal dan platelet. Enzim ini penting dalam proses homeostatik seperti agregasi platelet, keutuhan mukosa gastrointestinal dan fungsi ginjal. Sebaliknya, COX-2 bersifat inducible dan diekspresikan terutama pada tempat trauma (otak dan ginjal) dan menimbulkan inflamasi, demam, nyeri dan kardiogenesis. Regulasi COX-2 yang transien di medulla spinalis dalam merespon inflamasi pembedahan mungkin penting dalam sensitisasi sentral.
6.     Apakah nyeri lutut selalu berhubungan dengan asam urat?
Jumlah penderita sakit lutut dalam masyarakat kita cukup banyak, terutama di kalangan usia lanjut, di antara orang-orang gemuk, apalagi di antara orang-orang usia lanjut yang gemuk. Mungkin saja orang tua kita, kakek nenek kita, saudara-saudara kita, sanak famili kita, orang-orang di sekitar kita, atau bahkan diri kita sendiri pernah atau sedang menderita sakit lutut. Jika selama ini kita (termasuk kalangan medis dan paramedis) begitu mudah memvonis sakit lutut sebagai asam urat, maka setelah membaca dan mengerti tulisan ini, kita mungkin mulai menyadari bahwa kasus sakit lutut yang kita alami / temukan sehari-hari sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh pengapuran sendi dan kegemukan (obesitas). Lebih-lebih di kalangan usia lanjut, kebanyakan kasus sakit lutut yang mereka alami sebenarnya disebabkan oleh pengapuran sendi, bukan oleh asam urat !
Setiap penderita sakit lutut bisa berbeda-beda penyebabnya ; misalnya si A karena pengapuran, si B karena kegemukan, si C karena asam urat, si D karena pernah mengalami cedera. Mungkin juga seseorang menderita sakit lutut karena beberapa penyebab sekaligus, misalnya karena pengapuran dan asam urat,  pengapuran dan kegemukan, asam urat dan kegemukan, atau gabungan ketiganya.
Faktor umur, berat badan, kebiasaan makan, ada / tidaknya riwayat cedera, dan ciri-ciri sakit lutut yang dialami, sudah cukup jelas untuk menuntun kita menentukan penyebab sakit lututnya. Di seluruh pelosok Nusantara, ada begitu banyak penderita sakit lutut yang salah mengerti tentang penyebab penyakit ini. Itu juga berarti ada begitu banyak kesalahan dalam pengobatan terhadap kasus sakit lutut. Sungguh sangat ironis bahwa ada begitu banyak penderita sakit lutut yang walaupun telah berbulan-bulan atau bertahun-tahun berobat sakit lutut, atau bahkan yang tungkainya sudah berbentuk seperti huruf O atau huruf X, masih bertanya-tanya, “ sebetulnya sakit lutut saya ini rematik atau asam urat ? “.
Jika kebetulan anda atau anggota keluarga anda ada yang menderita sakit lutut, maka pertimbangkanlah semua faktor di atas, dan diskusikanlah secara terperinci dengan dokter terdekat anda. Jika penyebab sakit lututnya sudah bisa dipastikan, otomatis pengobatannya juga tepat sasaran.
Obat-obat dasar untuk pengapuran tulang, obat untuk menurunkan kadar asam urat, obat untuk mengurangi rasa sakit / nyeri, tersedia di semua puskesmas dari Sabang sampai Merauke.
Dengan memahami secara benar penyebab-penyebab tersering sakit lutut, kita menjadi tahu cara-cara pencegahannya. Menjalani pola hidup sehat, menjaga diet seimbang, rutin berolahraga, rutin terpapar sinar matahari pagi, menjaga berat badan ideal, harus dilakukan sedini mungkin. Dengan memahami secara benar penyebab-penyebab setiap kasus sakit lutut, kita bisa memberikan perawatan dan pengobatan yang benar dan yang terbaik.





Kamis, 20 Februari 2014

skenario 2 BLOK 4 2013/2014

author : Anita, Faiz

STEP 1 :
-        Nyeri : mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan.
-        Bengkak : dalam kedokteran di sebut dengan edema, ialah pembesaran pada organ tubuh, kulit, maupun tempat pada tubuh lainnya. Massa berbentuk biasanya bulat dikarenakan jaringan yang terisi oleh carian.
-        Mengkompres : menekan suatu bagian tubuh dengan sebuah benda biasanya mengkompres digunakan saat untuk menekan bagian tubuh tertentu yang membengkak, panas, atau lainnya.
STEP 2 :
1.      Mekanisme nyeri?

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system saraf pusat.

2.      Tipe Nyeri?
·       Tipe nyeri berdasarkan durasi dan lamanya             
Nyeri biasanya dibedakan menjadi dua tipe besar yaitu nyeri akut dan nyerikronis. Keduanya bisa dibedakan dari onset, durasi dan penyebab nyeri.
1)Nyeri akut 
Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah danmemiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringansampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat (Meinhart dan McCaffery, 1983, NIH 1986 dalam Potter and Perry, 1997).
Menurut Bonica tahun 1987, nyeri akut sebagai kumpulan pengalaman yangtidak menyenangkan yang berkaitan dengan sensori, persepsi dan emosiserta berkaitan dengan respon autonomi, emosional dan perilaku. Nyeri akut biasanya peristiwa baru, tiba-tiba dan durasinya singkat. Hal ini berkaitan dengan penyakit akut, operasi atau prosedur pengobatan atautrauma dan rasa nyeri dapat membantu untuk menentukan lokasinya.Karakteristik yang lain adalah rasa nyeri biasanya dapat diidentifikasi, rasanyerinya cepat berkurang / hilang, sifatnya jelas dan mungkin sekali untuk  berakhir / hilang.
2)Nyeri kronis 
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung lama, intensitasnya bervariasidan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan (Mc Caffery, 1986 dalamPotter and Perry, 1997). Pada klien dengan nyeri kronik sering mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi(keparahan meningkat). Sifat nyeri kronik ini tidak dapat diprediksi yangmembuat klien frustrasi dan sering mengarah pada depresi psikologis. Nyeri kronis adalah suatu situasi atau keadaan pengalaman nyeri yangmenetap / kontinyu selama beberapa bulan / tahun setelah fase penyembuhan dari suatu penyakit akut / injuri. Karakteristik nyeri kronisadalah area nyeri tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar diturunkan, rasa nyerinya biasanya meningkat, sifatnya kurang jelas dankemungkinan kecil untuk sembuh / hilang. Nyeri kronis dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu nyeri kronis malignadan non maligna. Nyeri kronis maligna dapat digambarkan sebagai nyeriyang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif lainnya. Nyerikronis non maligna biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat kerusakan jaringan non progresif atau telah mengalami penyembuhan.

·       Tipe nyeri berdasarkan intensitas.
Intensitas nyeri seseorang dapat diketahui dari alat-alat pengkajian yangdigunakan. Pada deskripsi verbal tentang nyeri, individu merupakan penilaiterbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatannya. Intensitas nyeri didapat diukur dengan menggunakan skala diantaranya; skala intensitas nyeri deskriptif sederhana, skala intensitas nyeri numerik 0-10 dan skala analog visual (VAS).Skala dipergunakan untuk mendeskripsikan intensitas / beratnya rasa nyeri.
1)      Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana
Skala intensitas nyeri nyeri deskriptif sederhana ini menggunakan enamgambar wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagiahingga wajah sedih, yang dipergunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri.Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.
2)Skala intensitas nyeri numerik 0-10
Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur denganmengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, digunakan dari 0hingga 10, nol ( 0 ) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkansepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.
3)Skala analog visual (VAS)
Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebasmengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakittidak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang. Klien dimintamenunjukkan posisi nyeri pada garis antara kedua nilai ekstrem. Bilamenunjuk tengah garis, menunjukkan nyeri sedang

·       Tipe nyeri berdasarkan transmisi.
1)Reseptor nyeri (nosiseptor) 
Nosiseptor adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya padastimulus yang kuat, secara potensial merusak. Stimuli tersebut sifatnyamekanik, termal, kimia. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yangkompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya padakulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, se-sel mast,folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimulasi serabut ini menimbulkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi.Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauhdan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebrata sistem saraf dandengan organ internal yang lebih besar.
Sebagai akibat hubungan antaraserabut saraf ini, nyeri sering disertai dengan efek vasomotor, otonom danviseral. Meski aktivasi yang kuat dari serabut reseptor nyeri pada kulit yangakan menyebabkan hubungan viseral dari serabut yang sama, hal sebaliknya juga terjadi. Stimulasi kuat pada cabang viseral dapat menyebabkanvasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang berkaitan denga serabuttersebut. Hasilnya disebut nyeri alih.
2)Mediator kimia dari nyeri.
Sejumlah substansi yang mempengaruhi sensitivitas ujungf-ujung saraf ataureseptor nyeri dilepaskan kejaringan ekstraseluler sebagai akibat darikerusakan jaringan. Zat kimia yang meningkatkan transmisi atau persepsinyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan prostaglandin.
Prostaglandin adalah zat kimia yang diduga dapat meningkatkan sensitivitasreseptor nyeri dengan meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Endorfin dan enkefalin adalah substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri. Endorfin dan enkefalinadalah zat kimia endogen yang terstruktur serupa dengan opioid. Serabutinterneural inhibitori yang mengandung enkefalin terutama diaktifkanmelalui aktivitas dari serabut perifer nosiseptor, pada tempat yang samadengan reseptor nyeri atau nosiseptor dan serabut desenden, berkumpul bersama dalam suatu sistem yang disebut descending control.
Keberadaan endorfin dan enkefalin membantu menjelaskan bagaimanaorang orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda daristimuli neyeri yang sama. Kadar endorfin beragam diantara individu sepertitingkat ansietas seseorang yang mempengaruhi kadar endorfin. Individudengan endorfin yang banyak lebih sedikit merasakan nyeri dan merekadengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Beberapa tehnik mungkin efektif dalam meredakan nyeri, paling tidak sebagian karena tehnik tersebut menyebabkan pelepasan endorfin.Transcutaneus electric nerve stimulation (TENS) dapat menstimulasi pelepasan endorfin, seperti penggunaan plasebo, dimana pasien berfikir  pengobatannya bekerja meskipun hal tersebut tidak ada hasilnya. Metode pereda nyeri lainnya seperti imaginasi terbimbing, dapat membantu pasienmelepaskan endorfin.

·       Tipe nyeri berdasarkan sumber.
Rasa nyeri dapat timbul dalam berbagai modalitas bergantung pada letak reseptor
1)Nyeri somatik superfisial (nyeri kulit)
Rangsang yang dapat menimbulkan rasa nyeri kulit adalah rangsangnosiseptif yaitu rangsang yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.Rangsang dapat berupa rangsang mekanis, listrik, termal atau kimia. 
Nyeri kulit biasanya dirasakan sebagai sensasi yang datang berurutan.Pertama terasa sebagai rasa yang tajam, lokasi rangsang dapat ditunjukkandengan tepat, sensasi yang terasa dapat dijelaskan sesuai dengan rangsangyang diberikan dan segera hilang bila rangsang dihentikan. Rasa nyeri yangsegera terasa pada saat rangsang diberikan ini disebut fast pain / initial pain/nyeri primer. Kemudian disusul dengan nyeri yang tumpul, lokasi rangsangtidak dapat ditunjukkan dengan tepat, sensasi rasa kurang dapat diuraikandengan jelas. Biasanya terasa sebagai rasa panas, menusuk yang sifatnyadifus. Sensasi tetap terasa beberapa saat sesudah rangsang dihentikan. Nyerisusulan ini disebut slow pain / delayed pain / nyeri sekunder.
Pada beberapa keadaan patologis tertentu kulit, kepekaan reseptor nyeridapat berubah yang menimbulkan hiperalgesia yaitu;
a)Hiperalgesia primer bersifat setempat, pada daerah luka atau radang,ambang reseptor menurun. Disebabkan oleh lepasnya histamin, dapatterasa sampai berhari-hari. 
b)Hiperalgesia sekunder, disebabkan oleh rangsangan nosiseptif yang kuatdan cukup lama yang menyebabkan impuls menyebar dari daerahrangsang baik secara horizontal maupun vertikal. Reseptor nyeri sekitar daerah luka akan terangsang.

2)Nyeri somatik dalam
Reseptor terdapat pada sendi, otot, tendon dan fascia. Agak sukar melokalisasi tempat asal nyeri somatik dalam karena dermatom kulit yangada tepat diatas sklerotom tempat asal nyeri somatik dalam, tidak disarafisaraf spinal yang sama dengan sklerotom tersebut. Sensasi nyeri yang terasaumumnya adalah nyeri tumpul yang sering disertai rasa mual. Hal tersebutmenunjukkan adanya keterlibatan sistem saraf otonom. Rasa nyeri somatik dalam cenderung menyebar, sehingga lebih sukar lagi untuk menentukantempat asal nyeri. Rangsangan adekuat untuk membangkitkan nyeri somatik dalam adalah rangsangan mekanik tarikan atau kimia.
Iskemia otot yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah menyebabkantertumpuknya asam laktat yang merangsang reseptor rasa nyeri somatik dalam. Spasme otot menyebabkan tarikan cukup kuat dan dalam pada tendon.

3)Nyeri viseral
Lokasi tempat asal nyeri viseral sukar ditentukan karena jumlah reseptornyahanya sedikit. Sering disertai keterlibatan sistem saraf otonomdengn adanyarasa mual, berkeringat dan perubahan tekanan darah. Rangsang adekuatnyaadalah regangan, spasme atau kerutan yang berlebihan pada otot polos,iskemia dan kimiawi. Biasanya nyeri viseral juga disertai kerutan ototrangka yang ada didekat viseral yang terkena. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi viseral yang sedang menderita nyeri.

4)Nyeri alih
Sensasi nyeri atau rasa nyeri somatik dalam atau rasa nyeri viseral yangterasa didaerah somatik superfisial. Nyeri viseral mempunyai letak nyerialih yang khas untuk tiap viseral yang terkena. Beberapa teori tentangterjadinya nyeri alih adalah;
a)Teori dermatom 
Nyeri alih terasa pada kulit yang berasal dari dermatom yang samadengan alat viseral yang terkena. Misalnya nyeri jantung dialihkan kelengan. 
b)Teori konvergensi
Traktus spinotalamikus lateralis adalah tempat berkumpulnya serat-seratsensori nyeri, baik dari somatik maupun dari viseral, yang akan berakhir di thalamus dan kemudian di relay oleh thalamus ke kortek somatosensorik. Karena impuls nyeri somatik lebih sering terjadidaripada impuls nyeri viseral, maka korteks somatosensorik seolah lebihmengenal nyeri somatik dari pada nyeri viseral. Karena itu nyeri viseralsering diinterpretasikan sebagai nyeri oleh korteks.
c)Teori fasilitasi
Impuls nyeri viseral dikatakan merendahkan ambang rangsang neurotraktus spinothalamikus, yang menerima sinaps dari serat aferensomatik. Fasilitas tersebut dengan adanya cabang serat aferen viserayang bersinap di neuron traktus spinothalamikus tersebut danmenimbulkan excitatory post synaptic potential (EPSP). Dengandemikian neuron-neuron traktus spinothalamikus lateralis yangmenerima sinaps ganda tersebut sangat mudah untuk terbangkit olehimpuls lemah dari aferen nyeri somatik, pada keadaan biasa tidak terbangkit oleh impuls lemah tersebut.

·       Tipe nyeri berdasarkan penyebab.
Berdasarkan penyebab, nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanis (tusuk,tembak, potong), listrik, termal (panas) atau kimia.

3.      Mengapa dengan di usap – usap lutut luka yang bengkak atau merah bisa merasa berkurang/ enakan?
Mengusap – usap bagian jaringan yang sehat di sekitar jaringan yang rusak bisa menyebabkan pengalihan atas rasa sakit.
Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri. Distraksi bisa diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih menjadi pilihan paling tepat.
4.      Fase – fase terjadinya nyeri?
Meinhart & McCaffery Mendiskripsikan 3 Fase Pengalaman Nyeri:
1.                        Fase antisipasi terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.
2.                        Fase sensasi terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil.
Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upay pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif
3.    Fase akibat (aftermath) terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang

5.     Klasifikasi nyeri?
Klasifikasi Nyeri
A. Berdasarkan sumbernya
1)    Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar)
ex: terkena ujung pisau atau gunting
2)    Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendondan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama daripada cutaneus
ex: sprain sendi
3)    Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
B. Berdasarkan penyebab:
1)    Fisik
Bisa terjadi karena stimulus fisik
(Ex: fraktur femur)
2)    Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari.
(Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya) Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
C. Berdasarkan lama/durasinya
1.    Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
2.          Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.
6.     Faktor yang mempengaruhi Nyeri
1.                   Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2.                   Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)
3.                   Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)
4.                   Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya
5.                   Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsinyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnikrelaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6.                        Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri juga bisa menyebabkan seseorang cemas.
7.                        Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8.                        Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9.                        Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

7.     Metode yang di gunakan untuk menghilangkan nyeri
A.     Distraksi
Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri. Distraksi bisa diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih menjadi pilihan paling tepat. Contoh dari metode distraksi dalam mengurangi rasa nyeri adalah melakukan kegiatan ringan untuk mengalihkan "persepsi" rasa nyeri, bisa dengan mengobrol, menonton tv, atau dengan menikmati pemandangan alam.
Dengan menerapkan metode distraksi untuk mengurangi rasa nyeri akan menghindari dampak negatif dari obat kimia, seperti yang dijelaskan di atas, distraksi bisa diterapkan pada nyeri ringan dan sedang, untuk itu pada kasus rasa nyeri berat harus ditangani dengan obat/tindakan medis.
B.       Relaksasi
Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi kecemasan. Membantu klien dengan teknik relaksasi, perawat dapat mengenal nyeri klien dan ekspresi kebutuhan dibantu dari klien untuk mengurangi distress yang disebabkan oleh nyerinya.Teknik relaksasi lebih efektif untuk klien dengan nyerik ronik.
Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang mengalami nyeri, yaitu:
a.     Memperbaiki kualitas tidur
b.    Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
c.     Mengurangi keletihan/fatigue
d.    Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam mengatasi nyeri
e.     Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau berulang karena nyeri
f.     Pengalihan rasa nyeri/distraksi
g.    Meningkatkan keefektifan teknik-teknik pengurangan nyeri yang lain
h.    Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri
i.      Menurunkan distress atau ketakutan selama antisi pasi terhadap nyeri
Secara umum untuk melakukan teknik relaksasi membutuhkan 4 hal, yaitu:
a.     Berikanposisi yang nyaman
b.    Dilakukan dalam lingkungan yang tenang
c.     Mengulang kata-kata, suara, phrase, doa-doa tertentu
d.    Melakukan sikap yang pasif  saat mendistraksiklien.

Metode yang lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa mendengarkan music atau suara alam sambil santai, memikirkan sesuatu yang merilekskan, atau dengan teknik meditasi seperti yoga, dan lain-lain.
C.   Imagery
Klien dapat menggunakan imagery/membayangkan untuk menurunkan nyeri. Imagerys esuatu yang menyenangkan. Imagery dapat digunakan lebih efektif pada klien dengan nyeri kronik daripada nyeri akut, atau nyeri berat. Perawat dapat mengajarkan klien untuk menggunakan teknik imagery dengan melakukan guided imagery.
D.  Stimulasi Kutan
Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri. Meintz (1995) menyatakan bahwa massage, salah satu bentuk stimulasi kutan, dapat mengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada klien dengan kanker. Stimulasikutan, meliputi :
a.     Massage
b.    Kompres hangat ataudingin, atau keduanya bergantian
c.     Accupressure
d.    Stimulasi kontralateral

E.   Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
8.     Tips untuk cedera lutut
1.     Rehatkan sendi lutut. Dengan durasi 12-24 jam. Jangan menggunakan karena akan merusak internal sendi lutut
2.     Olahraga. Bila sakit sudah berkurang, lakukan latihan setelah ada izin dari dokter> Lakukan latihan yang sederhana seperti berjalan – jalan. Latihan ini penting untuk menguatkan otot. Jika sendi masih bengkak hindari latihan.
3.     Menurunkan berat badan. Keadaan obesitas dan berbadan berat akan membenbani sendi pinggul dan lutut.
4.     Mengkompres sendi. Mengkompres dapat meredakan nyeri.
5.     Obat – obatan. Obat analgesik sangat membantu untuk meredakan nyerinya. Krim panas juga dapat meringankan rasa sakit
6.     Gunakan alat bantu. Alat bantu memudahkan untuk menjalani hari tanpa menekankan sendi yang sakit. Tongkat mengambil berat dari lutut dan pinggul saat berjalan.